Semua Bab Tasbih Cinta Yang Hilang: Bab 21 - Bab 30
49 Bab
21. Santunan Anak Yatim
Esok harinya, sekitar pukul tujuh pagi. Jubaedah sudah berada di kediaman Inayah. Setelah mendapatkan penjelasan dari Inayah terkait masalah pekerjaan. Jubaedah langsung bergabung dengan Fatimah dan memulai pekerjaan sebagai asisten rumah tangga baru di rumah megah itu. "Rumah ini akan semakin berwarna dengan hadirnya Bedah," ucap Inayah dengan raut wajah berbinar-binar. "Iya, Nay. Nambah anggota baru di keluarga kita," sahut Erni. "Tapi sayang, kita ini masih pada jomblo," desis Inayah tertawa kecil. Erni tersenyum-senyum mendengar kalimat yang diucapkan oleh adik angkatnya itu. Kemudian Erni berkata, "Dan akan lebih berwarna lagi, ketika Ustadz Rafie berada di sini dan tinggal bersama kamu dalam ikatan pernikahan." "Ah, Teteh," kata Inayah tersenyum-senyum. Inayah sangat bahagia dan merasa senang mendengar ucapan Erni. "Tapi ingat, Teteh juga kalau sudah berjodoh dan sudah bersuami, tetap tinggal di sini, yah. Jangan ikut suaminya!!" pinta Inayah meluruskan pandangannya ke wa
Baca selengkapnya
22. Kabar Baik dari Airin
Inayah tersenyum seraya menjawab, "Amiin ya rabbal'alamiin." Inayah mulai merasakan sedih dan pilu ketika antrian dari ratusan anak yatim piatu itu, diiringi dengan alunan sholawat yang menggema. Pandangannya mulai redup, bulir bening perlahan keluar dari bola matanya. Anak-anak yatim piatu itu mengingatkan Inayah akan kehidupan dirinya yang mempunyai nasib sama seperti anak-anak tersebut. Menjalankan hidup tanpa dampingan kedua orang tua lagi. Inayah mundur beberapa langkah ke belakang dan meminta Erni untuk menggantikannya membagikan paket sembako dan amplop tersebut, kepada anak-anak yatim yang masih mengantri. Kemudian, Inayah duduk di sebuah kursi di belakang Erni, ia tampak pilu dan berlinang air mata, sejatinya ia tak kuasa menahan kesedihan malam itu. Apakah ketika melihat keceriaan anak-anak yatim piatu yang menerima santunan darinya. Satu jam kemudian, acara sudah selesai diselanggarakan. Pak Andri dan Ifan dengan dibantu oleh yang lainnya langsung merapikan dan membersi
Baca selengkapnya
23. Zahra Meninggal Dunia
Inayah tampak bahagia dengan apa yang diutarakan oleh kakak angkatnya itu, besar harapan baginya untuk menjadikan ladang bisnisnya sebagai jalan dakwah yang merambah di sebuah negara yang minoritas Muslim. Selain hijab dan pakaian Muslimah, Inayah pun saat itu sudah meluncurkan produk baru berupa Jasko pria, sorban dan peci. Semua produk-produk tersebut sudah mulai dipasarkan di butik-butik miliknya dan juga di toko pakaian di mall-mall yang ada di wilayah Bandung dan Jawa barat. *** Seminggu kemudian, apa yang dinantikan oleh Inayah dan Erni akhirnya tiba juga. Airin mengabarkan kalau Kholifah Lie Chun Hyang sudah berada di Jakarta dan kemungkinan dua hari berikutnya akan segera datang menemui Inayah setelah menyelesaikan urusannya di Jakarta bersama Airin. Dua hari ke depan kalau tidak ada halangan mereka akan segera ke Bandung untuk menemui Inayah dan Erni di kediamannya. "Alhamdulillah, barakkallah," ucap Erni penuh rasa syukur. "Kita harus persiapkan semuanya untuk menyambut
Baca selengkapnya
24. Fahmi dan Erni Saling Jatuh Cinta
Keesokan harinya ....Erni sesegera mungkin mencari beberapa orang pekerja baru untuk ditempatkan di butik-butik yang ia kelola.Setelah itu, Erni pun akan segera mengangkat Elis sebagai pengganti Almarhumah Zahra menempati posisi sebagai leader untuk beberapa butik yang tersebar di seluruh kota Bandung dan ada sebagian yang berada di daerah kabupaten Purwakarta dan Karawang.Erni sangat bekerja keras untuk melatih dan mengarahkan Elis agar cepat paham dengan pekerjaan yang akan ia emban. Karena mulai bulan depan Erni sudah tidak lagi mengurusi butik-butik milik Inayah, Erni diminta oleh Inayah lebih fokus ke perusahaan lain milik Inayah."Aku harap, besok kamu sudah mendapatkan orang lagi untuk bekerja di sini!" kata Erni mengarah kepada Elis yang hari itu sudah resmi ia angkat sebagai staf khusus atau leader di semua butik milik Inayah, dan tugas Elis adalah mengontrol dan mengatasi permasalahan di setiap butik milik Inayah."Iya, Teh. insya Allah ada beberapa temanku yang kemarin me
Baca selengkapnya
25. Tentang Mati Syahid
Erni mengingat kembali masa lalu tentang seorang pria yang ia cintai. Tentang hal-hal yang belum mereka sepakati sebagai cinta. Erni pernah jatuh hati kepada seorang pria dengan perasaan yang sangat mendalam, hingga pria itu membiarkan Erni tenggelam dan larut dalam sebuah kubangan perasaan yang sulit ia hindari yang secara perlahan dapat membunuh perasaannya. Semenjak itulah, perasaan Erni terkunci oleh pria tersebut. Namun pria yang ia cintai itu menusuk perlahan, dia berkhianat di antara sejuta cinta yang Erni persembahkan kepadanya. Pria itu tidak menghargai perjuangan Erni selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun dalam menggenggam erat rasa setianya itu. Dia mencampakkan Erni dan lebih memilih wanita lain, hingga Erni pun terluka. Oleh sebab itu, Erni selalu berhati-hati setiap kali mengenal seseorang. Terutama pada kaum Adam, dan Erni selalu banyak pertimbangan jika memiliki perasaan suka terhadap seorang pria—siapa pun mereka. Sikap kehati-hatian Erni itu, semua dikarena
Baca selengkapnya
26. Orang Tidak Dikenal Mengintai Rumah Inayah
Minggu pagi, Fatimah dan Pak Andri sudah berangkat ke pasar. Karena Erni meminta mereka belanja kebutuhan dapur untuk jamuan Airin dan Kholifah Lie Chun Hyang, yang akan datang berkunjung esok hari ke kediaman tersebut. Seperti yang telah direncanakan jauh-jauh hari oleh Airin selaku klien dari tamu tersebut. Bahwa rekan bisnisnya itu akan mengadakan pertemuan langsung dengan Inayah. "Teh!" panggil Inayah dari lantai dua rumah tersebut. Saat itu, Inayah sedang membuat formulir kerjasama yang akan ia berikan kepada Airin yang akan berkunjung langsung ke kediamannya. "Iya," jawab Erni mengangkat wajah sembari berjalan menaiki tangga menuju ke tempat Inayah berada. Setibanya di lantai atas, Erni langsung masuk ke salah satu ruangan yang merupakan ruang kerja Inayah yang ia jadikan sebagai ruang kantor selama bekerja di rumah. "Duduk dulu, Teh!" ucap Inayah lirih. Erni langsung duduk di sebuah sopa yang ada di ruangan tersebut. "Ada apa, Nay?" tanya Erni menatap wajah Inayah. "Tid
Baca selengkapnya
27. Rencana Jahat Burhan
Erni tidak mengetahui kalau Tommy semasa hidupnya pernah melakukan kesalahan kepada rekan bisnisnya, ia pernah menolak keras ajakan kerjasama dari Burhan—seorang pengusaha yang dulu berhubungan baik dengan almarhum kedua orang tua Inayah. Penolakan kerjasama tersebut, menjadikan Burhan merasa dendam terhadap Almarhum Tommy, dan ia berjanji akan menghancurkan perusahaan-perusahaan milik Almarhum Tommy termasuk mengusik ketenangan hidup Inayah yang merupakan ahli waris tunggal dari Almarhum Tommy. "Kalian memang tidak dapat diandalkan," bentak Burhan kepada anak buahnya. "Maafkan kami, Bos," ucap salah seorang pria bertubuh kekar. Dia adalah anak buah Burhan yang sudah gagal dalam menjalankan tugas. Malam itu, Burhan benar-benar geram dengan hasil yang didapat oleh anak buahnya, mereka kalah telak dan gagal memenangkan tender proyek pembangunan kantor pusat pemerintahan di salah satu kota yang ada di wilayah provinsi Jawa barat. Hal itu memicu kemarahan dan emosi dari Burhan, para s
Baca selengkapnya
28. Kedatangan Tamu dari China
Fahmi tersenyum lebar, lalu berkata lirih di hadapan sahabatnya itu, "Kamu Salat istikharah, mohon petunjuk kepada Allah!" Kata-kata yang keluar dari mulut Fahmi mengandung kalimat nasihat yang berguna bagi Andra. Mendengar saran dari Fahmi, Andra tampak gemetaran. Niat jahatnya terhadap Fahmi seketika luntur, dan hatinya pun mulai luluh dengan sikap Fahmi yang tampak ramah dan baik terhadapnya. Andra sudah tidak kuasa lagi menatap wajah Fahmi, ia hanya diam tertunduk di hadapan Fahmi. 'Ya, Allah! Jika aku lanjutkan niat busukku ini. Aku sudah melakukan kesalahan terbesar dalam hidupku,' kata Andra dalam hati. "Ya, sudah! Kamu pikirkan saja dulu! Nanti kalau sudah menemukan jalan yang terbaik kamu langsung hubungi aku!" kata Fahmi. "Iya, Mi. Aku pasti menghubungi kamu jika sudah ada keputusan," jawab Andra lirih. Suara Andra terdengar berat, seakan-akan ada hal yang mengganjal dalam jiwanya sehingga untuk berbicara saja bibirnya tampak kelu. "Kamu kenapa, Dra?" tanya Fahmi. "Apa
Baca selengkapnya
29. Kebijaksanaan
Setelah itu, Inayah langsung masuk ke dalam kamar untuk segera beristirahat. Sementara Erni saat itu hanya duduk santai di ruang tengah sembari menikmati teh hangat dan beberapa potong kue yang disajikan oleh Fatimah. Malam itu, Erni sangat bersyukur. Karena dirinya sudah mampu memberikan yang terbaik buat Inayah, karena nasihat yang selama ini ia berikan untuk adik angkatnya itu, diterima dan dijalankan dengan baik oleh Inayah. "Alhamdulillah, akhirnya Inayah bisa meraih apa yang selama ini diharapkan oleh almarhum kedua orang tuanya," desis Erni lirih. "Semoga saja, Inayah istiqomah," sambungnya. Keesokan harinya .... Tepatnya di kediaman Andra, usai menjalankan Salat Duha, Andra langsung menghampiri ibunya yang saat itu sedang mengerjakan aktivitas rutin di ruang dapur. "Bu!" kata Andra lirih. "Iya, Nak. Ada apa?" Bu Ira bangkit dan balas bertanya dengan memandang wajah Andra. "Aku mau menemui Fahmi di kantornya, Bu," jawab Andra lirih. "Loh, memangnya kamu hari ini tidak ma
Baca selengkapnya
30. Fahmi Dipukuli Dua Orang Tidak Dikenal
Sore harinya, Fahmi langsung menghubungi Erni. Fahmi membicarakan tentang kesiapan Andra untuk segera bergabung di perusahaan yang dipercayakan oleh Inayah kepadanya. "Harusnya kamu itu langsung datang ke sini. Jangan bicara melalui telepon!" kata Erni di sela perbincangannya dengan Fahmi. "Kamu kangen sama aku, yah?" gurau Fahmi menanggapi perkataan Erni. "Iya," jawab Erni reflek. "Tuh, 'kan. Sudah aku duga," tuduh Fahmi tertawa kecil. Erni pun langsung diam, ketika mendengar Fahmi berbicara demikian. Seolah-olah, Erni menjadi malu sendiri. Fahmi dan Erni saat itu, secara diam-diam ternyata sudah menjalani hubungan spesial tanpa diketahui oleh Inayah ataupun yang lainnya. Mereka sengaja menutupi hubungan tersebut, karena Erni menganggap belum waktunya orang lain tahu dan cukup merekalah berdua yang mengetahui hal itu. Dua Minggu kemudian, sepulang dari kantor Fahmi duduk santai di ruang tengah. Kedua orang tuanya saat itu sedang tidak ada di rumah, mereka sedang pulang kampung
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status