A BINDING STORY (Baby Girl) 의 모든 챕터: 챕터 11 - 챕터 20
52 챕터
BAB 11 : Hurt
Pagi-pagi, Raveena belum sepenuhnya sadar dari bangun tidurnya mengernyit heran menatap Rasen yang sudah berdiri sambil memegang keresek yang ia bawa. Tidak ada angin dan hujan, tiba-tiba saja Rasen jinak. Cowok itu masih anteung dengan wajah watados meski Raveena menatapnya penuh pertanyaan."Terus, di sini ngapain?" tanya Raveena heran. Gadis itu masih terbaring lemas di atas kasur. "Nganterin sarapan buat lo, biar lo bisa makan obatnya langsung." Rasen mengeluarkan bubur dan roti di dalam keresek yang berbeda."Lo ke sini cuma nganterin gue sarapan? Nggak perlu, gue masih ada nasi, elah," ucap Raveena menyipitkan matanya menahan pusing. "Gue juga pernah ngerasain sakit, Vee. Kalau lagi sakit makan nasi tuh rasanya berubah nggak enak, makanya gue bawain ini." Rasen menyahut santai. "Eh, ntar kalau gue berangkat, anak kita jangan lupa dikasih susu ya.""Iya bawel."Rasen meletakkan bubur dan roti itu secara bersamaan diatas naka
더 보기
BAB 12 : Remember
Author Pov “Nggak gue nggak selingkuh, Tha, kenapa dia nuduh gue kayak gitu?”“Gue bukan cewek murahan..Tha. Bukan.”“Kenapa harus ngebentak Veena, kalau Veena salah omongin baik-baik....”“Veena kangen Papa....”Suara parau diiringi isakan kecil itu masih terdengar samar dalam keheningannya. Juga bagaimana pandangan sendu gadis itu ketika menatapnya penuh cerita. Berbagi luka yang tak seharusnya dilakukan. Bahu yang terguncang hebat dengan tangan gemetar, ia masih ingat itu dengan jelas.Rasen mengerang, men-dribble bola basket itu semakin tak karuan. Di bawah langit yang tak menunjukkan wajah cerahnya, Rasen berusaha meredam amarah sedalam-dalamnya. Peluh yang mengucur di pelipis kirinya begitu deras. Rasa dilema tak henti menggerayang di hatinya.Rasen melakukan 1001 cara agar Raveena jauh dari kata rapuh. Dan si brengsek itu dengan sekali ucapan sampahnya malah mengacaukan semuanya. Prok ... prok... prok....
더 보기
BAB 13 : Bar-bar Aunty
Author PovHari ini Bi Maudy pulang gengs,Dari Singapore,Bawa oleh-oleh, sih, tapi...Raveena menghela napas. Manik matanya tak henti memandang lurus ke depan pada seseorang yang lima belas menit yang lalu menginjakan kakinya di rumah bewarna putih ini. Seminggu tak bertemu, membuatnya berada dalam situasi konyol seperti ini.Ekspektasi Raveena ketika Maudy pulang adalah memeluk Bibinya itu penuh rindu. Menanyakan kabar satu sama lain seraya saling menukar cerita penuh canda. Tapi yang dilakukan Maudy malah melempar Raveena pada realita yang jauh dari yang dibayangkan.Baiklah, Raveena sedang disidang. "Bibi pernah bilang kan kalau nggak ada rahasia diantara kita?" tanya Maudy yang masih berdiam diri di tempat. "Sekarang jujur, Vee. Jujur sejujur-jujurnya.""Veena harus ngomong apalagi? Ini tuh udah jujur.""Nggak, pasti kamu bohong sama Bibi." Maudy menggerak-gerakan jari telunjuknya. Wajahnya terlihat resah. "N
더 보기
BAB 14 : Something
“Kalau gue masih sama kayak dulu, lo mau cari Papa baru buat Yara?”Atmosfir yang terasa saat ini mendadak aneh. Kedua tangannya semakin meremas kuat sisi rok saat beberapa detik lalu ia dilontarkan pertanyaan yang mengejutkan. Tubuhnya masih berdiri tegak walau kini punggungnya malah semakin tersudut pada dinding.Raveena mengigit bagian dalam pipinya, bingung. Semakin dalam tatapan Rasen malah semakin membuat hawa tubuhnya terasa panas. Mungkin, pertanyaan Raveena terlalu menyinggung Rasen sampai cowok itu nampak menyeramkan sekarang—bagi Raveena.“Gue cuman nanya aja, Sen. Kenapa harus bawa-bawa Nayara?” tanya Raveena. Ia tak berani mendongak pada Rasen.“Gue tahu.” Rasen masih menyahut dingin. “Sekarang gue nanya balik sama lo. Tinggal jawab aja, bisa kan?”“Enggak!” Raveena menggeleng tegas. “Gu-gue nggak akan pernah ngelakuin itu. Nggak akan cari Naya Papa baru. Nggak aka
더 보기
BAB 15 : Jarak
Author PovWaktu menunjukan pukul 06.55, Raveena berjalan tergesa-gesa menyusuri koridor setelah melirik sekilas jam tangan kecil yang melingkar pada tangan kirinya. Lima menit lagi bel berbunyi.Langkah gadis itu memelan dengan sendirinya, ketika telinganya menangkap percakapan yang begitu menarik pendengarannya. Ucapan-ucapan yang dilontarkan oleh siswi maupun siswa disana berhasil membuat Raveena tercenung sejenak. “Gila gak sih? Umur segitu prestasi udah bejibun di mana-mana?”“Beneran mantul tuh cowok! Udah ganteng sama pinter. Sekarang malah jadi pengusaha!”“YA ALLAH! GUE NGGAK PA-PA GAK DI JODOHIN SAMA NA JAEMIN JUGA. YANG PENTING GANTINYA HARUS RASEN!”“Ish! Jadi beneran gebetan gue si Rasen jadi penerus Adystha Company? Saoloh kok keren banget yaaaaaa? Makin sayang....”Raveena menoleh pada kumpulan siswi yang heboh sambil menatap layar ponsel mereka masing-masing. Kemudi
더 보기
BAB 16 : Kita?
Author PovRaveena membuka gerbang rumahnya secara terburu-buru. Setelah sepulang sekolah, Raveena langsung pulang. Padahal hari ini harusnya dia bersama Wildan dan Merin untuk mengerjakan tugas kelompok. Mendapat kabar dari Mba Lala—baby sitternya—bahwa bayi kecil itu tidak berhenti menangis sejak tadi pagi membuat Raveena mengurungkan acara kerkomnya. Raveena cemas. Akhir-akhir ini Nayara sering rewel, tidak tau apa penyebabnya.“Naya belum berhenti nangis juga, ya, Mba?” tanya Raveena saat menghampiri Mba Lala. Gadis itu melempar tasnya ke sembarang arah.“Iya, Non. Tadi dikasih susu malah nggak mau,” ujar Mba Lala yang tengah menggendong Nayara di tengah rumah. Raveena menatap cemas Nayara. “Udah digendong biar tidur, tapi malah rewel terus.” “Yaudah sini, Veena aja yang gendong,” ucap Raveena seraya mengangkat kedua tangannya. Mba Lala mengangguk, lalu menyerahkan Nayara p
더 보기
BAB 17 : Putus
Author PovKadang, Rasen selalu berharap bahwa apa yang terjadi pada dirinya adalah sebuah mimpi. Mimpi tidur yang suatu saat nanti akan berakhir dengan bangunnya dia pada dunia nyata. Tapi itu mustahil. Karena pada dasarnya hidupnya sekarang adalah fakta. Semesta memang lucu. Di balik mewahnya kehidupan yang ia jalani. Di balik harta, gelar maupun jabatan yang ia terima, tidak ada yang tau jika itu semua hanya topeng. Ketika takdir membawanya jauh lebih dalam keterpurukan. Begitu dalam tak tergapai. Sudah cukup, Rasen terlalu banyak menyembunyikan hal yang ia telan sendiri, yang ia hadapi sendiri. Dunia tau dirinya bahagia dengan segala ia punya, namun realita membalikan kedaan bahwa ia sedang tidak baik-baik saja selama ini.Lelaki itu berdiri dengan kokoh dan tegap seraya menghadap ke arah taman luas dibawah sana. Kedua tangannya dimasukan kedalam saku celana kain hitamnya. Matanya menerawang menembus kaca lalu terbang ke arah langit biru y
더 보기
BAB 18 : Kita? (2)
Author PovHelaan napas kasar berulang kali ia lakukan tanpa sadar. Hanya upaya untuk meredam rasa resah yang menggerayang bebas di dalam hatinya. Waktu menunjukan pukul setengah delapan malam. Gadis berjaket jeans bewarna abu-abu itu baru saja keluar dari Minimarket. Langkah kakinya berjalan menyusuri lorong rumah sakit dengan pelan. Raveena tak berhenti menggerutu sendiri sedari tadi. “Sok sibuk! Sok sibuk! Sok sibuk!" Cibirnya tak kenal tempat. “Bener-bener kampret emang!”“Emangnya CEO nggak sanggup beli hape dua apa?! Pakek acara nggak aktif segala!” “Ah! Gak tau lagi gue kesel sama dia.” Menampilkan wajah setengah jengkel, tangan gadis itu beralih pada tas kecil yang ia pakai. Dua keresek yang ia pegang membuatnya kesusahan mengambil ponselnya sendiri. Mau tak mau, Raveena memberhentikan langkahnya saat di pertigaan lorong. “Aih! Hape gue kemana, sih?
더 보기
BAB 19 : Pesan
Author Pov“DAFFAAAA! RASEN BERANTEM SAMA JOHAN DIKORIDOR!” Teriak Romi histeris di ambang pintu kelas. “SAMPE BERDARAH DAFF! BERDARAHHHHHH!”Satu kelas terpelonjak kaget. Daffa lekas berdiri dan berlari keluar diikuti Romi menyusul. Raveena ikut kaget, gadis itu bangkit dari duduknya saat melihat murid berhamburan di luar kelas. Keadaan tiba-tiba berisik dan gaduh.Gadis itu berdiri di ambang pintu dengan wajah cemas. Mengamati mereka yang berlalu-lalang sibuk berlarian ke arah koridor sebelah timur. Pikirannya mendadak terhenti pada Rasen. Apa perkelahian mereka ada hubungannya dengan putusnya hubungan Raveena dan Johan? “Rasen berantem sama Johan, Vee?” Lista yang juga sama kagetnya memilih menghampiri Raveena. “Ki-kita lihat yuk.”“Anjir! Seriusan Rasen berantem sama Johan? Gilaaa, bisa-bisa Rasen bonyok yaampunnnn.” Merin heboh di tempat membuat Raveena semakin taku
더 보기
BAB 20 : Kejutan!
"Haluku untuk memilikimu ternyata berakhir haru, Vee." -Rasendriya Adystha****Author Pov"Tiup balonnya banyak-banyak, Vee.""Enggak.""Satu lagi aja, buat ditempelin di tangan kanannya.""Lo nggak waras, Sen. Sumpah!" sergah Raveena kejam. Sebuah delikan sinis berhasil ia loloskan kala matanya menangkap Nayara kasihan terbaring di atas kasurnya. "Gusti! Ya Allah Ya Rabb, anak gue lo apain Rasennnnn!""Biar ucul lah, Vee," balas Rasen. Cowok itu tengah sibuk mengikat ujung balon menggunakan tali tipis, lalu meraih tangan Nayara yang begerak-gerak. "Sini Nak, tangan kanannya mana kasihin ke Papa.""BUSET! KENA MUKA GUE BALONNYA KAMPRET!" protes Raveena sebal. "Ehhhh! Itu di apain?! Diapain dia?!""Di ajak main biar anteng," balas Rasen santai. "Tuh kan, lucu."Raveena beralih sorot pada Nayara. Bayi itu sudah di penuhi balon yang talinya di ikat pelan di kedua tangan dan kakinya. Tega sekali Rasen, bayi itu
더 보기
이전
123456
DMCA.com Protection Status