Semua Bab Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata): Bab 71 - Bab 80
96 Bab
Bayaran Ketenangan Jiwanya
Begitu Eizel membuka mata, ia melihat bahwa dirinya, Anna dan Via sudah seperti ikan kering yang dijajar di kursi. Setelah sampai di ruangannya, mereka secara berurutan duduk bertiga dan tertidur di kursi dengan posisi duduk. Sontak karena posisi tidurnya yang salah itu, lehernya langsung terasa sakit ketika ia menggerakkan tubuhnya dan ia merasakan rasa lelah di setiap senti badannya. Lalu ia pun menaruh pandangannya pada Anna serta Via yang masih tertidur pulas, sambil tersenyum lebar.Tidak ingin membangunkan dua orang itu, Eizel bangkit berdiri dengan hati-hati dan mengendap-endap berjalan keluar. Hingga tibalah ia pada mesin kopi yang ada di dapur mini, yang terletak di antara kantornya dan kantor direktur utama, lalu melihat-lihat.Selama ini Eizel tidak pernah membuat kopinya sendiri. Ia selalu membelinya di kafe dan selama di kantor, Via-lah yang membuatkan untuknya. Jika membuat sendiri maka kopi yang bisa dibuatnya adalah kopi instan. Jadi bila s
Baca selengkapnya
Ijinkan Aku Untuk Memutuskanmu
Saat Anna membuka mata, hal pertama yang ia lihat adalah kursi Elsie yang sudah kosong. Dengan panik, ia membangunkan Nia yang masih tertidur nyenyak dan bergumam. "Di mana Direktur Elsie? Di mana Direktur Elsie?"Dengan sangat bingung, lantaran masih setengah terbangun. Nia menjawab, "Bukankah dia sedang tidur?""Tidak. Dia tidak ada di kursinya." ujarnya yang membuat mata Nia sontak terbuka lebar dan dengan tubuh yang belum siap, dia berjalan dengan gontai dan terjatuh. "Di mana Elsie? Di mana Elsie?" Nia menggumamkan hal yang sama dengannya. Masih dengan bertelanjang kaki, Anna mendatangi ruangan Direktur Eizel. Ia kira Direktur Eizel masih tidur sehingga dirinya harus menyampaikan kabar menghilangnya Elsie dengan membangunkannya, tapi Direktur Eizel ternyata ada di kursi kerjanya sambil melihat ke arah komputer dengan wajah serius."Direktur." panggilnya dengan terengah-engah. "Direktur Elsie menghilang."Anehnya, tidak
Baca selengkapnya
Kebimbangan Yang Telah Kusebabkan
~Empat jam sebelum perpisahan Selagi menunggu pagi terbit, Eizel bekerja semalaman. Dengan ditemani lampu meja yang menjadi satu-satunya lampu paling terang di ruangannya, ia meninjau dokumen yang harus diperiksa olehnya baik dalam bentuk kertas maupun dalam bentuk file di komputernya.  Hingga matanya yang tadinya tidak mengantuk, kini mulai merasa lelah, dan demi untuk menyegarkan diri, ia keluar dari ruangannya untuk membuat secangkir kopi. Entah ikatan batin atau hanya kebetulan, ia bertemu dengan Elsie ketika ia membuka pintu kantornya. Sama seperti dirinya, wanita itu juga sedang keluar dari ruang kantornya, entah apa yang akan dia lakukan. "Kau sudah bangun?" tanyanya pada wanita yang sudah membuat semua orang merasa khawatir dengan tangisannya. Dengan senyum lemah, wanita itu mengangguk, "Ya." "Mau minum kopi bersama?" tawar Eizel pada Elsie yang dijawab dengan anggukan setuju wanita itu.  Seperti yang di ajark
Baca selengkapnya
Kebenaran Yang Terendap Dalam Kerinduan
Alvan masuk ke dalam rumahnya dengan langkah yang terasa kosong dan menutup pintu secara perlahan.Seperti biasa, semua orang sudah tertidur dan ketika ia memasuki ruang tengah rumahnya, ia hanya bisa merasakan rasa sepi yang tersisa di sana. Perlahan ia menanggalkan tas ringannya, yang terasa berat. Lalu ia melemparkan tubuhnya ke atas sofa sambil mendesah samar di tengah ke pencahayaan ruang yang redup. Apa yang baru saja tadi terjadi di kehidupannya? Ini mimpi, kan?Berulang kali ia menanyakan hal yang sama dalam satu hari ini, tapi air matanya hanya dapat menitik dan seperti terjebak dalam mimpi buruk, ia merasa sangat putus asa.Dengan menutup mukanya dengan kedua tangannya, ia sedang berusaha untuk menutupi luka yang ada di hatinya. Namun dengan ia menutupinya seperti ini, akankah luka itu tetap tertutupi. Dapatkah lukanya sembuh dan berapa lama luka hatinya akan mengering. Karena yang dirasakannya saat ini hanyalah sakit, sakit dan sakit. Mul
Baca selengkapnya
Tempat Untuk Beristirahat Sejenak
Tidak seperti biasanya yang selalu berjalan bolak-balik ke ruangan direktur utama. Kali ini Anna dengan kedua kakinya, melangkah masuk ke ruangan lain yang ada di lantai itu, yang adalah ruangan Direktur Eizel. Bukan karena ia salah masuk ruang atau bagaimana, ia hanya ingin menyandarkan kepalanya di sofa dengan tenang sambil bernapas lega.Pria yang empunya ruang, kini menaikkan alis ketika melihat kedatangannya dan meletakkan dokumen yang diperiksanya. "Ada apa?" tanya Direktur Eizel sambil meninggalkan kursi kerjanya dan meniru gaya Anna yang menyandarkan kepala ke sandaran sofa. "Tidak biasanya kau kemari.""Maafkan aku, tapi bisakah aku di sini sebentar? Aku juga manusia, aku perlu istirahat jadi biarkan aku menyandarkan kepalaku sejenak." ujar Anna dengan nada datar bak mayat hidup.Direktur Eizel mendengus geli dan memberikan persetujuannya dengan nada ringan. "Tentu tidak apa-apa. Kau bisa masuk dan memakai ruangan ini jika kau mau."
Baca selengkapnya
Hati Lain Yang Menginginkannya
Eizel menggigit kukunya ketika mendadak ia teringat pada kondisi mengejutkan tadi. Kenapa Elsie mendadak masuk seperti itu dan mendapati mereka dalam posisi semacam itu? Wanita itu tidak akan menyadari apa yang terjadi kan? Elsie tidak akan tahu kalau ia menyukai Anna, kan?Jika dia tahu, maka akan jadi masalah besar. Dia akan menggoda kami dan bisa-bisa ia akan mengatakan perasaannya pada Anna, sebelum ia dapat mengungkapkan perasaannya sendiri pada Anna.Jika itu yang terjadi, Anna nanti akan memandangnya dengan buruk dan dia akan menjauhinya tanpa Eizel membuat langkah awal untuk mendekatinya. Tidak! Itu tidak boleh terjadi.Namun, lupakan sejenak mengenai Elsie. Sebelum ia menyalahkan Elsie atas terbongkarnya perasaannya, ia harus marah pada dirinya sendiri terlebih dulu. Apa yang ia lakukan tadi? Kenapa ia mendorong kepala Anna untuk ke arah bahunya dan membuat wanita itu bersandar di lengannya? Bagaimana jika wanita itu yang akan menyadari terlebih dahulu
Baca selengkapnya
Pria Yang Kubutuhkan
Elise menatap Eizel yang bolak-balik di depannya dengan ragu. Entah apa yang dipikirkannya dan apa yang direncanakannya, dia tampak tidak tenang dan gelisah. Hingga perlu bagi Elsie untuk bertanya padanya, agar kepalanya tidak merasa sakit melihat gerakannya yang sangat aktif. "Ada apa?" serunya keras yang membuat Eizel dan Anna terperanjat bersama. "Emm ..." Lagi-lagi dia ragu untuk mengatakan apa yang ingin diucapkannya dan hanya menatap Elsie yang tengah sibuk dengan setumpuk dokumen di sisi mejanya.Brak. Dengan sangat lancang, Eizel menggebrak meja kerjanya dan mengagetkannya sehingga ia mengangkat wajahnya dan menunjukkan emosi kemarahannya. "Ada apa? Cepat katakan sekarang dan pergi dari kantorku." geramnya yang seharusnya terdengar sangat mengerikan.Eizel mengangkat tangannya dan memberinya sebuah peringatan yang tidak perlu. "Jangan marah. Berjanjilah kau tidak akan meneriakiku dan memecatku setelah mendenga
Baca selengkapnya
Secangkir Ingatan Cinta
Meskipun kemarin terjadi sedikit perang bicara antara Direktur Elsie dan Direktur Eizel, sekarang keduanya akur kembali dan bekerja dengan sangat baik.  Begitu pula dengan Anna, seperti biasa, ia bekerja sangat keras di bawah tekanan pekerjaan atasannya atau Direktur Elsie. Sudah tiga hari ia menginap di ruang kantornya hingga ia merasa ingin tumbang sewaktu-waktu. Namun selama ia ada di mejanya, Direktur Elsie terus menambah beban pekerjaannya dan membuatnya tidak memiliki waktu untuk tertidur. Hingga dalam mengerjakan tugasnya, ia ingin melarikan diri. Namun ia akan melarikan diri kemana? 'Kalau begitu beristirahatlah di sini. Datanglah kemari setiap kali kau lelah.' Suara Direktur Eizel mendayu masuk ke dalam telinganya dan membuatnya terayu untuk menerima tawaran tersebut dan berlari ke kantor kerjanya untuk mengistirahatkan tubuh.  Namun baru saja ia bangit berdiri untuk menjalankan rencananya, kejadian hari itu ketika ia bersandar di b
Baca selengkapnya
Sesuatu Yang Tak Terbanding
Seperti jadwal yang sudah ditentukan, siang ini Elsie akan makan bersama Christian di sebuah restoran mahal.  Karena pakaian kusutnya tidak cocok dengan konsep mewah restoran tersebut. Elsie menanggalkan pakaian yang sudah ia kenakan selama lima hari ini dan menggunakan pakaian baru yang tampak jauh lebih baik daripada pakaiannya yang semula.Tidak hanya sampai di situ, ia menutupi wajah lelahnya yang lembur dalam beberapa hari ini, dengan riasan ringan dan menyegarkan agar tidak menunjukkan kulitnya yang menghitam di bawah matanya.Hingga setelah persiapannya selesai, ia melaju ke tempat tersebut dengan menyetir mobilnya seorang diri. Dengan mobil dan penampilannya, Elsie menunjukkan kesannya yang kuat dan menawan. Lalu ia berjalan menuju ke meja tempat Christian sudah memesan untuk makan siang mereka bersama.Sayang sekali, di saat ia datang dengan tepat waktu, pria yang katanya tertarik padanya itu, dia belum tiba ditempat dan E
Baca selengkapnya
Seberapa Besar Dia [Tidak] Mencintaiku
Sejak hari itu, Alvan terus-menerus bekerja tanpa henti. Ia pikir dengan tubuhnya yang kelelahan, ia bisa menyingkirkan kesedihannya. Namun ternyata itu adalah pemikiran yang salah, karena ia masih tetap merasa sedih, hanya saja ia langsung tertidur pulas ketika tubuhnya menyentuh kasur. Sehingga ia bisa terbebas dari kesedihannya di saat malam.Setelah perpisahannya, Profesor Nia juga tidak mengatakan apapun. Dia tidak membicarakan mengenai Elsie dan hanya berbicara tentang pekerjaan saja. Meskipun Alvan tahu bahwa alasan kebungkamannya itu bukan karena kemarahan, melainkan kecanggungan. Jadi mengikuti tindakannya, Alvan pun melakukan hal yang sama dan mendadak mereka menjadi asing satu sama lain, bahkan melebihi saat ia bertemu Elsie. "Kerjakan ini dan perbanyak dokumen ini sebanyak mahasiswa yang ada di kelas." ujar Profesor Anna selagi keluar tanpa mengatakan alasannya meninggalkan ruangan. Lantaran merasa bahwa ia juga tidak memilik
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status