Semua Bab SKANDAL SANG PENGUASA: Bab 61 - Bab 70
235 Bab
Bab 61. Liebe
Otot sang pengawal yang liat dan besar membuat Jessi merasa terpuaskan, walau ini bukanlah yang pertama baginya. Tapi baru kali ini ia melakukannya atas nama cinta."Leon ...." Jessica merintih sambil menggigit bibirnya. Bukan karena kesakitan melainkan karena kenikmatan.Rahang pengawal tampan itu  menegang, wajahnya terlihat memerah dengan napas yang memburu, ia menghujam sang nona, lagi dan lagi, hingga mencapai puncak kenikmatannya.Jessi menyukai setiap gerakan yang dilakukan kekasihnya itu. Ia sangat menikmati percintaannya kali ini. Jessi dan Leon melakukannya karena cinta, bukan karena paksaan atau keharusan untuk memuaskan pasangan.“Sayang, terima kasih.” Leon mengecup kening Jessica setelah mencapai klimaks.“Jangan panggil sayang! Itu mengingatkanku kepada Alan dan Jimmy yang selalu memanggilku dengan sebutan itu.”“Baiklah, Liebe, terima kasih atas kebahagiaan yang kamu berikan kepada saya." Le
Baca selengkapnya
Bab 62. Semua Karena Cinta
"Saya sudah berjanji tidak akan mengganggu pekerjaan kamu. Untuk itu saya akan menghukummu kalau kamu tidak mau bekerja." Leon membopong kekasihnya dan membawanya ke kamar mandi."Menyenangkan sekali mempunyai kekasih sepertimu." Jessi melingkarkan tangannya di leher sang pengawal sambil tersenyum."Sebenarnya tidak mandi pun kamu masih terlihat cantik, tapi kamu agak bau, Liebe." "Enak saja!" Jessi memukul dada Leon yang membuat laki-laki itu tertawa."Tapi, bau kamu memabukkan." Leon menurunkan Jessi di bawah pancuran air. "Apa perlu saya mandikan?""Tidak. Itu akan membuatku semakin terlambat. Sekarang pergilah.""Baiklah," sahut Leon. "Jangan lama-lama mandinya!""Sudah pergi sana! Kamu yang membuat saya lama.""Iya, saya keluar."Setelah keluar dari kamar mandi sang nona, Leon pergi ke luar rumah untuk menelpon asistennya. “Daniel, hapus semua video Nona Jessi. Saya tidak akan menghanc
Baca selengkapnya
Bab 63. Kebahagiaan Pertama
“Saya habis mengeluarkan mobil.” Leon melingkarkan tangannya di pinggang wanitanya. “Ayo kita berangkat!” “Ini pertama kalinya aku berangkat kerja jam segini,” ucapnya sambil berjalan melihat jam yang melingkar ditangannya. “Maafkan saya, Nona. Semua ini karena saya," ucap Leon penuh penyesalan. Leon khawatir sang kekasih akan mengakhiri hubungannya karena baru sehari berkencan, ia sudah membuat wanitanya terlambat ke kantor. Jessi memeluk pengawal tampan itu. “Kenapa kamu minta maaf? Ini adalah hari pertama aku merasakan bahagia selain dari pencapaian pekerjaanku.” “Benarkah?” Leon langsung membopong Jessica dan membawanya keluar. “Kita akan semakin terlambat kalau kamu terus merayuku.” “Sepertinya aku harus berterima kasih kepadamu.” Jessi mengalungkan lengannya pada leher sang kekasih, lalu melumat bibir pengawal tampan itu dengan lembut, mereka berciuman sepanjang jalan menuju mobil yang sudah terparkir di depan rumahnya.
Baca selengkapnya
Bab 64. Menjadi Bahan Gosip
“Aku sedang buru-buru, Leon.” Jessi terus melangkah tanpa menghiraukan seruan pengawalnya.“Leon menarik tangan Jessica hingga wanita itu jatuh ke dalam pelukannya, lalu berbisik, “Lipstik anda masih berantakan.”“Apa?” Jessi menutup mulutnya dengan telapak tangan sambil celingukan ke kiri dan ke kanan.Ia akan malu sekali jika ada yang sadar dengan penampilannya. Untung saja ia tidak memakai lipstik berwarna merah yang pasti akan terlihat seperti sangat mencolok jika berantakan. "Mereka pasti sudah melihat penampilanku yang aneh ini,” ucapnya yang merasa kesal sendiri. Begitu cerobohnya ia dengan penampilannya sendiri.Leon merangkul kepala Jessi untuk menutupi wajah cantik sang CEO yang terlihat aneh karena riasannya. Ia berjalan pelan supaya Jessi tidak terjatuh. “Pelan-pelan saja, Nona,” bisik Leon sambil menahan senyum.Para pegawai yang melihat adegan
Baca selengkapnya
Bab 65. Keputusan Besar
“Hahaha … kenapa saya yang disalahkan? Tadi 'kan kamu sendiri yang mencium saya.”“Iya, kenapa kamu tidak memberitahuku sebelum keluar dari mobil!” Jessi mendudukkan tubuhnya di sofa, lalu membenarkan riasannya dengan cepat. “Saya tadi mau bilang, tapi kamu nggak mau mendengarkan.”“Sudahlah. Aku tidak pernah menang jika berdebat denganmu,” ucapnya setelah memoles kembali bibirnya. “Kenapa aku seceroboh ini pada penampilanku sendiri. Ini sangat memalukan.”“Jangan berbicara terus! Waktu anda tinggal lima menit lagi! Bergegaslah, Boss. Anda sudah sangat sempurna.” Leon mengacungkan kedua jempolnya pada sang kekasih.“Kamu benar sekali, Cintaku.” Jessi bangun dari duduknya, lalu menjawil dagu sang pengawal. “Akhir-akhir ini aku terlalu banyak berbicara. Ini semua karena tertular olehmu.”“Kenapa saya lagi yang disalahkan? Wanita m
Baca selengkapnya
Bab 66. Merilis Calon Suami
“Syukurlah. Saya merasa lega mendengarnya.”“Juli, ibumu sakit apa?” Jessi menoleh sekilas.“Ibu saya sudah tidak muda lagi, Nona, dia menginginkan saya segera menikah. Ia terlalu khawatir tidak bisa menyaksikan saya menikah. ”“Apa aku juga telah membebani pikiran Mami karena tidak mau menikah.” gumam Jessi.“Semoga saja tidak, Nona,” sahut Julie.“Lalu rencanamu apa?” tanya Jessi lagi.“Saya harus mencari calon suami dalam waktu dekat, kalau tidak, saya akan dijodohkan dengan laki-laki pilihan orang tua saya.” Julie tertawa sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan. Ia merasa malu sendiri dengan ucapannya.“Apa kamu mau menikah dengan orang yang tidak kamu cintai?” Jessi menghentikan langkahnya, lalu menoleh pada sang sekretaris untuk menunggu jawaban dari wanita itu.“Saya bersedia kalau itu bisa membahagiakan orang tua
Baca selengkapnya
Bab 67. Leon Marah
Jessi sibuk bekerja sedangkan Leon sibuk memerhatikan kekasihnya. "Dia memang wanita yang ambisius, tekadnya sangat kuat, tidak seperti diriku yang tidak bisa berkonsentrasi sejak jatuh cinta padanya," gumam Leon pelan. "Kenapa dia begitu tenang? Apa jangan-jangan dia hanya pura-pura mencintai saya?"Sejak ia menyadari perasaannya, Leon tidak bisa berpikir tentang pekerjaan, yang ia pikirkan hanyalah wanita yang dicintainya.Sampai beberapa jam berlalu, Jessica masih berkutat dengan pekerjaan. Ketika Leon hendak menghampiri sang nona, langkah kakinya terhenti saat pintu ruangan sang CEO tiba-tiba terbuka."Halo, Sayang, aku datang." Senyuman lebar menghiasi wajah CEO AA Group. Laki-laki itu menghampiri Jessi dan berdiri di depan meja kerjanya. "Sayang, apa kamu tidak merindukanku? Kenapa ekspresimu seperti itu?"Jessi mengalihkan pandangannya dari layar komputer, ia menatap laki-laki yang sudah berhari-hari tidak bertemu dengannya. "Aku juga
Baca selengkapnya
Bab 68. Menjadi Dingin
Jessi menyantap makanan yang dibawa Leon tanpa bersuara, sedangkan pengawal tampan itu masih berdiri di depan meja kerja sang nona untuk memastikan kalau wanita itu menghabiskan makanannya.“Kenapa kamu tidak makan?” tanya Jessi setelah menelan makanannya.“Saya ini tidak sibuk seperti anda, jadi saya bisa makan kapan pun saya mau,” jawab Leon dengan nada yang dingin."Sepertinya dia memang marah,’ batin Jessi sambil terus mengunyah makanannya. ‘Dia marah karena ada Alan atau tersinggung dengan ucapanku?’ Jessi penasaran dengan perubahan sikap Leon yang tiba-tiba menjadi dingin padanya, tapi ia gengsi untuk bertanya. Jessi menyingkirkan kotak makanan itu setelah makanannya habis tanpa sisa. Ia tidak mau berbicara dengan Leon karena khawatir akan mengganggu konsentrasinya bekerja jika sudah berdebat dengan laki-laki itu.Setelah minum, Jessi kembali melanjutkan pekerjaannya. ‘Pekerjaan ini harus
Baca selengkapnya
Bab 69. Salah Sasaran
“Ah Nona, saya jadi malu.” Julie menjadi tersipu karena di ruangan itu tidak hanya dirinya dan sang nona, tapi juga ada pengawal setia boss-nya. “Apa Nona juga akan merilis calon suami di hari itu?” “Hahaha … calon suami? Bermimpi menikah pun aku tidak pernah.” Jessi bangun dari duduknya. “Mari kita pulang Julie, semoga kamu segera menemukan calon suami.” “Semoga saja, Nona," ucap Julie dengan penuh harap. “Saya akan menikah jika anda menikah.” “Apa kamu ingin menikah denganku?” tanya Jessi sambil terkekeh. “Tidak, Nona, saya masih menyukai seorang laki-laki,” jawab Jessi sambil tertawa pelan. “Kalau begitu saya permisi dulu, terlalu serig tertawa, saya jadi merasa takut akan mendapat sesuatu yang buruk.” "Leon, ayo kita pulang!” Jesi menyampirkan tasnya di bahu, lalu berjalan keluar dari ruangannya dengan senyuman yang tidak pernah pudar di wajahnya. “Aku yakin, hasilnya akan memuaskan sesuai harapanku,” ucapnya dengan percaya diri. '
Baca selengkapnya
Bab 70. Kencan Buta
“Tuan, maafkan saya,” Julie menundukkan pandangannya. “Sebenarnya saya mau melakukan kencan buta dengan seseorang, saya pikir orang itu anda.” Julie terpaksa berkata jujur karena ia sudah tidak bisa lagi menyembunyikan wajahnya.Laki-laki itu tidak merespons ucapan Julie, ia hanya berusaha menahan senyumnya jika mengingat sikap wanita tadi. 'Bisa-bisanya dia mengira saya ini teman kencannya,' batin laki-laki yang memakai kemeja putih itu.Julie melirik laki-laki yang menjadi teman kencannya. “Dia sangat tua, Kelihatannya dia seumuran dengan Ayah.” gumamnya yang terdengar oleh laki-laki tampan di depannya.‘Apa wanita ini melakukan kencan buta dengan Ayah?’ batin laki-laki itu saat melihat ayahnya masuk ke dalam ruangan khusus di kafe itu. Di ruangan itu hanya ada beberapa meja saja, dan hanya ada dua meja yang terisi, meja yang ia tempati dan satu meja lagi milik pasangan kekasih.“Dia men
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
24
DMCA.com Protection Status