Semua Bab Si Lesung Pipi: Bab 41 - Bab 50
74 Bab
Lembar Baru
Setahun berlalu.... Akhirnya psikolog pribadiku sudah mengurangi jadwal rutin bertemu dengannya. Menurutnya aku sudah mengalami perubahan yang signifikan. Shaniar dan Agita juga beberapa hari yang lalu saat datang berkunjung ke apartemenku, mengatakan bahwa wajahku sudah mulai ceria dan bersinar lagi. Sejak peristiwa kejutan itu kami mulai akrab dan bahkan sangat dekat hingga membuat jadwal rutin untuk bertemu dan menginap. Mereka berdua juga tidak lelah mendukung dan selalu ada di sisiku saat aku benar-benar terpuruk. Ditambah juga semangat dari kak Dani cs, keluargaku dan kak Diva. Mereka adalah faktor utama mengapa aku bisa bangkit lagi dan bisa bekerja dengan normal walau harus rutin mengunjungi psikolog. Bunda Adelia juga sudah lama bangkit kembali sebelum aku. “Pemakaman umum... ya pak” ucapku pada sopir. Sebelum memberitahu kabar bahagia ini pada mereka semua, aku ingin si Lesung Pipi adalah yang pertama tahu. Aku ingin menyombongkan hasil pen
Baca selengkapnya
Epilogue #1 : Gadis Bermata Coklat
Bagian 1 : Suara musik kencang berdentam-dentam terdengar jelas dari dalam gedung aula bertuliskan Aula Sakti. Suara riuh rendah, tawa dan teriakan-teriakan mengiringi ramainya suasana di dalam aula. Guru-guru ikut berjoget bersama siswa-siswa lainnya dari kursi penonton.  “Gila itu cewe, Dave” Dani menyentuh bahu temannya yang sedang asyik memperhatikan dua siswa perempuan berpakaian aneh khas siswa ospek dengan rok rumbai-rumbai terbuat dari tali plastik dan topi terbuat dari kardus makanan sedang berjoget di atas panggung. Tidak lupa baju terbuat dari goni plastik dan papan nama super besar bertuliskan nama-nama aneh tergantung dileher. Mereka berdua bergoyang seperti urat malunya sudah putus. Tadi setelah tidak sampai satu menit ikut berjoget, laki-laki itu memutuskan untuk tidak melanjutkan. Bergoyang sekaligus tertawa membuat nafasnya sesak dan lebih memilih menepi ke area panitia di sebelah kanan barisan tempat duduk para siswa baru. “Dave
Baca selengkapnya
Epilogue #2 : Agitha
Sesakit-sakitnya rasa ini karena melihat orang yang kusayangi lebih memilih orang lain yang baru saja dia temui, tapi cinta tetaplah cinta. Sejauh ini aku bisa mengerti apa yang dia rasakan, karena apa yang dia rasakan itu juga pernah  kurasakan ketika pertama kali berjumpa dengannya. Saat itu aku masih kecil, sangat kecil untuk bisa jatuh cinta tapi pada kenyatannya aku sudah terlanjur menyukainya. Maka, ketika dia memintaku untuk membantunya mengungkapkan perasaanya, di tengah-tengah hatiku yang masih terluka, aku siap. Aku tahu segala hal tentang dirinya tapi itu tidak menjamin. Aku mencintainya tapi itu tidak cukup. “Git, dia kan gak salah apa-apaz?” tanyanya saat kami sedang asyik memakan ice cream kesukaan kami di taman depan rumahnya. Ini kebiasaan kami setiap sore jika ada waktu luang. Saat itu dua hari sebelum kami pindah ke Bandung. “Iya. Tapi dia merebut kakak dariku” aku memang sudah terbiasa sangat terbuka tentang perasaanku padanya.
Baca selengkapnya
Semua Membuka Lembar Baru
Sampai saat ini aku sudah sembuh total dari goncangan itu. Aku mempunyai karir yang cukup bagus. Pria yang bersamaku saat ini sangat hangat. Dia mau menerimaku dan lukaku. Aku juga dikelilingi orang-orang yang perduli. Kami saling peduli satu sama lain. Jujur, salah satu inspirasiku untuk bangkit adalah Agita. Dia pantas mendapatkan gelar wanita kuat dan hebat. Melihat betapa dia sangat kuat menghadapi semua itu bahkan memilihkan gaun pernikahan yang sangat spesial itu untukku. Dia sudah lama berdamai dengan dirinya. Dia menginspirasiku untuk bisa bangkit berdiri. Kepura-puraan yang selama ini kulakukan ternyata salah. Berdamai dengan semua itu , menghadapi rasa sakit itu seperti yang di lakukannya adalah yang seharusnya kulakukan sejak awal.  Shaniar, tumbuh menjadi wanita yang sangat elegan. Sampai hari ini dia selalu menanyakan keadaanku. Bercerita mengenai apapun yang dia rasakan agar aku juga ikut terpancing bercerita seperti yang dia
Baca selengkapnya
Another Story (Pertemuan Pertama)
Saat malam datang apa yang dilakukan pagi menunggu gilirannya datang? Bermainkah bersama jiwa-jiwa semesta yang tidak terlihat? Bercengkramakah bersama benda-benda galaksi? Atau mencurahkan perasaannya pada si tuan lubang hitam? Dimana dia menunggu? Adam dalam diamnya sesekali memikirkan pertanyaan-[ertanyaan absurd seperti itu. Di luar, dia siswa yang tegas dan disiplin. Bukan orang yang bisa di ajak berbasa-basi. Kelihatannya susah di ajak kompromi apalagi mengenai peraturan sekolah. Dia sang ketua OSIS. Akan tetapi jauh di dalam dirinya ada satu tempat berisi nyanyian-nyanyian sendu, irama-irama mellow, sisi dimana pertanyaan-pertanyaan absurd sesekali muncul jika dia bosan pada aktivitasnya sehari-hari. Jiwa melankolisnya tersimpan rapat saat berada di dunia nyata. Ketua OSIS adalah tamengnya.   Hari ini meski ada kegiatan baru bertemu orang-orang baru, tetap saja baginya tidak ada yang spesial. Hanya sebatas memenuhi tuga
Baca selengkapnya
Senjata Lengkap
Di palung gelap sudut hati yang paling dalam Ada seberkas kerisauan menjalar di dinding-dinding Ada sulur-sulur bahasa tidak terekam Di dalam kesendirian semua menjadi jelas Remah-remah jatuh remah-remah menutupi Tidak ada kunci tapi tidak yakin apakah terbuka Disingkap oleh apapun tetap tidak nyata   Perlahan-lahan pusaran tanya membentuk jurang Gema keraguan terngiang-ngiang Memantul-mantulkan kegelisahan Saat ini jawaban apa yang tepat? Alasan apa yang paling benar? Bukan Pertanyaan apa yang bisa menggulung benang-benang terurai itu?   Sajak-sajak itu terbentuk begitu saja, mengalir begitu saja keluar dari pulpen hitam yang di gerakkan oleh tangan Adam. Menari-nari di atas kertas tanpa terhambat. Dari k
Baca selengkapnya
Perkenalan Pertama
“Kenapa perpustakaan ini ga pernah kelihatan sebagus ini ya sebelumnya?” “Wajarlah...seringnya nongkrong di kantin, siapa yang tahu kalau ada perpustakaan sehebat ini. Emang kalian belum pernah ke sini sekali pun?” Dani menepuk jidatnya ketika Bownie, David dan Issano menggelengkan kepalanya “Aku sih udah sampai bosan bolak-balik ke sini terus” “Ya, kau kan enak, Dan. Rumahmu dekat. Tinggal ngesot udah nyampe” “Emang iya tinggal ngesot, Nie? Coba deh besok-besok aku mau lihat si Dani ngesot ke sini” Bownie dan Issano tertawa memukul gemas David. Sementara Dani sudah terlebih dahulu masuk ke perpustakaan. Mereka melarikan diri saat Adam menyuruh mereka mengikuti upacara penyambutan siswa Baru sebelum MOS dimulai. Bownie, David dan Issano terheran-heran kagum begitu mereka memasuki peprustakaan. Ruangan itu benar-benar menakjubkan bagimereka walau mereka masih belum masuk ruang utama. Mereka bergabung bersama Dani yang sedang mengisi buku tamu.
Baca selengkapnya
Singkong
“Ah yang benar, Dan?” “Iya, Nie, suer. Si David udah ada gebetan. Kemarin mau kuramekan di grup tapi lupa” “Murid baru?” “That’s Right. Makanya kau jangan pulang dulu kemarin supaya ngeliat ekpresinya si David. Cengo kaya orang bego. Nih, ada videonya. Tonton aja.” “Wahahaahhaha...Ini cewenya?” “Iya, yang namanya “Singkong” “Gila gila gila...Kemarin si Adam, sekarang si David. Secantik apa sih murid-murid baru. Kok bisa dua bujangan karatan ini akhirnya luluh?” “Lumayan sih, Nie. Kalau cewenya si Adam aku ga liat. Tapi kalau si David, emang manis cewenya. Kalemlah kelihatannya” “Setuju...setuju...” Bownie mengmbalikan handphone Dani “Ada yang binal-binal, ga, Dan?” “Halaaah...otakmu” David akhirnya datang setelah Bownie dan Dani menunggu beberapa menit di Kantin. David sedang mengurus sesuatu di Kantor kepala sekolah, sedangkan Adam sibuk mengurus laporan pelaksanaan MOS. Sementara Issa
Baca selengkapnya
Ambisi dan Cita-cita
Dulu Adam suka sekali mengeluhkan tentang apapun yang tidak sesuai keinginannya atau rencananya.Titik puncaknya adalah ketika dia tidak lolos ke SMA Negeri favoritnya yang juga SMA terfavorite sekabupaten Dairi. Tempat dimana siswa pintar dan berambisi menimba ilmu. Sekolah Prestigius yang bisa membuat orang-orang kagum. Dia masuk ke SMA Darma Bangsa hanya sebagai batu loncatan untuk masuk ke SMA tersebut lewat jalur tidak resmi. Hanya untuk sementara sampai kenaikan kelas dan dia akan pindah. Dia tidak terima dan merasa terhina ketika pertamakali memasuki SMA Darma Bangsa. Mengingat bagaimana sangat berambisinya dia mengikuti les kesana kemari, tidur hanya beberapa jam bahkan tidak menyempatkan untuk istirahat hanya demi SMA favoritenya, dia sungguh tidak bisa menerima kenyataan di hadapannya. Lama sekali dia berdiam diri di kamar mengacak-acak semua barang-barang, memecahkan cermin juga benda-benda lainnya. Buku-bukunya sudah dia bakar terlebih dahulu setelah peng
Baca selengkapnya
Hari-hari yang Sudah Tidak Biasa Lagi
Sisa-sia air hujan menetes menyejukkan hari. Dani merapatkan leher jaketnya sambil berlari menuju perpustakaan. Teman-temannya sedang sibuk dengan kegiatanmasing-masing. Nongkrong di kantin di tunda sementara. Tujuannya selain kantin dan lapangan basket adalah perpustakaan. Jejak-jejak kaki Dani membentuk cekungan di tanah basah bercampur dengan jejak-jejak kaki lainnya di depan perpustakaan. Tanaman-tanaman yang ada di taman perpustakaan menyambutnya menghembuskan hawa dingin yang lebih dingin. Dia berhenti sejenak memandang pintu masuk, di sana tampak beberapa murid lainnya bergerombol keluar. Dia hampir saja mengurungkan niatnya masuk kalau saja buku Paulo Coelho di tangannya tidak menyuruhnya untuk segera di kembalikan. Sudah tenggat waktu dan Ibu Tarigan tidak suka dengan alasan-alasan apapun jika terlambat mengembalikan buku. Keramaian yang tidak biasa di perpustakaan membuatnya sedikit enggan melangkah. “Daniii” Ibu Tarigan menyambutnya dari belakang meja tinggi resep
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status