Semua Bab Hasrat Terlarang: Bab 21 - Bab 30

34 Bab

Bab 21. Kecupan Bibir Revan dan Gina

Mobil pun melaju semakin menjauhi lokasi butik Gewa. Gina masih tidak menyangka wajah polos tanpa pernah polesan make up akan terlihat begitu sempurna bahkan sepanjang perjalanan Gina hanya bisa meremat tangan gugup. "R-Revan, bagaimana dengan pakaian dan sepatuku?" Tanya Gina pelan. "Tenang saja, serahkan urusan itu pada Gewa. Dia akan menyimpan dengan baik." "Terimakasih, Revan." Revan menatap Gina sekilas lalu kembali fokus menyetir. Hingga  akhirnya, mereka telah sampai di tempat yang dimaksud. Sebuah gedung pencakar langit menjulang tinggi, Gina menatap dari dalam mobil sambil bibirnya terkatup ragu. "A-apakah ini?" Tanya Gina. Apartemen Pranaja, tertulis pamplet nama tersebut. "Ya, sesuai namanya." "Ini besar sekali, aku pikir aku tidak akan cocok Revan berada di perayaan itu."&
Baca selengkapnya

Bab 22. Hasrat Terlarang

"Ayo?" Revan mengajak kembali. "K-kemana? Apa kita akan pulang?" Tanya Gina ragu. "Ikut saja denganku." Gina menurutinya, kali ini Revan tidak sungkan menggenggam erat tangan Gina. Seolah tidak memerdulikan pandangan orang terhadap mereka lagi. Mereka kembali memasuki apartemen, Rey menatap aneh masih dengan kernyitan. Apa yang terjadi dengan mereka saat ini? Revan melepaskan tangan Gina sejenak lalu ia menuju Rey. "Kau bisa memberikan kunci kamarmu?" Rey menatap semakin bingung, "Kau mau berbuat apa?" "Jangan banyak tanya Rey! Kau pasti paham." Rey sedikit mengatupkan bibir lalu ia merogoh kantong celana memberikan kunci kamar pribadinya. "Kau sudah gila!" Tekan Rey pelan dan sarkas. Rey semakin mempertajam pandangannya, sangat serius bahkan tatapan Rey seolah memperingatkan
Baca selengkapnya

Bab 23. Akan Tetap Bersama

Vero keluar dari mobilnya, mengejar waktu ke butik Gewa. "Gewa, kamu sudah tutup?" Vero bertanya buru-buru. Tampak Gewa membawa sepatu dan juga pakaian, namun Vero tidak bertanya tentang pakaian yang sedang Gewa rapikan. "Vero? Hei ... kau kemalaman?" Gewa terlihat kaku. "Ya, aku tadi sehabis makan malam bersama calon Mama mertua-lah." Gewa terdiam, tampak bengong. "Gew, kau kenapa? Ada masalah?" Vero menatap Gewa dalam. "Eh, tidak. Aku hanya berpikira tentang gaun pengantinmu saja. Kau mengatakan ingin melihat konsepnya seperti apa bukan?" Vero langsung terdiam. Ia terlihat sangat murung, bahkan senyum anggun yang ia tunjukan sedari datang terlihat memudar. Rasanya Gewa tidak tahu harus apa sekarang apalagi mengingat perilaku Revan bersama wanita asing. "Tunda saja." Gewa men
Baca selengkapnya

Bab 24. Kecurigaan Aston

Mobil hitam garang Revan berhenti beberapa meter dari rumah Gina. Terlihat dari raut wajah Gina tampak takut, merasa sesuatu hal mengganjal perasaan.   Mereka diam sejenak sambil memikirkan hal entah apa.   Gina menunduk, meremati tangan dengan ragu bahkan bibirnya inging mengucapkan sesuatu masih terbungkam entah keenapa. Hatinya cemas, mengingat jika ia pulang dan Aston bertanya tentang kenapa tidak pulang semalaman.   Alasan apa yang akan Gina sampaikan lagi.   Revan menyadari ketika Gina menatap jalanan dengan gelisah.   "Gina?" Panggil Revan pelan.   Gina segera menoleh, "Ya, kau memanggilku?"   "Ada suatu hal mengganjal hatimu?"   "M-memangnya wajah seperti apa yang aku tunjukan?"   "Terlihat pucat, gelisah dan tidak tenang. Katakan, apa Aston akan menyakitimu?"   Gina l
Baca selengkapnya

Bab 25. Pengakuan Gina

Mentari pagi telah kembali menyinari cerah dengan suasana kamar yang tampak menggelap tanpa lampu menerangi. Tanpa malu-malu sang mentari membuat siapa saja akan bahagia menyambut kehadirannya. Dulu, Gina menyukai mentari terbit. Akan tetapi matahari saja sudah tidak mampu lagi membuat hati Gina seperti dulu atau sekadar berbahagia, hatinya kini sangat miris. Gina masih ingat perlakuan Aston semalam. Semalaman ia tidak bekerja, memilih menghabiskan waktu di kamar merenungi nasib na'as yang kini harus ia jalani dengan hati perih. Gina memaksa diri terbangun dari tidur tidak nyenyak. Ia menatap terusan brokat pemberian Revan terobek bahkan meninggalkan luka pada sudut bibir atas tamparan keras Aston. Gina merasakan tubuhnya bak dipukul orang sekampung. Letih dan melelahkan. Sambil menahan kesakitan, Gina pun menujun kaca rias kamar. Ia menatap wajah serta tubuhnya yang kini acakkan
Baca selengkapnya

Bab 26. Kebersamaan Gina dan Vero

Semenjak pengakuan Gina kemarin, Alya masih tidak menyangka bahkan perasaan mereka semakin gugup juga sulit mengungkapkan hal apapun lagi. Alya menatap Gina ragu namun ia tidak bisa menyalahkan Gina karena ia memang pantas diberi perhatian oleh pria asing. Sangat disayangkan, jika pria itu sudah dimiliki orang lain tak lain pelanggan yang mereka anggap kakak. Sulit mengartikan namun inilah kenyataan hidup yang harus Gina jalani. "Gina, Re—" "Gina? Alya?" Vero menyapa. Deg! Belum sempat Gina menyebut nama Revan, Vero telah hadir di antara mereka. Melihat Vero rasanya ia tidak memiliki kuasa untuk mengucapkan tentang Revan lagi, ia menatap Alya berharap merahasiakan hal ini. "Hey, apa yang terjadi dengan kalian? Kalian tampak menegang sekali," ucap Vero dengan senyum tipis. Alya mempertunjukkan wajah menyimpan perasaan kaku, menegang
Baca selengkapnya

Bab 27. Keegoisan Gina

Gina tampak menunduk setelah percakapannya dengan Vero. Kini ia menatap kosong area dapur tempat melaksanakan makan siang bergantian dengan Alya. Hati kecilnya seolah terkikis ingin marah pada kenyataan, tapi ia memikirkan ia pun pantas mendapatkan yang sudah menjadi impiannya sejak sekian lama. Perasaan yang telah lama tersakiti, telah diberi warna oleh Revan. Pria yang sudah memberikannya banyak warna. Alya tampak membawa bekal, ia memang sudah terbiasa selalu membawa bekal ke Toko. Ia menatap Gina yang tengah melamunkan entah apa. Ia terlihat gelisah, mengembuskan napas kelelahan yang tidak berhenti. Alya tahu perasaannya. "Gina," panggilnya menyentuh pundak lembut. "Eh ... Alya, apa kau tidak memiliki pelanggan di depan?" "Lagi kosong." Alya memberesi bekalnya, Gina hanya menatap dengan tatapan kosong.&nbs
Baca selengkapnya

Bab 28. Vero Semakin Curiga

Revan meraih kemeja putihnya, ia mengenakan ke tubuh sempurna yang banyak digilai para wanita. Ia tahu, jika tubuhnya banyak diidamkan kaum hawa termasuk Gina. Ia telah merasakan betapa nikmat ia dalam kungkungan pria tersebut. Ia ingin memutuskan bertemu Gina, ia ingin menunjukkan sikap kalau ia juga berhak memberikan perhatian terhadap Gina. Ia sisir dengan rapi rambutnya ke belakang. Ia tersenyum pulas sambil menyemprotkan cologne. Reavn begitu memukau, bak sedang  ingin menyatakan cinta pada wanita yang begitu ia cintai. Revan memang bukanlah tipikal pria yang sukanya mengumbar pesona di hadapan banyak wanita. Sekali ia mencintai, ia akan mencintai satu orang wanita tanpa memikirkan syarat apa untuk sekadar mencintainya saja. Revan memiliki kelembutan luar biasa, ia akan senang membantu kaum wanita yang tertindas. Kecuali dengan Gina, ia memang membantu tapi ia jatuh cinta. Ah! 
Baca selengkapnya

Bab 29. Pertemuan Sengit

Vero benar-benar kalut kalau saja memang Revan memiliki wanita lain selainGina menyusun rapi roti yang baru masuk, ia tersenyum penuh raut wajah tersungging memesona. Tampilan yang memperlihatkan kalau ia akan baik saja. Mencintai Revan tanpa siapa pun yang tau. Tidak. Alya mengetahui dan apa saja tentang Gina.Revan akhirnya sampai di Toko Roti, memendarkan pandangannya dan menatap Gina dengan lembut. Seulas senyum tercetak menawan dari pahatan wajah Revan. Embusan napas tertoreh elegan dari bibir sensualnya."Hai," sapanya.Gina menoleh, susah payah menelan saliva. Ia menatap lama wajah tampan dilapisi kulit legam eksotis. Dia memang pria bule yang khas.Gina Syakilla menatap Revan sambil meletakkan kue yang hendak ia susun."Revan, kau sedang apa? K-kenapa?" Gina sedikit gugup."Bertemu denganmu," jawab Revan.Alya yang menatap mereka syok, hanya bisa termangu dan tidak menyangka kalau Revan mulai terangan b
Baca selengkapnya

Bab 30. Pilihan Sulit Gina

Gina menatap dengan pandangan tak berkedip sedikit pun. Mulutnya tengah terkatup setelah menyadari kalau Aston-suaminya yang memanggil."Istriku?!" Aston tersenyum bak pria iblis sedang memenangkan kehadiran."K-kau sedang apa?"Aston mengernyit, "Hubungan kita kurang baik belakangan ini, kenapa kau seperti tidak menyukai kehadiranku? Kau tergganggu?"Gina menarik napas, tatapan merah nanar. Menggeleng gelisah karena sulit mengatakan apa pun saat ini. Bukankah seharusnya bertemu Revan malam ini?Ke mana pria tersebut?"B-bukan, aku hanya kaget kau hampir tidak pernah laggi menjemputku. Hanya merasa bingung dan kaget.""Gina sayang, aku tau ... aku melakukan banyak kesalahan padamu. Aku juga ingin membuatmu tetap nyaman.""Maksud ucapanmu?""Eh, begini, aku sedang menunggumu pulang. Aku sudah menantikan jam pulangmu. Tapi, aku berkeliling dahulu tadi ke kota."Tubuh Gina mulai gemetar, apa yang baru saja Aston katakan? Ia masih tidak percaya kalau su
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status