All Chapters of ELEGI WANITA KEDUA: Chapter 271 - Chapter 280
303 Chapters
AJAKAN ADI
"Kamu hamil?""Iya," sembari mengangguk."Jadi, kamu keluar rumah dalam keadaan hamil?""Benar."Dua mata Adi membulat lebar. Dia tak percaya dengan pengakuan Salsa yang baginya, sangat mengenaskan. Seorang istri tengah hamil harus keluar dari rumah karena suatu permasalahan.Masih dalam pikiran Adi, dia menebak permasalahan yang sedang dihadapi Salsa bukan soal enteng. Ini sangat berat yang harus ditanggung seorang wanita yang masih muda dan hijau dalam urusan rumah tangga."Pasti sedang menebak apa yang sedang terjadi sama aku ya, Di?""Kok kamu bisa tahu, Sa?" Sembari mengulum senyum. Cengar cengir sendiri."Kelihatan aja tuh dari jidat kamu. Yang kerut-kerut, kayak orang lagi mikir."Adi hanya terkekeh mendengar ucapan yang terlontar dari bibir Salsa."Ya, aku mikirnya kamu lagi hadapi masalah yang pelik, Sa. Seorang istri yang tengah hamil pastinya disayang sama suami dan keluarga 'kan?"Salsa hanya me
Read more
RUMAH ADI
_ 17.10 wib_ Adi sudah menunggu Salsa di depan gerai. Dari arah dalam Salsa berjalan cepat meninggalkan tempat kerjanya. "Mbak Yeni, aku pulang dulu ya." "Silakan, Bu Salsa." Salsa tersenyum lebar saat melihat Adi yang telah sabar menunggunya. Kemaja kotak biru tua dipadu dengan jeans belel merk ternama. Gaya berpakaian Adi masih seperti tujuh tahun silam. Saat mereka masih kuliah di kampus yang sama. "Kenapa lihatnya kayak gitu?" "Kamu masih tetep sama." "Kalau aku berubah, takut dong kamu entar." Salsa dibuatnya tergelak. "Pernikahan kamu hampir dua tahun ya Sa?" "Belum sampai, Di. Satu tahunan. Kenapa?" "Masalah yang kamu hadapi benar-benar pelik, Sa." "Iya. Aku yakin bisa hadapi semua ini, Di. ADa Allah, semua pasti bisa." Mereka sudah sampai di pelataran parkir lantai tiga. Adi mengikuti langkah Salsa yang mendahuluinya. "Itu mobil aku. Bukan mobil mewah ya. Jangan pr
Read more
MENUJU KLATEN
Sepulang dari rumah Santi. Romy tertidur lelap. Dia terbangun saat mendengar suara dering telpon."Hallo!""Rom, ini aku.""Santi?""Iya. Aku sudah di apartemen kamu. Di lantai berapa?"Seketika telepon Santi membuat Romy geragapan. Buru-buru dia berlari menuju kamar mandi. Membasuh mukanya dan berkumur.  Lalu berlari keluar dengan langkah yang cepat. Dia tak menunggu lift. Romy langsung berlari menuruni anak tangga.Dari kejauhan dia melihat sosok Santi sudah berdiri tak jauh darinya. Di lorong lantai dasar."Rooom!"Romy melambaikan tangan ke arahnya."Kamu kok dadakan sih? Enggak telpon dulu?""Kelamaan, Rom. Kebetulan aku lewat sini.""Yuk, ke apartemen aku dulu!" ajak Romy mengarah pada lift yang tak jauh."Sebenarnya aku cuman mau bilang, soal orang-orang suruhan aku tadi. Yang buntutin mobil dari rumah Melinda tadi sih Rom.""Iya gimana, San?""Kayaknya ngobrol di dalam apar
Read more
AKANKAH BISA BERTEMU LAGI (?)
Menempuh perjalanan kurang lebih lima jam. Romy tak berkeinginan sama sekali untuk berhenti. Tepat pukul sebelas malam. Romy menghentikan mobil di depan rumah Salsa. Beberapa orang laki-laki, sedang duduk-duduk di depan pos kamling yang berada di depan rumah Salsa.Segera Romy turun dan melihat rumah yang tampak gelap. Hanya lampu luar yang terlihat terang menyala."Lho, Mas Romy toh ini?"Tiba-tiba salah seorang lelaki menghampirinya. Yang tak lain masih kerabat Salsa."Iya, Pak. Ehhh ... kayaknya Salsa sudah tidur ya, Pak?""Salsa?" Lelaki itu mengernyitkan dahi. Sembari menoleh kiri kanan. "Setahu saya Salsa enggak pernah pulang. Cuman sekali, pas ke makam Ibunya. Itu aja enggak nginep.""Kapan itu, Pak?""Wahhh, yo wes lama Mas.""Kalau barusan?"Lelaki itu menggeleng. "Enggak ada Salsa, mungkin belum sampai Mas. Opo enggak barengan?""Enggak Pak.""Ohhh ... kalau gitu Mas Romy masuk rumah saja. Saya pe
Read more
PERPISAHAN
"Maafkan saya sebelumnya, Pak. Salsa minggat dari rumah.""A-apa?!""Sekali saya minta maaf, enggak bisa jaga Salsa. Ada pertengkaran kecil antara saya sama dia. Makanya saya minta tolong sama Bapak untuk bantu kami.""Memangnya  ada permasalahan apa, antara Mas Romy sama Salsa? Kok bisa sampai dia minggat segala gitu. Enggak baik ini, Mas. Nantinya jadi kebiasaaan, kalau dari awal minggat nantinya kalau ada masalah pasti suka pergi dari rumah.""Ehhh ... bukan salah Salsa sih Pak. Kami ada kesalah pahaman sedikit.""Masih bisa diperbaiki toh?""Semoga masih bisa. Makanya kalau Bapak enggak keberatan. Mau enggak Bapak saya ajak ke Surabaya. Sebagai media antara saya dan Salsa."Tanpa berpikir panjang. Lelaki paruh baya, langsung mengangguk cepat."Kapan kita berangkat?""Besok bagaimana?""Tapi, bisanya saya sorean. Gimana Mas Romy?""Boleh, Pak! Saya akan tunggu.""Sekarang mending Mas Romy bua
Read more
PERPISAHAN - 2
"Kamu sudah terlalu baik sama aku, Lind. Bahkan aku juga enggak tahu bagaimana cara membalas kebaikan kamu ini. Hanya sama Allah aku minta kamu selalu diberikan kesehatan, rejeki yang berlimpah dan kebahagiaan." Tanpa membalas kata-kata Salsa. Melinda langsung memeluknya erat. Terdengar isak tangis Melinda. Membuat Salsa jadi serba salah. "Aku bilang ini, bukan untuk berpisah Lind. Bukan! Karena memang ini sudah waktunya aku harus bisa mandiri dengan kehidupan aku. Aku harus bisa tetap survive dengan kenyataan yang tengah aku jalani saat ini." "Kan bisa kamu tetep tinggal di sini." "Linda, aku hanya ingin hidup mandiri tanpa jadi benalu terus meneus. Kamu  dan suami kamu, sudah sangat baik ke aku. Sebagai balasannya, aku juga harus tahu diri LInda. Kuharap kamu bisa mengerti keputusan aku ini ya? Aku pasti akan sering nginep di sini kok. Apalagi cuman buatin roti kayak gini. Gampang." "Memang daerah mana?" "Surabaya selatan, Lind.
Read more
RUMAH BARU SALSA
Tepat pukul lima pagi, Eka membantu Salsa berkemas. Meletakkan semua barang-barangnya dalam satu tarvel bag yang besar. Karena memang Salsa keluar dari apartemen Romy, tak membawa banyak pakaian."Serius kamu pindah?" Tiba-tiba, Melinda sudah berdiri di ambang pintu. Salsa menyambut dengan senyum yang lebar. Dia menarik pergelangan tangan Melinda dan menyuruh untuk duduk di kasur."Harusnya kamu enggak perlu naik ke sini. Itu perut 'kan udah gede, Lind.""Ihh, enggak apa-apa. Aku memang ingin lihat kamu, Sa. Entar kamu langsung pergi aja.""Ya, enggaklah! Kurang ajar banget aku kalau kayak gitu."Melinda terkekeh mendengar. Di saat mereka sedang bercanda. Ponsel Salsa berdering."Sepertinya Adi ini, LInd.""Ya, udah. Angkat aja!""Oke, bentar ya."Segera Salsa mengangkat telepon dari Adi."Assalamualaikum, Sa.""Waalaikumsalam. Kamu di mana Di?""Aku udah di depan. Kamu udah siap belum?""Udah
Read more
MENCINTAI DENGAN TULUS
Adi mengajak Salsa masuk rumah. Sejenak Salsa menghirup udara pagi yang benar-benar terasa segar. "Kenapa?" "Kalau di apartemen, mana bisa kayak gini. Aku selalu merindukan punya rumah. Punya tetangga yang baik, seperti orang tadi."  "Ya, udah. Tinggal di sini aja!" "Ya, sementara kan emang tinggal di sini. Kalau lama-lama takut ada yang marah." "Siapa?" "Ya, enggak tahu." Salsa mengangkat kedua bahu. "Mungkiin calon istri kamu." Adi terkekeh. "Calon istri. Pacar aja enggak punya." "Masa sih?" "Udah ahhh. Enggak usah dibahas! Kamu mau nasi goreng buat sarapan enggak?" "Mau lah. Emang jam segini ada yang jual?" "Aku yang bikin. Semalam aku belanja menuhin kulkas. Soalnya ada bumil, yang pasti suka buah. Mulai dari yang asem sampai manis, di kulkas ada semua." Bola mata Salsa berbinar terang. Dia sangat trenyuh dengan perlakuan Adi terhadapnya. Bahkan selama pernikahan dengan Romy, bel
Read more
PERTEMUAN KEMBALI
Sebelum menstater mobil, Romy menoleh pada Pakde. Yang sedang membenarkan letak sabuk pengaman."Kita siap berangkat sekarang?""Monggo Mas Romy."Romy mulai melaju dengan kecepatan sedang. Tepat pukul tiga sore, setelah adzan Ashar mereka berangkat. Tak banyak pembicaraan di antara mereka berdua. Hanya sekali dia melirik ke arah lelaki paru baya, yang telah tertidur.'Aku akan langsung membawanya ke rumah Salsa, saat sampai di Surabaya,' bisik hati Romy.Perjalanan yang memakan waktu lima jam, tak terasa sudah membawa mereka sampai di perbatasan Surabaya dan Gresik."Pak ... Pak! Kita sudah sampai Surabaya."Lelaki geragapan, dan membuka mata pelan. Dia melihat ke samping sembari mata yang menyipit."Mas Romy, udah sampai mana kita?""Ini udah di Surabaya, Pak. Bisa Bapak telpon lagi Salsa?""Bi-bisa, aku ambil HP dulu di tas."Laju mobil sedikit melambat. Sengaja Romy membiarkan agar lelaki yang
Read more
MEDIASI
Pakde sudah berdiri di depan pintu. Sedang Romy sengaja berdiri agak menjauh. Dia memang tak ingin bila Salsa langsung melihat dirinya. "Assalamualaikum!" "Waalaikumsalam. Ehhh ... Pakde sudah datang toh. Naik apa tadi?" Romy bisa mendengar suara Salsa yang gembira. Tak pernah selama ini dia mendengar suara penuh kebahagiaan seperti itu, dari Salsa. "Masuklah, Pakde!" tegas Salsa. Dia pun berjalan keluar menyambutnya. Saat berdiri di sebelah Pakde, kedua matanya menangkap sebuah bayangan dari sosok yang sangat dikenal. "M-Mas Romy?!" Dua mata Salsa mencelang lebar dengan wajah yang tegang. Sangat tidak menyangka kalau kehadiran lelaki yang selalu dia panggil Pakde datang bersama dengan Romy. "Apa kabar Sa?" Sejurus dengan langkah Romy yang mendekat. Adi keluar rumah berniat menghampiri Salsa. Namun langkahnya tertahan, saat melihat kehadiran Romy yang berjalan ke arah mereka. "Siapa dia?" tanya Romy dengan mimik yang tak suka. "Ohhh ..
Read more
PREV
1
...
262728293031
DMCA.com Protection Status