All Chapters of A HOME FOR REI: Chapter 21 - Chapter 30
35 Chapters
21. Snake lady
Di bawah langit malam dan diantara cuaca dingin yang menyelimuti, Alan menggenggam erat jemari Nara yang hanya mengikuti. Berlari diantara klakson juga rutukan tak sabar yang tak mereka perdulikan.  Bahkan duda beranak satu itu senyumnya mengembang disepanjang langkah tak perduli pada kepulan putih yang keluar dari bibir dan hidungnya dan makin mengeratkan genggaman jemari Nara yang tak memakai sarung tangan. Sampai keduanya berhenti dipinggir jalan raya yang kendaraanya bersliweran. Nara menatapi sepeda motor yang ada dihadapannya, kuda besi yang tak lagi berbentuk rongsokan seperti saat terakhir ia lihat. Sungguh, Iori tak pernah setengah-setengah dalam melakukan sesuatu. Srrrrrttt! Wanita dingin yang mendengar suara robek itu menunduk dan udara dingin langsung menyapa kakinya berkat tangan Alan menyobek gaun malam yang ia kenakan dibawah jaket hangat yang bulu-bulunya begitu halus, "apa yang kamu lakukan, Tuan Su
Read more
22. Pemikiran sederhana
"kita sudah sampai, Nona."  Nara yang menutup mata menatap pemilik suara yang tersenyum, pintu mobil terbuka begitu Nara bangun dari jok hangat yang membuatnya hampir terlelap saat memejamkan mata. "Selamat datang kembali, Nona," sapa Iori pada wanita dingin yang mengangguk. "Apa Rei tidur di kamarnya?" "Indid, Ma'am. Tuan kecil menunggu anda pulang sampai tertidur di depan keretanya." Nara hanya diam menatap kereta mainan yang masih menyala, "anda ingin minum teh, Nona?" Iori hanya menunggu jawaban dari wanita dingin yang terus menatapi laju kereta dalam diam, "siapakan saja di kamar, setelah itu beristirahatlah."  "Baik, Nona." Iori berjalan meninggalkan Nara yang menatap sekali lagi laju kereta sebelum masuk ke dalam kamar tempat Rei tidur. Bocah kecil yang jiwanya terluka itu tidur dengan posisi miring, wajah polosnya terlih
Read more
23. Bertemu anak bermata biru
Wanita berambut pirang yang keluar dari kamar mandi itu langsung masuk ke walk in closet kamar lelaki bermata ash yang mengizinkan dirinya menginap. Matanya menatapi jajaran pakaian rapi tergantung dengan tangan merabai satu persatu sampai pilihannya jatuh pada kemeja Alan yang langsung ia kenakan tanpa dalaman bahkan panty. Ditatapnya pantulan diri yang menggoda bahkan untuk matanya sendiri. Kemeja putih Alan yang terasa begitu besar hanya menutupi sebagian pahanya bahkan ia sengaja tak mengancingkan dua mata kancing bagian atas yang membuat belahan dadanya terlihat. Rambut pirangnya yang hanya basah dibagian pinggir ia Cepol agar leher jenjangnya terlihat. Sejumput rambut pirang yang terawat pun menjuntai didepan telinga. Beberapa kali Sofia memutar tubuh melihat adakah yang kiranya kurang dari dirinya-tidak! Tidak ada yang kurang, bahkan ia sendiri merasa tergoda. Setelah berkutat sekali lagi menatapi pantulan diri, Sofia keluar dari walk in
Read more
24. Berhasil menyusup ke kota terlarang.
Tulilit...tulilit!Andre mengernyitkan dahi mendengar ponselnya berdering. Pria yang tubuhnya sedang dipeluk tangan kekar berotot yang juga tak mengenakan pakaian di bawah selimut itu meraih ponselnya. Mata Andre yang tak mengenakan kacamata menyipit menatapi layar ponselnya yang ia geser, "Halo, Bibi Ann, kenapa pagi-pagi sudah meneleponku?"Andre menoleh saat punggungnya dicium pria kekar yang masih memejamkan mata,  "Apa kau kenal wanita yang namanya Nara?"Andre yang sedang mencium pipi honey-nya mengernyitkan dahi makin dalam, "Nara?""Iya, Andre, Nara. Joe suka memanggilnya Onty Nara dan bocah nakal itu tak tau nama panjangnya."Andre yang duduk jadi berpikir kira-kira siapa saja wanita yang sudah dikenalkan big bosnya pada Joe, "Nara? Nara... Narisi Jinya Larson? Nara!?""Aku yang bertanya padamu, young man. Dan menjauhlah sebentar dari Mark!" Andre yang terkejut men
Read more
25. Dua anak kecil yang bertemu
Nara yang terkejut mendapati suara ramai dari kebun menghentikan langkahnya. Manik mata hitam pekatnya membesar melihat Rei sedang bermain dengan Joe yang cerewet dan suka berceloteh dengan. Ia tidak mengerti kenapa anak pecinta cheesecake itu ada berada dalam pekarangan rumahnya yang jadi begitu ramai meski Rei diam membisu mengikuti Joe mengejari bole yang menggelinding tak tau arah. Nara yang tak ingin Joe makin dekat dengannya tak bisa berkata apapun kecuali memandangi Dua anak kecil yang terlihat asik meski yang satu lebih bossy dari yang satunya. Bocah bermata biru yang meski membisu tanpa kata cahaya matanya terlihat lebih hidup dan Rei terlihat tak masalah dengan sikap Joe.  Joe yang tidak suka berteman meski banyak yang ingin menjadi temannya walaupun anak berpipi tembem yang enak dipegang itu nakal. Rei yang tidak pernah memiliki teman kecuali Cyntia dan setelah Cyntia tidak ada Rei tak perduli pada apapun atau siapapun ka
Read more
26. Pilihan hati
"Kenapa kita tak membuka bersama, Darling?" Wanita dingin yang berdiri didepan pintu kamarnya yang terkunci itu menatapi Alan, lekat, "aku ingin memastikan sesuatu, Tuan Sulivan, tapi jika itu membuatmu lebih nyaman akan kulakukan."Manik abu-abu Alan membesar saat Nara membuka satu persatu kancing bajunya--'shit! Shit! Shit! Kenapa ia begitu tenang, tidakkah tadi ia merasa takut--dia cantik sekali, damn! Tenangkan dirimu hasrat!' Alan menarik dalam nafasnya saat Nara meletakan begitu saja pakaian yang ia kenakan di atas lantai dan hanya meninggalkan underwear yang membuat Alan menelan Saliva. Apalagi saat Nara menatapnya. Wanita dingin ini benar-benar membuat Alan gila lalu melepas kancing kemejanya sendiri satu persatu dibawah tatapan Nara. Bukan tak merasa apapun, wanita dingin minim ekspresi itu hanya tak terbaca wajahnya. Matanya yang memang selalu dipenuhi kepercayaan diri, sekali waktu ingin
Read more
27. Pilihan sulit
Rei menatapi Joe yang jadi pendiam, bocah yang juga kecil itu memeluk bola yang rasanya tak akan mereka tendangi hari ini. "What?" Ucap Joe saat Rei duduk disampingnya. Rei tidak pernah bicara, tapi bocah nakal disampingnya tak mempermasalahkan itu. Dan Rei yang hanya diam duduk menemaninya membuat Joe yang tak cerewet sejak datang merasa tenang--tenang? Bocah nakal ini bahkan belum tau arti kalimat itu tapi, ia tak masalah kalau Rei yang diam duduk disampingnya. "Rei, apa kau suka padaku?" Tanya Joe membuat Rei menoleh lalu mengangguk. "Tentu saja kau suka padaku, semua orang suka padaku. Daddy suka padaku, Bibi Ann suka padaku, Lody suka padaku, Onty Nara suka padaku, terus...Ng?"Rei menunjuk dirinya, "yeah, kau sudah ngomong itu tadi, duh." Ok, 'duh' Joe terucap lagi. "Tapi-," mata abu-abu bulat nan jernih itu menunduk, "tapi, my mommy tidak suka pa
Read more
28. Sekelebat suram
Lelaki yang mendengar ponselnya berbunyi itu langsung mengangkat telfon tanpa melihat siapa yang menghubunginya. Hal yang sudah biasa ia lakukan mengingat pekerjaan yang ia pilih dalam hidup. "Good evening, Dokter Carter."Suara yang terasa tak asing itu membuat Carter langsung bangun, "Iori?" "Maaf mengganggu tidur anda." "It's ok, is something wrong?" Ucap Carter menyibak selimut lalu turun dari ranjang, lelaki yang sudah sepenuhnya sadar ini terus mendengarkan ucapan Iori. Wajahnya berubah serius seketika dan terlihat berpikir dengan jari menjentiki permukaan kasur. "Menolak bisa berahir Rei tak akan mau lagi meminta sesuatu dimasa yang akan datang, tapi jika menerima...," Iori terus mendengarkan tanpa menyela, "apa Nona Larson berani mengambil resiko? Karena apapun pilihannya itu seperti dua mata pisau yang hasilnya belum pasti." Iori menatap wanita
Read more
29. Pergi tanpa pamit
Kesunyian dalam kamar sama sekali tak dipermasalahkan dua tubuh yang berbaring di atasnya.Alan merengkuh tubuh Nara yang berbaring memunggunginya. Sesekali bibirnya mengecup pundak Nara, tangannya pun mengusap lengan wanita dingin yang memejamkan mata meski Alan tau Nara belum tidur. Ia tau wanita dingin yang memilih bisu ini sedang butuh waktu untuk apapun yang diinginkan Nara setelah mendengar ucapan Rei. Bocah lelaki kecil yang ternyata lebih terluka dari apa yang ia kira. Alan menarik dalam nafasnya, mengingat tiap kalimat Rei yang tak ingin ia enyahkan. Dan bayangan Sofia melintas silih berganti. [Senang bertemu denganmu, nona Johan.]Itu ucapan Nara saat pertama kali mereka bertemu dalam pesta perayaan gedung Smith yang ahirnya berdiri, 'apa kamu-?' Alan menggelengkan kepala dan mengecup pundak Nara sekali lagi, ia yakin Nara pasti sudah menyelidiki siapa Sofia. 'Apa yang ak
Read more
30. Benar-benar ditinggalkan
"Get back here, young man!" Seru lelaki bermata ash pada bocah berpipi gembil yang meliriknya kesal lalu membanting pintu kamarnya keras.Alan Parker Sulivan menarik dalam nafasnya dan ia hembuskan kasar melihat pintu kamar Joe yang rapat bahkan bunyi kunci terdengar setelah BRAKK!"Let me," ucap wanita berambut pirang yang mengetuk pintu kamar Joe, "honey, please open the door, we won't get mad, ok?" Tak ada jawaban sama sekali, dan sekali lagi Sofia mengetuk pintu, "please, we won't get mad becouse you Made your friend hurt again this time."Lagi, sama sekali tak ada jawaban dari Joe yang memilih bungkam. Bocah kecil yang memakai baju lengan pendek itu memilih duduk menatapi pesawat kertas yang membuatnya ingat sahabatnya yang tak lagi ia temui. Bahkan saat ia pergi bersama Bibi Ann, Rei tak ada di rumah.Musim sudah berganti, karena ia tak lagi harus memakai jaket tebal dan baju hangat seti
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status