All Chapters of Frozen in Love: Chapter 61 - Chapter 70
313 Chapters
Keputusan Mengejutkan [2]
“Kelihatannya, kamu makin sering saja bertemu Violet, ya?” Eireen melipat tangan di atas meja, tubuhnya agak condong ke depan. “Sepertinya, kamu bahkan lebih sering bersama dia dibanding denganku. Bahkan kamu pernah memanfaatkan hari liburmu untuk menonton bersama Violet,” kritiknya.Quinn sudah memiliki jawaban untuk kalimat terakhir Eireen itu. “Aku kan sudah meneleponmu sejak pagi, tapi kamu bilang kalau ada acara penting dengan teman-teman SMA-mu. Aku kan tidak bisa memaksamu membatalkan acara kalian. Karena waktuku luang dan sepertinya Violet juga tidak memiliki aktivitas lain, makanya aku mengajaknya menonton. Seingatku, Jeffry malah tidak bilang pada Violet kalau dia akan bertemu denganmu dan yang lainnya. Tapi, tenang saja, aku tak ingin mereka bertengkar. Jadi, aku tak memberi tahu Violet soal acara itu.”“Apa kamu lupa kalau aku mengajakmu dan kamu menolak?” Eireen balik bertanya, tak mau disalahkan.&ldq
Read more
Keputusan Mengejutkan [3]
Sepanjang sisa makan malam itu, Quinn mendadak kehilangan antusiasmenya yang biasa. Entah ke mana semangat menggebu yang selalu dirasakan pria itu jika bertemu dengan Eireen. Quinn pun yang tadinya aktif berbicara, kini lebih suka menjadi pendengar saja. Saat itu, dia cuma merasakan satu hal. Ada sesuatu yang salah.“Kamu kok mendaak pendiam, sih? Seperti ada yang sedang dipikirkan,” kata Eireen. Tampaknya, gadis itu pun menyadari perubahan sikap Quinn. “Ada apa, Quinn?”Tentu saja lelaki itu tak mungkin menjawab dengan jujur. “Nggak ada apa-apa. Aku cuma agak capek.”Eireen merengut ke arah kekasihnya. “Kenapa kamu bisa betah berjam-jam di toko buku bersama Violet, tapi sudah mengeluh capek padahal kita baru di sini kurang dari satu jam?” kritiknya.“Karena hari ini aku memang banyak pekerjaan yang membuat tenagaku terkuras,” Quinn beralasan.Quinn baru saja hendak mengajak Eireen untuk m
Read more
Keputusan Mengejutkan [4]
Setelah tiba di rumah yang ditempatinya sejak bekerja di The Suite, Quinn memilih untuk buru-buru mandi. Tadi dia tak sempat melakukan itu sebelum meninggalkan hotel. Pasalnya, waktu sudah terlalu mepet. Pekerjaan lelaki itu seharian ini memang bertumpuk.Quinn menempati rumah mungil berkamar satu yang dilengkapi dengan dapur dan ruang tamu. Dulu, sebelum menjadi residence manager, Quinn tinggal di kamar berukuran empat kali lima meter dengan kamar mandi di dalam. Sehari-hari, ada petugas yang membersihkan semua ruangan dan kamar-kamar di mes itu.Quinn sudah tertidur saat ponsel lelaki itu berbunyi nyaring dan membuatnya terjaga. Kening Quinn berkerut karena dia menyadari saat itu sudah hampir tengah malam. Dia selalu berdebar-debar tiap kali ada yang menelepon di atas pukul sepuluh malam. Karena seringnya itu bukan berita bagus. Apalagi ketika Quinn membaca nama Eireen terpampang di layar.“Halo, Reen. Ada apa?” tanya Quinn tanpa basa-basi
Read more
Sembilu [1]
Violet tak bisa menahan debar paling kencang yang pernah dialaminya seumur hidup. Hari ini, seakan menjadi hari di mana vonis akan dijatuhkan. Hari yang tak pernah diduga akan tiba padanya. Namun, dia tak bisa mengelak karena Violet sudah berjanji. Inilah harga yang harus ditebusnya.Jantungnya memukul-mukul penuh kekuatan, seakan ingin melepaskan diri dari tempatnya. Udara nyaris tak bisa dihirup, membuat Violet tersengal-sengal dan merasa kehabisan napas. Tak hanya itu, Violet Jeffry merasakan darahnya menggelegak panas, seakan ingin menghanguskan setiap pembuluh yang dilewatinya. Seluruh pori-porinya “terjaga”, membuat Violet merasakan dingin yang menusuk hingga tulang.“Aku kadang membenci diri sendiri yang yang selalu pengin menjadi orang yang memegang janji,” ucapnya pada diri sendiri, berkali-kali. “Kenapa sesekali aku tak mencoba untuk memikirkan diri sendiri saja? Hal-hal yang membuat tak nyaman, tak harus kulakukan.”
Read more
Sembilu [2]
“Violet? Sangat jarang kamu menghubungiku lebih dulu. Wah, ini kehormatan besar.”Hati Violet tersentuh rasa ngilu. Namun dia memaksakan diri untuk bicara. “Quinn, kamu di mana? Ada di kantor? Aku sudah hampir sampai di lobi,” katanya lirih. Violet nyaris meledak dalam tangis saat mendengar antusiasme di suara Quinn.“Kamu datang ke sini? Oh, baiklah! Sekarang juga aku akan menjemputmu di lobi. Tunggu ya!” balas Quinn cepat.Hubungan telepon diputuskan begitu saja. Violet menatap nanar bangunan di depannya. Fadia tak bertanya apa-apa. Sepertinya dia bisa merasakan betapa Violet sedang tidak ingin melakukan atau bicara apa-apa. Mendung begitu jelas bergelayut di wajah dan sikapnya.“Terima kasih ya Di, terima kasih Kemal. Karena kalian sudah berkenan mengantarku.” Violet membuka pintu mobil sedan milik Kemal sebelum petugas hotel sempat melakukannya. Entah kenapa dia perlu menunduk dan berbisik pada Fadia. &l
Read more
Sembilu [3]
“Kamu lagi sibuk? Maaf ya, aku langsung datang ke sini. Tidak memberi tahu dulu sebelumnya,” sesal Violet. Dia baru benar-benar menyadari bahwa semestinya mengontak Quinn sebelum memutuskan mendatangi hotel tempat pria itu bekerja.Quinn menggeleng. “Tidak perlu minta maaf. Kamu bisa datang kapan saja ke sini tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Aku punya waktu kok, untukmu. Aku malah senang karena kamu langsung datang ke sini. Benar-benar kejutan tak terduga tapi membuatku senang, Vi. Sayangnya, aku tidak bisa mengajakmu makan di luar hari ini. Ada pekerjaan yang masih belum selesai. Makan di sini saja, ya? Seperti dulu,” celoteh Quinn.Violet tersenyum patah. “Kamu membuatku terdengar seperti orang yang selalu menodongmu untuk diajak makan. Apa aku serakus itu, ya?”“Jangan tersinggung, Vi. Kalaupun kamu rakus, memangnya kenapa? Aku tidak merasa keberatan.” Quinn tergelak. “Ini kan sudah mendekati jam makan
Read more
Sembilu [4]
Suara Quinn terdengar begitu datar, tapi malah membuat tangan Violet menjadi gemetar. Dia buru-buru meletakkan sendok, urung memasukkan suapan pertama nasi goreng ke dalam mulutnya. Gadis itu mengangkat wajah dan menatap Quinn dengan sungguh-sungguh. Tak terlihat gurat sedih di wajah menawan yang duduk di sebelahnya itu.Quinn mengangkat alis. “Kenapa melihatku begitu serius?”“Kamu sudah putus dengan Eirene? Aku tidak salah dengar?”Quinn mengangguk. “Kamu tidak salah dengar, Vi. Aku dan Eireen memang sudah berpisah. Belum lama, baru beberapa hari yang lalu.”“Tapi, kenapa? Bukankah kamu sangat mencintai Eireen sampai nekat mengajukan usul untuk ... yah ... kamu tahu apa yang kumaksud,” cetus Violet. Tengkuknya mendadak terasa membeku.Lelaki itu menjawab dengan tenang, “Aku baru sadar, aku tidak cukup mencintainya. Dulu, kukira Eireen adalah segalanya buatku, Vi. Tapi ternyata aku salah. Aku b
Read more
Sembilu [5]
Deja vu.Semuanya mirip saat pertama Violet datang ke ruangan itu. Hanya saja, kali ini Quinn harus keluar hingga tiga kali karena harus menenangkan tamu yang mengajukan keluhan. Meski cuma duduk memandangi Quinn bekerja, Violet merasa nyaman. Walau dia tahu bahwa di ujung pertemuan mereka hari ini, hati Violet akan kian terluka.“Vi... Violet ... bangun.”“Hmm...” Violet bergerak perlahan meski matanya masih terasa lengket.“Vi, sudah malam. Aku harus mengantarmu pulang.”Samar-samar gadis itu merasakan Quinn melepaskan earphone yang masih menempel di telinga Violet. Lalu, pria itu kembali mengguncang bahu Violet dengan gerakan yang sangat lembut. Seakan takut akan mengejutkannya.“Vi....” panggilnya lagi.Violet akhirnya membuka mata. Awalnya dia merasa bingung karena kehilangan orientasi. Lalu, mendadak gadis itu nyaris melompat saat menyadari kalau dirinya sedang di
Read more
Sembilu [6]
“Ya,” sahut Quinn, serius. “Ada perubahan besar yang terjadi pada perasaanku, Vi. Selain itu, ada beberapa alasan lain terkait Eireen yang membuatku makin yakin untuk putus dari dia. Tapi, alasan-alasan itu, menurutku, hanya membuktikan bahwa aku tidak benar-benar cinta padanya. Karena kalau perasaanku sebesar yang kukira, aku akan bisa menerima semua itu. Dan takkan menganggapnya sebagai persoalan besar. Mungkin, kami bisa mencarikan jalan tengah untuk berkompromi. Tapi nyatanya tidak. Aku sama sekali tidak tertarik untuk itu. Aku cuma ingin berpisah dari Eireen.”Kata-kata Quinn membuat Eireen terkelu. Namun dia sengaja menghindari kontak mata dengan lelaki itu. Pandangannya diarahkan ke depan, ke arah pintu kamarnya yang tertutup.“Bicaralah, aku siap mendengarkan,” ucap Quinn lagi, menarik Violet pada kekinian.Tidak ada jejak gurau di suara Quinn. Seakan lelaki itu sudah tahu bahwa yang akan diucapkan Violet hanyalah kepa
Read more
Sembilu [7]
Quinn menatap Violet tak setuju. “Omong kosong! Itu sama saja. Itu adalah bentuk ketidaksetiaan. Jika seorang lelaki berani memandangi perempuan lain sementara dia sedang bersama pacarnya, itu bukan hal yang wajar. Artinya, lelaki seperti itu tidak punya rasa hormat dan cinta yang pantas untuk orang yang memiliki posisi spesial di hatinya. Di depanmu saja dia berani bertingkah begitu, apalagi di belakangmu? Pernah memikirkan itu, Vi?”Violet memelotot marah. “Jadi, menurutmu aku harus putus dengan Jeff setelah semua yang kita lakukan? Atau kamu cuma kesal karena tujuanku tercapai sedangkan hubunganmu dengan Eireen malah putus?”Begitu kalimatnya tuntas, Violet tahu dia sudah melewati batas. Namun, kata-kata tajam adalah pedang yang tak bisa ditarik lagi.“Bukan begitu! Aku tidak memintamu melakukan itu! Tapi aku berharap, kamu bisa lebih objektif. Setelah sekian lama kamu melihat sendiri sikap Jeffry, semestinya kamu membuka mata da
Read more
PREV
1
...
56789
...
32
DMCA.com Protection Status