Lahat ng Kabanata ng My Hot Lady: Kabanata 11 - Kabanata 20
222 Kabanata
Mama Ivi, Mama buat Ica
"Oma!" teriak Angel begitu sampai di rumah.Angel berada di perusahaan Devan sampai sore, gadis kecil itu tidak mau dipisah dari Evangeline."Ya ampun, kenapa baru pulang?" tanya Sonia—Nenek Angel."Angel tadi sama mama Ivi," jawabnya seraya naik ke pangkuan Sonia.Sonia mengernyitkan dahi, ia tidak mengerti kenapa Angel memanggil nama 'mama Ivi'."Ma-mama Ivi siapa?" tanya Sonia bingung, ia menatap Angel dengan ekspresi keheranan.Devan yang baru saja masuk rumah tampak sedikit melonggarkan dasinya lalu duduk di sebelah Sonia. Ia ikut mendengarkan celotehan Angel."Mama Ivi itu bibi yang kemarin nolong Angel. Itu lho yang pakai kacamata!" Angel menjelaskan pada Sonia.Sonia bisa menangkap maksud cucunya, tapi ia bingung kenapa Angel memanggil wanita itu dengan sebutan 'mama Ivi'.Angel menjelaskan jika dirinya menganggap Evangeline
Magbasa pa
Trauma Devan
Devan melepas dasi kemudian membuka kemejanya, ia lantas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Pria itu menyalakan shower air, membiarkan air mengguyur tubuhnya dari ujung kepala hingga kaki. Entah kenapa tiba-tiba Devan teringat akan kejadian lima belas tahun yang lalu setelah Evangeline menyentuhnya, kejadian di mana ia memiliki kenangan buruk yang membuatnya trauma hingga pada akhirnya ia merasa jijik dengan wanita.Devan saat itu berumur lima belas tahun, ia baru saja duduk di bangku kelas satu sekolah menengah atas. Pemuda itu menunggu Diana—Adik perempuannya, Diana kala itu duduk di kelas dua SMP.Diana terlihat berjalan cepat menuju ke arah Devan, gadis itu melambaikan tangan kepada kakaknya."Sudah lama?" tanya Diana begitu sampai di hadapan Devan."Nggak, baru saja. Ayo pulang!" ajak Devan seraya menggandeng adiknya itu.Mereka memang berjalan kaki saat pulang
Magbasa pa
Ide memenangkan Tender
Evangeline terlihat sedang menyusun dokumen, hari ini dia terlihat begitu serius bekerja. Evangeline melihat laporan untuk pengajuan Tender yang akan diikuti oleh perusahaan Devan. Perusahaan Devan salah satunya adalah sebuah perusahaan properti, tentu saja mereka tidak akan melewatkan setiap ada proyek besar yang akan dilaksanakan.Wanita itu tampak mencermati dan mempelajari berkas itu, tapi ia merasa ada yang kurang. Evangeline yang sudah biasa membantu Radhika memenangkan Tender melalui ide-idenya agar bagian penyelenggara tertarik, tentu saja merasa perlu membantu perusahaan atasannya agar bisa menang Tender yang akan mereka ikuti.Evangeline membawa berkas itu, ia lantas berjalan menuju meja Devan. Evangeline meletakkan dokumen di tangan ke atas meja."Pak, untuk pengajuan Tender ini, saya punya usul," ucap Evangeline memberanikan diri seraya menunjuk pada berkas yang ia bawa.Meski bagian pengajuan ada sendir
Magbasa pa
Kemeja
Waktu sudah menunjukan pukul empat sore, sudah waktunya bagi Evangeline untuk kembali. Namun, Evangeline bingung karena Angel terus menempel padanya selepas pulang sekolah."Ica, Mama Ivi mau pulang. Ica sama paman, ya!" bujuk Evangeline seraya merapikan berkas di atas meja."Pulang? Ica ikut!" pinta Angel penuh semangat, gadis kecil itu langsung mengemas buku dan peralatan menulisnya lalu memasukannya ke tas.Evangeline terkesiap, ia tampak bingung dengan permintaan Angel. Wanita itu sampai menggaruk-garuk kepala tidak gatal."Lho, Ica harus pulang sama paman," bujuk Evangeline lagi memberi alasan.Angel menggelengkan kepala, ia malah berteriak memanggil Devan. Evangeline semakin bingung, ia kemudian berjongkok dan memberi pengertian pada gadis itu."Ica harus pulang, kasihan oma. Ica tega ninggalin oma? Kalau oma nyari Ica gimana?" tanya Evangeline dengan nada membujuk."Ica telpon dong, bilang mau tidur di rumah Mama Ivi," balas gadis itu
Magbasa pa
Lapar apa doyan?
Evangeline menghidu uap panas yang mengepul dari makanan yang ia masak. Setelah merasa jika rasanya sudah pas dan matang, Evangeline mematikan kompor kemudian menuangkan makanan itu ke mangkuk saji.Devan yang sadar jika Evangeline telah selesai pun bergegas duduk ke sofa, jangan sampai ia ketahuan memperhatikan wanita itu sejak dari tadi."Ica! Makan malam, yuk!" ajak Evangeline.Angel yang mendengar ajakan Evangeline pun langsung bangkit dan berlarian kecil menuju meja makan, seolah sudah biasa dan tidak merasa canggung di rumah Evangeline."Pak, Anda tidak ingin bergabung?" tanya Evangeline yang melihat Devan masih duduk.Mendengar tawaran Evangeline tentu saja membuat Devan langsung bangkit dan berjalan menuju meja makan. Meski pria itu mengeluarkan ekspresi datar, tapi jauh di dalam hatinya ia merasa bahagia karena Evangeline masih ingat untuk menawari dirinya makan malam."Say
Magbasa pa
Wanita pertama
"Pak!" Danni masuk ke ruangan dengan tergesa-gesa.Pemuda itu langsung menghampiri meja Devan dengan napas terengah-engah."Proposal yang kita ajukan, atas saran Angel--" Danny menjeda ucapannya, ia mengatur napasnya agar stabil."Ada apa? Semuanya gagal?" tanya Devan menebak.Danny menggelengkan kepala, ia meraup udara sebanyak-banyaknya lantas menjawab."Kita memenangkan proyek itu," jawab Danni yang langsung membuat Devan berdiri dari kursinya."Benarkah?" tanya Devan tidak percaya.Tender itu diikuti oleh beberapa perusahaan besar, persaingan memenangkan proyek itu sangat ketat. Devan tidak menyangka jika perusahaannya menang."Pihak penyelenggara menyukai proposal kita, jika Angel tidak merubahnya, sudah dipastikan jika kita tidak akan memenangkan proyek itu," imbuh Danni.Devan mengangguk mengerti, ia lalu memberi perintah pad
Magbasa pa
Penampilan Oriental
Jordan terlihat mengemudikan mobil dengan tergesa-gesa. Ia langsung pergi menuju rumah Devan karena beranggapan jika Angel pasti ke sana. "Ma! Angel ke sini?" tanya Jordan begitu masuk ke rumah, pria itu begitu panik karena Angel langsung keluar dari rumah begitu saja, sesaat setelah marah padanya. "Tidak! Memangnya gadis sekecil dia bisa pergi ke mana?" tanya Sonia balik. Jordan mengguyar kasar rambutnya, ia benar-benar bingung dengan apa yang terjadi. "Dia marah sama aku, Ma! 'Ku pikir Angel ke sini," jawab Jordan yang sudah tidak tahu harus mencari Angel ke mana lagi. "Apa? Dia tidak di rumah? Lalu ke mana dia?" Sonia ikut panik. Hari sudah malam, tapi Angel malah pergi dari rumah, membuat nenek dan ayahnya sangat cemas. Hingga Devan yang baru saja pulang bertanya-tanya kenapa dua orang itu terlihat cemas dan panik. "Ada apa?" tanya De
Magbasa pa
Mie instan
Angel terlihat takut melihat Devan berada di sana. Ia memeluk Evangeline seakan sedang meminta perlindungan dari wanita itu."Kamu ke sini sama siapa?" tanya Devan pada Angel."Sendiri," jawab Angel yang masih menutup wajahnya.Evangeline terkejut, ia langsung mendorong tubuh Angel agar bisa meliha wajah gadis kecil itu."Kalau ada apa-apa gimana? Kalau ada yang nyulik gimana? Kenapa harus pergi sih, Ica?" tanya Evangeline mencecar gadis kecil itu."Salah papah, aku maunya mama Ivi kenapa papa maunya mama Milea?"Devan hendak membuka mulut untuk bicara, tapi ia urungkan karena Evangeline berujar terlebih dahulu."Ica nggak boleh gitu. Dosa kalau Ica marah sama papah. Lagi pula, mau mama Ivi atau mama Milea, sama saja kok," ujar Evangelina penuh kelembutan memberi pengertian.Angel menatap Evangeline, ia masih tidak bisa memahami apa yang dikatakan o
Magbasa pa
Pendekatan Milea ke Angel
Setelah dari tempat Evangeline, Devan tampak mengamati jari telunjuk yang sudah dibalut dengan plester khusus. Pria itu tampak tersenyum-senyum sendiri di kamarnya, andai ada yang melihat, mungkin Devan akan dikata orang gila, perilakunya sekarang diluar kepribadian yang biasa terlihat.Devan menghela napas pelan, ia masih mengamati jari yang kini berada di angin. "Andaipun aku disuruh terluka tiap hari, aku terima asal dia yang mengobati." Pria yang selama bertahun-tahun tidak mengenal cinta bahkan dekat dengan wanita saja tidak pernah, sekarang ia malah bisa langsung terpesona dengan sosok wanita yang baru dikenal selama kurang dari sebulan terakhir.---Hari berikutnya, Evangeline mengajak Angel bertemu Milea. Awalnya Milea terkejut ketika temannya itu meminta bertemu untuk memperkenalkan Angel, Milea tidak tahu jika ternyata putri kekasihnya sangat akrab dengan Evangeline. Malam sebelumnya Ev
Magbasa pa
Ajakan pesta
Evangeline tengah fokus dengan laptop dan berkas-berkas yang sedang disusun. Hingga suara Devan mengagetkan dan hampir membuatnya menjatuhkan berkas yang ada di tangan."Ehem ...." Devan berdeham, pria itu sudah berdiri di depan meja Evangeline.Evangeline yang baru sadar dengan kehadiran Devan pun langsung berdiri, ia terlihat membetulkan letak kacamata tebalnya."Iya Pak!""Nanti malam temani aku pergi ke sebuah pesta yang dibuat oleh kolegaku!" perintah Devan.Evangeline terkejut dengan mulut menganga, tidak percaya kenapa Devan mengajaknya dan bukan orang lain."Ta-tapi kenapa saya?" tanya Evangeline tergagap.Devan menatap tajam pada Evangeline, membuat wanita itu sampai menelan saliva karena takut jika pertanyaannya salah."Siapa bos? Siapa bawahan? Anggap ini kerja lembur, akan aku bayar untuk hal itu!" Devan langsung meninggalkan meja Evangeline.Mulut Evangeline masih terbuka karena rasa terkejut, ia menatap punggung Dev
Magbasa pa
PREV
123456
...
23
DMCA.com Protection Status