Semua Bab SKANDAL SANG PENGUASA: Bab 51 - Bab 60
235 Bab
Bab 51. Pintar Membaca Situasi
Semakin hari Leon semakin tidak bisa mengontrol perasaannya, bahkan ia lupa dengan rencananya untuk menghancurkan wanita itu."Iya, aku lupa kalau kamu seorang laki-laki," ucap Jessi sambil tersenyum. Wanita itu segera menghabiskan sarapannya sebelum Leon berbicara yang macam-macam lagi.Setelah makanannya habis, Jessica bangun dari duduknya. "Pengawalku yang tampan, ayo kita berangkat!""Baik, Nona cantik."Jessica berjalan lebih dulu. Senyuman di wajahnya tidak pernah pudar. Akhir-akhir ini Leon selalu membuatnya tersennyum-senyum sendiri. 'Aku tidak pernah merasa sebahagia ini jika bersama Alan dan Jimmy. Mungkin karena mereka datang disaat ingin menikmati tubuhku saja, tidak seperti Leon yang selalu memberikan perhatian kecil, tapi manis. Aku jadi merasa dicintai. Tapi, apa Leon mencintaiku?' "Nona, silakan masuk!" Leon memerhatikan sang nona yang masih berdiri sambil tersenyum-senyum sendiri.Jessica mengerjap, lalu s
Baca selengkapnya
Bab 52. Mencintai Musuh
"Saya janji tidak akan melakukannya sekali lagi, tapi dua kali atau tiga kali lagi, mungkin juga lebih." Leon tersenyum, lalu turun dari mobil untuk segera membukakan pintu mobil untuk sang nona."Sepertinya aku salah berbicara." Jessica keluar dari mobilnya sambil melirik Leon dengan sinis. 'Bisa-bisanya dia berbicara seperti itu,' ucapnya dalam hati sambil tersenyum.CEO cantik itu berjalan dengan anggun masuk ke dalam kantornya. Lengkungan indah di sudut bibirnya menghiasi wajah cantik sang penguasa Beauty Corporation itu. Begitu pun dengan pengawalnya, di sepanjang jalan, Leon selalu tersenyum tanpa melepas pandangannya pada wanita cantik yang berjalan di depannya.Para pegawai yang mengira mereka pacaran, juga tersenyum-senyum sendiri. "Mereka sangat serasi," ucap pegawai wanita yang memakai baju berwarna merah muda sambil menggigit ujung jarinya. "Aku iri sama mereka.""Tapi, status mereka beda jauh, Nona seorang CEO di per
Baca selengkapnya
Bab 53. Pengawal Bucin
"Maafkan saya karena tidak mengetuk pintu terlebih dulu." Julie menundukkan pandangannya. "Saya akan kembali lagi nanti." Sekretaris CEO itu hendak keluar lagi dari ruangan boss-nya, tapi Jessi mencegahnya."Ada apa Julie? Kenapa kamu terlihat sedih?"Julie sekretarisnya sejak ia menjabat sebagai CEO di Beauty Corporation. Tidak pernah sekalipun ia bersikap seperti itu sebelumnya."Nona, maafkan saya karena telah mengganggu anda." Julie tidak berani menatap sang boss yang sangat dekat dengan laki-laki yang ia sukai itu.Bukan karena kecewa ataupun cemburu melihat Leon bersama boss-nya, tapi ia sungguh tidak enak hati karena telah mengganggu mereka."Kamu tidak mengganggu saya. Katakanlah ada apa?" Jessi semakin penasaran dengan apa yang terjadi pada Julie. Ia yakin ada sesuatu yang membuat sekretarisnya masuk tanpa permisi dulu."Ibu saya masuk rumah sakit, Nona. Apa boleh saya pulang sekarang?" Sebelumnya Julie tid
Baca selengkapnya
Bab 54. Semoga Bahagia
"Kalau aku tahu jawabannya untuk apa aku bertanya." Wanita itu berpura-pura tidak tahu, padahal ia sudah bisa merasakannya."Saya melakukan ini karena saya mau," balas Leon sembari tersenyum. "Saya akan menyelesaikan pekerjaan itu sambil menunggu makanan datang.Leon kembali duduk di sofa dan mengerjakan pekerjaaan sekretaris sang CEO.Kini Jessi yang menatap sang pengawal yang sedang serius bekerja. 'Leon, aku tahu, rasa sayang dan kepedulianmu bukan karena aku ini Boss kamu, tapi karena kamu mempunyai perasaan yang lebih,' batin Jessi sambil tersenyum.'Saya melakukan ini karena saya mencintai anda, Nona. Kekacauan ini akibat ulah saya, tapi saya janji akan membantu anda, hingga produk baru ini rilis.'Leon lupa kalau ia juga sedang menyiapkan produk baru untuk bersaing di pasaran dengan produk unggulan Beauty Corporation.Semakin lama Leon menyadari tentang perasaannya, semakin membuatnya merasa bersalah karena telah berbuat
Baca selengkapnya
Bab 55. Pengawal Hati
“Silakan saja! Kenapa harus bertanya dulu? Kamu mencium saya saja tidak bertanya terlebih dulu." Jessi mendelikkan matanya dengan sinis.“Itu lain, Nona,” balas Leon sembari terkekeh. “Kalau bertanya terlebih dulu pasti tidak akan mendapat izin.”“Aku selalu kalah kalau berbicara denganmu. Ayo katakanlah kamu mau bicara apa?” tanya Jessica dengan kesal, namun Leon malah tersenyum melihat wajah sang nona.'Dulu saya tidak berani menatap Nona kalau dia sedang marah, tapi sekarang dia terlihat sangat menggemaskan jika sedang marah,' gumam Leon dalam hati sambil tersenyum."Kenapa malah tersenyum? Cepat katakanlah!" Jessi menjadi salah tingkah ditatap oleh pengawalnya itu.Jessi bukan remaja putri yang baru mengenal cinta. Dari sekian laki-laki yang menggodanya, hanya Leon yang bisa membuatnya merona dan senyum-senyum sendiri.“Anda tambah cantik jika sedang marah." Leon tidak pernah mengalihkan pa
Baca selengkapnya
Bab 56. Saya Jatuh Cinta
Jessi tersenyum-senyum sendiri membayangkan ketika Leon menciumnya tadi.  "Ada apa dengan diriku? Ia tersadar, lalu melanjutkan pekerjaannya. Sementara Leon pergi ke tempat yang tidak jauh dari ruangan sang nona. Ia tetap memantau pintu ruangan sang nona dari tempatnya berdiri. Laki-laki tegap itu merogoh ponsel dari saku jas untuk menelepon asistennya. "Halo, Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Daniel dari seberang telepon. "Saya jatuh cinta." "Maafkan saya, Tuan. Saya menghormati anda karena saya merasa berhutang budi atas kebaikan keluarga anda. Saya akan mengabdi seumur hidup saya kepada keluarga Karl. Tapi ... mohon maaf, Tuan, saya masih normal, saya menyukai wanita. Dengan menyesal saya menolak cinta anda," ucap Daniel panjang lebar. "Apa maksudmu? Kamu pikir saya jatuh cinta sama kamu?!" Leon sedikit membentak, namun suaranya sedikit direndahkan karena khawatir ada yang mendengarkan pembicaraannya. "
Baca selengkapnya
Bab 57. Tidak Waras
Leon memasukkan ponselnya ke dalam saku celana setelah selesai berbicara dengan asistennya, lalu masuk ke dalam ruangan sang nona. "Siapa yang kamu telepon? Ini sudah tiga kali sepuluh menit," cecar Jessi saat Leon menghampirinya. "Tiga kali sepuluh menit," gumam Leon sambil melihat jam yang melingkar di tangannya. 'Saya lupa kalau sudah berjanji hanya pergi sepuluh menit. Ini semua karena Daniel yang terlalu banyak berbicara,' gumam Leon dalam hati. "Saya menelepon teman, Nona," sahut Leon. "Bukannya tadi kamu mau menelepon orang tuamu?" Jessi memicingkan matanya. Ia curiga kalau Leon berbohong. "Maksudnya setelah menelpon orang tua, saya menelpon teman," jawab Leon sembari tersenyum, lalu berjalan mendekati sang nona. "Apa Nona merindukan saya atau anda sedang cemburu?" bisiknya. "Memangnya kamu siapa? Kenapa saya harus cemburu?" Jessi menggeser kursinya semakin dekat dengan meja kerjanya. Lalu, kembali mengerjakan pekerjaannya. 'Ken
Baca selengkapnya
Bab 58. Nyatakan Cinta
Jessi berjalan cepat meninggalkan sang pengawal, ia tidak mau meladeni pengawalnya itu karena masih banyak pegawai yang belum pulang dan masih lalu lalang di dalam kantor itu. “Sepertinya Nona juga menyukai saya.” Leon tersenyum sambil berjalan cepat untuk membukakan pintu mobil. “Silakan masuk, Nonaku.” Leon tersenyum genit kepada wanita yang dicintainya. Jessi mendelikkan matanya dengan sinis kepada Leon, lalu segera masuk ke dalam mobil. ‘Dia selalu membuatku merona. Apa yang terjadi dengan diriku, kenapa aku menyukainya dia bersikap gila seperti itu?’ gumamnya dalam hati sambil menahan senyum. Wanita memalingkan wajah menghadap ke luar jendela untuk menghindar dari sang pengawal. Ia memejamkan matanya berpura-pura tertidur. Leon menoleh pada sang nona sebelum melajukan kendaraannya. ‘Dia bekerja terlalu keras.’ Sepanjang perjalanan Leon memikirkan bagaimana caranya mengungkapkan perasaannya terhadap sang Nona. Sesekali ia melirik w
Baca selengkapnya
Bab 59. Berbalas Cinta
“Leon … aku … aku juga menyukaimu, tapi kamu juga tahu aku tidak bisa menjalin hubungan dengan siapa pun karena itu akan menghambat karierku.”“Saya tidak akan menuntut anda untuk menikah, saya hanya ingin anda selalu berada di samping saya.” Leon kembali mencium jemari sang nona. “Saya akan melakukan apa pun untuk anda yang penting anda selalu bersama saya."“Kamu yakin tidak akan menuntut apa-apa dari saya?”“Satu, hanya satu yang saya minta. Jangan berkencan dengan Tuan Alan atau siapa pun lagi. Saya hanya ingin anda menjadi milik saya seutuhnya. Saya akan mengabulkan semua permintaan anda, bahkan jika anda menginginkan saya terjun ke jurang pun akan saya lakukan asalkan anda menjadi kekasih saya."Jessi tampak berpikir. Jika menolaknya ia khawatir Leon akan berhenti menjadi pengawal. Sejujurnya ia juga menyukai Leon, tapi ia takut berkomitmen karena takut mengganggu kariernya."Saya
Baca selengkapnya
Bab 60. Sentuhlah Aku ( khusus 21+ )
Jessica mendekatkan wajahnya, lalu meraup bibir sang pengawal tampan itu dan menyesapnya dengan penuh gairah. Leon pun membalas ciuman itu dengan penuh hasrat.Sesekali keduanya melepas ciuman itu lalu kembali saling memagut setelah mengulas senyum. Suara kecapan bibir terdengar samar-samar berbaur dengan suara siaran televisi. Mereka sangat menikmati ciuman yang penuh cinta. Keduanya memejamkan mata merasakan kehangatan sentuhan benda lembut itu. Mereka saling memagut bibirnya dengan sangat lama.Sementara tangan Jessi menyusup di balik kaus yang dikenakan sang pengawal. Debaran dada laki-laki itu sangat terasa saat jemari lentik Jessi meraba dada bidang yang ditumbuhi rambut-rambut halus.Jessi melepas ciumannya, lalu menarik kaus Leon hingga terlepas. “Aku menginginkanmu, Leon.” Wanita itu membenamkan bibirnya di leher kekasih barunya sambil menggerayangi dada bidang sang pengawal.Jessica melakukan hubungan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
24
DMCA.com Protection Status