All Chapters of Embrace Fate: Chapter 121 - Chapter 130
176 Chapters
119. Be With Me
  “SEkalian yang ini,” kata Martinez lagi pada kasir seraya dia  mengangsurkan 3 kotak alat kontrasepsi yang baru dibelinya dari gadis SPG tadi.Dan untuk menutupi malunya, Martinez berkata pada Catherine, “Apa kau lapar, Babe? Kita makan dulu sebelum pulang?”Apa? Babe?Catherine kini memicingkan matanya menatap Martinez. Di saat yang sama, kasir mengulurkan kembalian dan struk pada Martinez. Pria itu langsung menyimpannya dalam dompet tanpa memeriksanya.Kemudian, tangannya merangkul pinggang Catherine dan membawa wanita itu, beserta baby Rod yang anteng di gendongan, dari sana.Mereka bertiga keluar dari supermarket dan langsung menuju mobil. Catherine masih menahan dirinya untuk tidak berkomentar sedikitpun. Tapi kata ‘babe’ yang diucapkan Martinez terus bergema di benaknya.Mobil melaju di jalan raya, Catherine memilih untuk melihat ke luar jendela. Dia sembari menyusun-
Read more
120. A Peaceful Evening
  BAgi Catherine, bukan kata-kata indah dari bibir Martinez yang membuatnya terpana dan tak menyangka. Meskipun sangat aneh melihat pria itu bisa mengucapkan kata-kata cinta, tetapi fakta bahwa Martinez sudah mengatakan semua itu di saat mereka baru bertemu sekitar 2 minggu lamanya.Rasanya terlalu cepat untuk mengungkapkan cinta. Belum ada yang terjadi di antara mereka selain saling pandang.Pikiran Catherine terdiam lagi.Oh,  yeah, they kissed. Dua ciuman sudah terjadi.Huh!Catherine membanting tubuhnya ke ranjang dan memilih menghentikan semua pikirannya itu. Dipandanginya Rodney yang tertidur nyenyak di dalam baby crib. Urgh! Bisa tidur seperti Rodney pastilah menyenangkan. Jadi, lebih baik dia tidur daripada memikirkan semua itu.Namun yang terjadi, begitu dia memejamkan matanya, adegan ciumannya bersama Martinez tertayang ulang di benaknya.Aaarrgggh! Menyebalkan!    &
Read more
121. Thanks To You
  Sore itu semua terasa damai, tentram, dan begitu sempurna bagi Catherine. Ditambah lagi langit senja yang berwarna oranye membuat suasana hati menjadi semakin bersahaja. Dan saat perpaduan semua itu terasa begitu sempurna bagi hari itu di dalam hidup Catherine, dari arah depan muncullah sosok yang sangat tidak dia harapkan. Shit! Kenapa bisa ada kebetulan seperti ini? Bagaimana mungkin sedari tadi dia tidak g,melihatnya? Jika tahu begini, dia akan langsung memutar. Ah, andai bumi bersedia menelannya saja …. “Hai, Cath! Aku baru mau ke tempatmu. Kau ….” Suara itu lenyap seiring dengan tatapan si pemilik suara yang mengarah pada Martinez dengan baby Rod di gendongannya. Catherine ingin menyusup ke dalam tanah saat itu. Tetapi, tak ada yang bisa dihindari lagi. “Martinez?” seru Esme menatap pengawal ayahnya itu dengan tatapan tak percaya. “Kau sudah keluar?” “Nona Esme. Sengan berjumpa denganmu. Kakakku yang mengelu
Read more
122. Got To Find Him
  “Pagi, Agent Darren,” sapa Archie saat dia baru tiba di kantor. Dilihatnya, Darren telah duduk bertopang dagu dengan tatapan serius ke arah layar computer. Kedua alis pria itu mengerut tajam.“Tumben kau pagi-pagi sudah tiba dan serius membaca. Ada kasus baru?” Archie meletakkan tasnya di kursi, melonggarkan dasi nya, dan duduk di kursinya. Dia tidak langsung menyalakan computer, melainkan menyesap kopi panasnya dulu.“Tidak ada kasus baru. Justru ini kasus lama. Kemarin, aku melihat anak buah buronan yang kukirim ke penjara. Seharusnya dia dihukum 15 tahun. Tetapi, kemarin dia sudah berkeliaran di jalan. Bagaimana bisa?” tanya Darren datar, namun ucapannya terdengar kelam. Tatapannya tetap pada layar computer, mencari-cari artikel yang mungkin dia lewatkan.“Itu hal biasa, Bro. Beginilah tugas kita. Hanya menang sesaat. Susah payah kita kejar mereka sampai bertaruh nyawa. Saat akhirnya mere
Read more
123. Why Didn't Show Up
  “Hei, Babe. Kau sudah pulang?” Esme terbangun dari tidur siangnya yang begitu damai. Dia menoleh ke arah pintu dan menemukan Darren berdiri di sana menatap ke arahnya.Pria itu melangkah masuk dengan raut wajah yang aneh. Tetapi, ketika mereka telah dekat, Darren tersenyum lembut.“Maaf, aku mengganggumu. Aku hanya mengecek keberadaan kalian. Tidurlah lagi,” ucap Darren sembari memeluk Esme dan ikut berbaring di belakang istrinya itu.Esme membalikkan tubuhnya dan memandangi Darren. “Ada apa? Tidak biasanya kau pulang di siang bolong seperti ini. Ada yang kau cemaskan?”Darren menggeleng. Dia tidak ingin membuat Esme merasa takut dan cemas, hingga dia memutuskan untuk menyimpan sendiri kabar lolosnya Nicky dari penjara.“Tidak ada. Hanya merindukan dua bidadariku saja.” Kecupan lembut mendarat di bibir Esme setelah dia selesai mengucapkan itu. SAtu kecupan berlanjut menja
Read more
124. Bebas Juga
  “Aku ingin bergabung. Hanya saja, aku takut nanti ada yang lain yang juga bergabung dan saat mereka tanya padamu, kau akan menjawab aku bukan siapa-siapa dan aku juga yang tiba-tiba datang bergabung denganmu. Jika begitu, aku akan merasa teramat malu.”Bagaikan ditampar di wajahnya, Cahterine menjadi merah padam, terkejut, dan juga serba salah akan sindirian Martinez. Ternyata benar pria itu tersinggung akan ucapannya kemarin sore. Tetapi, kenapa sedari tadi dia tidak menunjukkannya?“Ah, ternyata kau marah karena ucapanku kemarin sore,” serunya menatap kesal pada Martinez.Pria itu malah tersenyum dan melunakkan sikapnya. “Tidak begitu. Aku hanya menjelaskan saja. Tidak ada yang marah.”“Hah! Kau hanya tampangmu saja yang sangar, tapi hatimu selunak perempuan. Hanya dikata begitu saja kau tersinggung, lalu tidak mau datang lagi ke toko. Di mana profesionalisme mu?”Marti
Read more
125. How Come You?
 Malam hari itu, Catherine dilanda dilemma. Haruskah dia memberitahukan Esme tentang keberadaan ayahnya dan bahwa ayahnya hendak mengunjunginya besok?Jika dia beritahu, dia takut Esme akan panic dan bertindak macam-macam. Misalnya saja, memintanya untuk berbohong pada Uncle Marco tentang keberadaannya atau tentang pernikahannya dengan Darren. Jika begitu yang terjadi, berarti posisi Catherine akan sangat repot. Selain dia tidak ingin direpotkan, dia juga tidak ingin moment ini lolos. Dia ingin ini menjadi ganjaran bagi Darren karena sudah berani-beraninya menangkap ayahnya.Karenanya, Catherine tidak mengatakan apa-apa pada Esme. Dan saat esok hari tiba, Catherine hanya memberitahukan alamat Emerald Cake and Bakery pada Uncle Marco. Pria itu mengajak Martinez untuk mengunjungi Esme.                   ***Mereka telah berada di depan pintu Emerald Cake and B
Read more
126. Choose Me or Him?
 Saat Darren pulang ke rumahnya siang itu untuk sekadar makan siang dan melihat baby Daisy, dia malah mendapati Marco Bandares serta Martinez ada di rumahnya. Dua anggota lapas itu seharusnya masih lama mendekam dalam penjara, tetapi kini malah berada di rumahnya. Sekalipun status Marco Bandares saat ini adalah ayah mertuanya, Darren tidak bisa merasa senang ataupun menolerir apa yang mereka buat. Dengan itu semua, dia merasa jauh lebih marah dari siapa pun.“Bagaimana kalian semua bisa berada di sini? Kalian mencurangi hukum?!”Sial! Esme merutuk dalam hatinya. Masalah di antara mereka kini menjadi setinggi gedung pencakar langit. Lagipula, kenapa juga Darren malah bersikap provokatif begitu? Tidakkan dia sadar diri bahwa dia adalah menantu dari Marco Bandares?Terang saja, pertanyaannya itu membuat Marco murka. Pria langsung bangkit dan menggebrak meja dengan tangannya.“Siapa yang kau ajak bicara seperti itu? Kau detektif
Read more
127. Itu Pastilah Hanya Akal-akalan!
  Pagi ini, hati Esme bagai dibebani berkilo-kilo batu. Dia mengurus Daisy dengan raut wajahnya yang mendung. Belum lagi pandangan matanya yang sebentar-sebentar merembeskan air. Dan sekarang, sudah berapa kali dia mendesah memikirkan ayahnya yang sudah pasti merasa marah, kecewa, dan sangat mungkin membencinya setelah siang ini. “Kau sudah cantik. Bobok dulu, ya. Mom mau buat sarapan,” kata Esme lembut pada Daisy. Meskipun begitu, Darren tahu suara itu mengandung jutaan kesedihan. Dari sudut matanya, dilihatnya Esme meletakkan baby Daisy dalam baby crib nya, kemudian istrinya itu menuju keluar kamar. Darren menggendong baby Daisy dan mulai mengajak bayi itu mengobrol. Tak lama kemudian, Baby Daisy terlihat mengucek-ngucek matanya. Darren menggendong dan menidurkannya. Setelah baby Daisy tertidur, Darren menyusul Esme ke dapur. Di sana, dia melihat Esme yang seharusnya sedang menyiapkan sarapan, malah berdiri mematung, dengan kedu
Read more
128. You've Been Waiting For It For So Long
 Wanita itu memejamkan mata sembari mendekatkan wajahnya. Dia jijik, tetapi dia juga takut. Anak buah Nicky tadi sudah mengancam akan membunuhnya jika dia tidak melayani tuan mereka dengan baik. Masalahnya, dia tidak pernah menyangka seorang mafia bisa bertampang menggelikan seperti Nicky.Memikirkan semua itu, wanita itu memejamkan matanya dengan lebih erat. Nicky menjadi tidak sabar. Dia menarik kepala wanita itu agar cepat mendekat kepada miliknya.Saat itu juga, pintu ruangan VIP itu terbuka dengan hantaman kuat, mengagetkan mereka semua, termasuk Nicky.Amarah Nicky sudah melambung tinggi siap menyembur pada sosok yang menghantam pintu. Tapi saat dia melihat sosok itu, dia langsung merapikan celananya dan tersenyum salah tingkah.“Sayang, hehehe,” katanya memanggil sang istri dengan senyum malu di wajahnya. “Aku tidak tau kau akan kembali ke sini. Kenapa kau tidak memberitahuku dari awal? Aku kan bisa menjemputmu di ban
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
18
DMCA.com Protection Status