Semua Bab MY CHUBBY GIRLFRIEND (INDONESIA): Bab 11 - Bab 20
113 Bab
11. Tertangkap Basah.
   Kejadian modus yang terjadi satu minggu yang lalu tidak membuat hubungan Edward dan Jenifer renggang. Keduanya semakin nyaman dengan status teman tapi mesra.   Edward bahkan tidak segan untuk memeluk Jenifer di tempat umum ataupun tempat terbuka dan untuk Jenifer, ia semakin jatuh kedalam pesona seorang Edward Williams. Apalagi sejak kejadian dimana ia dan Edward hampir melakukan hubungan séks. Wajahnya merona dan jantungnya berdebar ketika teringat akan cumbuan Edward yang sangat panas, darahnya juga berdesir saat mengingat bentuk kejantanan Edward yang terlihat keras dan berurat. Jauh di dalam lubuk hatinya, Jenifer merasa takut kalau semua harapanya saat ini tidak sesuai dengan realitanya.  "Ed jangan." Jenifer menghindar ketika Edward ingin memeluknya saat berada di lift kantor. "Kalau ada orang yang melihat kita sedang berpelukan, bagaimana?"   "Biarkan saja, aku tidak peduli. Kalau ada yang bicara macam-macam tentang k
Baca selengkapnya
12. Wawancara dan Interogasi.
  "Hai Mom." Edward menyapa Mommynya yang sedang menahan amarahnya. Tidak lupa dengan pelan ia menurunkan Jenifer dari pangkuannya.  Jenifer yang masih syok, hanya menundukkan kepalanya karena malu tertangkap basah sedang berbuat hal yang memalukan. Jari-jari tanganya saling bertaut, menandakan bahwa ia sangat gugup. Untung tadi Edward tidak dalam mode jahil yang lebih alias mesum, kalau tidak entah'lah. Mau ditaruh dimana mukanya, jika kesan pertama dengan Mommynya Edward begitu buruk yang seolah memperlihatkan bahwa ia wanita yang gampangan.   "Minggir kamu." Casandra Mommynya Edward mendorong Edward untuk menjauh dari sisi Jenifer. Edward segera pindah di sofa singgle karena Mommynya duduk di sebelah Jenifer menggantikan posisinya.   "Mommmm."    "Diam, sekarang belum giliranmu, Ed."    "Siapa namamu cantik?" Casandra menakup wajah Jenifer yang menunduk.     "Je, Jenifer tan
Baca selengkapnya
13. Kejelasan Status.
  "Jangan menyesal, kalau dia pergi karena sudah bosan dengan status yang tidak pasti." Kalimat Mommynya masih terngiang-ngiang.  "Tidak-tidak, aku nggak mau kehilangan Jenifer. Aku bisa gila kalau dia jadi milik orang lain. Setelah sekian lama hanya dia yang bisa membuat hatiku berdebar hanya dengan mendengar namanya. Dia sangat sempurna, aku----------síal." Edward bergumam sambil meremas rambutnya frustasi.   "Bunyi telepon membuyarkan Edward dari pikiran kusutnya."Ya hallo Sam, ada apa? Pesta, nanti malam? Oke, jam delapan saya pasti datang. Kamu free, saya akan datang sendirian. "Edward tersenyum senang, muncul ide untuk mengajak Jenifer nanti malam ke pesta dan mengungkapkan isi hatinya seusai pesta nanti.  Edward merenggangkan otot-ototnya lalu menumpuk file dan dokumen yang telah ia periksa. Waktu telah menunjukan jam 3 sore. Ia bahkan sengaja melewatkan jam makan siangnya dan marathon menyelesaikan pekerjaanya.  "Engk
Baca selengkapnya
14. I Love You To.
"Jenifer adalah kekasihku, aku sangat mencintainya. "Ucapan Edward itu membuat hati Jenifer berdebar hebat, degupan jantungnya berdetak sangat kencang. Seperti sebuah mimpi. Tapi kalau boleh berharap, 'boleh'kah mimpi ini menjadi sebuah kenyataan.' Karena entah sejak kapan, diam-diam hatinya juga telah tertambat kepada sosok pria tampan yang berada disampingnya itu. "Kita mau kemana Ed?" Akhirnya Jenifer buka suara karena sejak keluar dari hotel tadi hingga saat ini yang berada dalam mobil, Edward tidak mengeluarkan sepatah katapun. Berbeda dengan kebiasaanya Edward yang selalu membombardirnya dengan guyonan-guyonan ringan dan rayuan manisnya. "Oh." Edward terkesiap dari lamunannya, sebenarnya ia sedang berpikir merangkai kata untuk mengungkapkan isi hatinya kepada Jenifer. Selama ini, ia tidak pernah merayu kepada seorang wanita yang ia kencani. Para wanita itu sendiri yang berinisiatif untuk mendekat dan merayu Edward. Berbeda dengan sekarang, Jenifer tidak pernah merayunya ataupun
Baca selengkapnya
15. Biarkan Aku Membantumu.
21+!!! "I love you to, Ed." Senyuman merekah dari bibir Edward, tidak ada yang lebih membahagiakan ketika Jenifer juga memiliki perasaan yang sama. Kedua tangan yang menggenggam jemari Jenifer beralih menangkup kedua pipi chubynya Jenifer, Edward langsung memagut bibir séksi Jenifer dengan sangat lembut. Walaupun agak sedikit kaku, Jenifer membalas ciumannya tanpa ragu. Edward dapat merasakan Jenifer kurang berpengalaman, terasa dari ciuman Jenifer yang kaku dan tidak natural. Dengan telaten ia membimbing lidah Jenifer untuk menari bersama dan saling bertukar saliva. Setelah sama-sama kehabisan napas, Edward melepaskan tautan bibir mereka. Napas mereka terengah, Edward menyatukan dahi mereka. Kedua hidung mancung mereka bersentuhan, berakhir dengan senyuman yang mengembang di bibir mereka berdua. Edward meraih dua gelas yang berisikan wine favoritnya, ia lalu membimbing Jenifer untuk berpindah ke bangku panjang yang ada di salah satu sudut ruangan. Setelah mereka duduk, Edward mera
Baca selengkapnya
16. Insiden di Dapur.
   "Belum selesai?" Jenifer menyembulkan kepalanya dari balik pintu ketika baru saja menerima pesan dari Edward untuk menyusulnya di kantor pusat Williams corp.  "Tunggu sebentar, tinggal sedikit lagi." Edward masih sibuk membaca setumpuk dokumen yang ada di meja kerjanya.   "Santai saja Ed, aku akan menunggumu." Jenifer memijit lembut pelipisnya Edward. "Jangan tergesa-gesa, teliti dulu dengan baik baru kau tanda tangani."  "Terimakasih, sayang." Edward mengelus punggung tangan Jenifer lalu melanjutkan kembali untuk membaca beberapa dokumen yang ada di hadapannya.  Setelah kurang lebih setengah jam, Edward sudah menyelesaikan semua pekerjaanya. Ia tersenyum ketika melihat Jenifer yang sedang tertidur pulas di atas sofa. Edward berjalan mendekati Jenifer lalu menundukkan kepalanya. Edward mencium singkat bibir Jenifer yang setengah terbuka.  "Engkhhhhh Ed, sudah selesai?" Dengan mata yang setengah menyipit Je
Baca selengkapnya
17. Bertemu Mantan.
  "Ed, sudah siang, kau harus ke kantor." Edward masih memeluk erat Jenifer sambil memejamkan matanya.  "Aku tidak ingin ke kantor hari ini."   "Baiklah, sebaiknya kau tidur lagi, aku ingin cuci muka lalu membuat sarapan untukmu."  "Jangan sayang, temani aku tidur, sebentar saja."  "Hmmm kau ini, seperti anak kecil yang merengek kepada ibunya."  "Nyatanya, aku seperti anakmu, sayang, semalaman kau menyusuiku." Edward mulai meraba payudàra Jenifer dari balik piyamanya.  "Mulai lagi." Jenifer bangkit meninggalkan Edward yang mulai melancarkan aksi mésumnya.  "Jeny sayang." Edward menyusul Jenifer lalu memeluknya dari belakang.  "Kenapa Ed, bukankah tadi kau bilang,  ingin tidur lagi, hum?"   "Aku ingin tidur ditemani olehmu, sayang." Edward mulai mengendus tengkuk Jenifer dari belakang.   Jenifer yang sedang menggosok giginya hanya bisa menah
Baca selengkapnya
18. Kedatangan Anthony.
  "Mantan?" Edward menoleh kepada Cecil.  "Ya, dia mantan dari suamiku." Cecil tersenyum mengejek.  "Jen, dia mantan kamu?"  "Permisi, aku lelah, aku ingin pulang." Jenifer berlari keluar dari pesta disusul oleh Edward.  "Jen, Jeny, tunggu." Edward mengejar Jenifer yang lari menjauhinya.  "Sayang, ada apa denganmu, hum?" Edward memeluk Jenifer dari belakang setelah berhasil mengejarnya.  "Aku ingin pulang, Ed. Pleaseee." Mata Jenifer mulai  berkaca- kaca.  "Baiklah, aku juga ingin pulang." Edward menggenggam erat tangan Jenifer.   "Ayo kita pulang." Edward membuka pintu mobil untuk Jenifer.   "Aku ingin pulang ke apartemenku."  "Hah?" Edward terkejut dengan permintaan Jenifer, biasanya Jenifer selalu mengikuti Edward, yang memintanya untuk tidur di apartemennya.  "Oke, ayo kita pulang ke apartemenmu." Edward menyetujui permintaan Jen
Baca selengkapnya
19. Flashback.
    Texas, tujuh tahun lalu.  "Saudara Anthony Gonzalez, bersediakah kamu, menjadikan saudari Jenifer Watson sebagai istrimu untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya,  pada waktu susah maupun senang,  pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, dan pada waktu sehat maupun sakit untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan."  "Ya, saya bersedia."  "Saudari Jenifer Watson-------------"  "Ya, saya bersedia."  "May the groom to kiss the bride." Suara riuh tepuk tangan, menggema di gereja.  Pesta pernikahan telah berakhir, Jenifer dan Anthony adalah teman bermain sejak kecil, mereka hidup  bertetangga. Kedua belah pihak orang tua mereka bersahabat baik dan sangat dekat.  Jenifer sudah menyukai Anthony sejak kecil, Anthony dengan garis keturunan dari Spanyol tumbuh menjadi pemuda yang tampan, rambut hitam legam, rahang yang tegas, m
Baca selengkapnya
20. Hukuman Ternikmat.
  21+!!!  Sudah satu minggu, sejak pertemuan dengan Anthony di pesta, Jenifer menjadi pribadi yang pendiam dan murung, bahkan ia mulai jarang mengunjungi Edward di jam istirahatnya, biasanya ia rajin berkunjung terutama ketika jadwal Edward sangat padat, ia akan datang membawa makan siang dan kopi kesukaanya Edward. Jenifer akan memberikan perhatian kecil seperti memijat kepala atau menerima tuntutan Edward untuk bermanja-manja di sela jam istirahat.  Edward butuh mendinginkan otaknya di kala ia benar-benar sibuk. Ia adalah orang yang workaholic dan sangat disiplin dalam bekerja. Selama ia mengenal Jenifer, Jenifer'lah tempat merefresh pikirannya.  Edward mendesah kesal karena Jenifer tidak kunjung datang atau menelpon duluan, menanyakan khabarnya. Ketika jam kantor usaipun Edward bertambah kesal karena Jenifer selalu termenung ketika ia menjemputnya, terlebih lagi bagaimana ia bisa bermanja tidur di pangkuaanya jika mood Jenif
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status