All Chapters of Gelora Cinta Enrico: Chapter 51 - Chapter 60
130 Chapters
Menjinakan Monster
Kuku-kuku Francesca menancap dengan keras di punggung penuh otot. Darah mulai merembes keluar dari pakaian pria itu, tidak juga membuat dia merasakan sakit. Tangan Monster terus meremas dada Francesca, sementara bibirnya tak berhenti mencium dan menghisap leher gadis malang tersebut. Dia begitu terlena dengan kelembutan kulit Francesca yang menyapu bibirnya, ditambah lagi  kekenyalan yang dirasakan oleh tangannya."Tolonggg hentikann, jangan lakukan ini, aku mohon ...," isak gadis malang itu semakin lemah. Air mata menetes dengan deras, bibirnya bergetar memohon. Tangan Enrico menggenggam kerah pakaian gadis malang itu, hendak merobek. Saat itulah matanya menatap mata hazel yang berlinangan air mata. Monster itu tertegun. Cairan krystal yang menggenang lalu menetes dengan deras membuatnya terhenyak. Perlahan tubuh monster itu melemah. Pribadi lembut Enrico kembali menyeruak ke permukaan. Je
Read more
Kesempatan
Matahari menyembul perlahan dari ufuk timur, mengantarkan lukisan pemandangan yang indah. Bias sinarnya menerangi alam. Semburat itu terlalu indah untuk di lewatkan. Francesca mengerjapkan matanya, menatap lurus ke arah lautan. Detak jantung pria itu terdengar jelas di telinganya.Tangan-tangan kekar Enrico masih memeluknya dengan erat dan kedua kaki panjang yang masih mengunci kakinya. Gadis itu perlahan menatap kulit tangan yang legam terbakar matahari dan masih bertautan di atas perutnya. Bagian dari tubuh yang gagah, menyakinkan dirinya jika saja mereka dipertemukan dengan cara yang berbeda, mungkin perasaan hatinya juga akan berbeda.Kehangatan dan kelembutan ini, tentu saja menjadi saat indah yang menjadi impian setiap wanita, termasuk dirinya.       'Jika saja, semuanya diawali dengan cara yang berbeda, mungkin aku akan membuka hati padamu. Mungkin aku akan ter
Read more
Hukuman bagi Pengkhianat
Email sudah terkirim. Rebecca menyeringai puas, rencana kali ini terasa begitu mudah. Dia segera mematikan komputer itu kembali setelah memastikan emailnya terkunci kembali.Wanita itu kemudia melangkah keluar menuju balkoni. Dia memberikan tatapan sekilas pada Francesca yang duduk dengan kaku di samping Enrico. Rebecca mengambil segelas lemon tea dingin dan meneguknya perlahan. Dia menatap Enrico yang tetap tenang dengan buku di tangannya."Enrico sayang ... sudah lama kau tidak mengajakku melihat keindahan bawah laut. Aku mau diving!" Enrico mengangkat kepalanya dan menatap Rebecca dengan mengernyitkan kening. Dia tidak pernah membawa wanita itu untuk menikmati keindahan laut. Leonardo yang membawanya kala itu.Sejenak ia enggan, namun saat melirik gadis di sebelahnya. Enrico menganggukan kepala. "Baiklah. Katakan pada Eva untuk memberitahu Pompei agar menyiapkan semua peralatan." ujar Enrico pada France
Read more
Berusaha merengkuh kebebasan
Saat pagi masih buta sebuah kapal sudah mendarat. Suara bunyi kapal mengganggu tidur Francesca. Gadis itu baru saja terlelap karena semalaman dia tidur dalam pelukan Enrico. Semenjak kembali dari snorkling, Francesca tidak pernah di tinggal sendirian. Bahkan ketika pria itu mandi, ia mengunci pintu kamar dan membiarkan  Francesca menjadi gelisah.Ketika Francesca menanyakan tentang Rebecca, pria itu hanya tersenyum dan mengatakan semuanya baik-baik saja. Meskipun perasaannya mengatakan telah terjadi sesuatu, tapi Francesca tidak dapat membuktikan.Perlahan dia melepaskan diri dari pelukan Enrico.  Sedikit merasa aneh, karena pria itu tidak menahan seperti yang biasa terjadi. Dengan berjalan berjingkat, ia menaiki tangga, Francesca kemudian membuka  pintu geser di lantai dua yang membatasi ruang dalam dan balkoni.Di pagar pembatas, ia bisa melihat dengan jelas di kejauhan sana, sebuah kapal telah datang. Kapal
Read more
Ancaman Monster
Sehari sebelumnya ....Miami, Florida di Mansion keluarga Knight."Conrad! Apakah kau sudah menemukan kabar tentang Fancesca? Ini sudah lebih dari tiga bulan." Diana Stevani, ibu angkat dari Francesca tampak sangat khawatir."Mom, tenanglah. Kita akan menemukan Francesca segera," ujar Conrad yang merupakan anak dari suaminya dengan Caroline. "Mommy tidak bisa tenang, Conrad. Dia tidak seharusnya menginjakan kaki ke Itally. Mommy takut, trauma masa kecil Francesca akan muncul kembali." Conrad meletakan tangannya pada pundak Diana, wanita yang sudah merawat dirinya semenjak kecil. Wanita penuh kasih sayang yang membesarkan anak-anak, dari wanita masa lalu suaminya, Andrew Knight."Frances sudah dewasa, Mom. Dan ini semua adalah pilihannya untuk mengembangkan kemampuannya bersama orkestra tersebut." Conrad berusaha menenangkan Diana."Aku tidak bisa menenangkan diri dari perasaanku ya
Read more
Menjadi Ratu
"Maafkan kami jika meminta ijin mendarat." Conrad masih berupaya bersikap ramah. Sementara di sampingnya Aaron dan seorang pengawal mengedarkan pandangan ke sekeliling kapal barang tersebut."Ada yang bisa kami bantu, Tuan?" tanya Devonte dengan tenang."Kami sedang mencari saudara perempuan kami. Dan informasi terakhir dia berada di salah satu pulau di sekitar sini." "Lalu, apa hubungannya dengan kami?" tanya Devonte dengan menyipitkan matanya."Aku melihat kapal ini adalah satu-satunya kapal yang berlayar di sekitar sini. Jadi, mungkin anda pernah melihat saudari kami. Ini foto dia."  Sementara Conrad berbincang dengan Devonte,  Aaron berjalan perlahan hendak memutari kapal."Aku tidak mengenal gadis itu. Dan tidak yakin pernah bertemu dengannya." jawab Devonte singkat. Dia juga memberi tanda pada anak buahnya untuk mengawasi Aaron."Salah satu pengawal kami melihat sepintas
Read more
Jangan lupakan niatan awalmu
Malam itu setelah Enrico berhasil memaksa Francesca untuk mandi. Pria tersebut bahkan membantu mengeringkan rambut gadis tersebut. Menyisirnya dengan lembut, memperlakukan dengan baik seakan barang yang rapuh. Dia mengajak Francesca untuk makan bersama di ruang makan. Gadis itu tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia hanya bertindak dalam diam.Memasukan makanan ke dalam mulutnya tanpa bisa merasakan. Mengunyah tanpa mengecap. Semua kelembutan dan perhatian Enrico hanya dia balas dengan sikap dingin.Senyuman dan tatapan Leonardo tak dia hiraukan. Bahkan tak sekali pun mata gadis itu menatap pada sosok pria di hadapannya. Pria pengkhianat yang sudah menipu dirinya.Berjanji akan membebaskan dia dari pulau Olive, namun pada kenyataannya semua hanyalah tipuan. Tak akan pernah dia lupakan hal tersebut. Setelah makan, bagaikan robot dia masuk kembali ke dalam kamar di lantai dua. Francesca memutusk
Read more
Kamar Pas
"Pilihlah apapun yang kau suka." Bisikan lembut suara Enrico tak membuatnya bergeming.Enrico menundukan kepalanya menatap gadis cantik yang tak juga bergeming dari tempatnya berdiri. Pria itu kemudian meletakan tangannya ke bahu Francesca."Dia sedikit pemalu, bantu dia memilih beberapa jenis pakaian." Seorang pramuniaga toko segera mengangguk dan mengambil beberapa pakaian untuk di tunjukan.  Semua pakaian yang di bawa oleh pramuniaga, tak juga membuat Francesca tertarik."Pilihlah beberapa pakaian untukmu," bisik Enrico lagi."Aku tidak perlu." sahut Francesca dingin."Lalu, apakah kau hendak telanjang di hadapanku?" "Apa maksudmu?" Francesca akhirnya menoleh pada pria tersebut dan menatapnya dengan sengit. Enrico merasa senang Francesca mulai bersikap hidup. Gadis itu menunjukan sikap tegas dan berani semenjak mengetahui kedua saudaranya sedang berusaha
Read more
Tidak memilliki Hak
Gadis itu meronta dengan segala cara ketika ciuman Enrico dengan ganas melibas lehernya. Hisapan dan sentuhan bibir lembut itu memberikan sensasi yang tidak ingin dia rasakan.Semakin lama berada di dekat monster bermata biru ini, membuat kewarasannya seolah tenggelam dalam dasar lautan.Sentuhan yang awalnya sangat ia benci dan selalu membuatnya mual, lambat laun seringkali menjadikan dirinya merasa terbiasa.Francesca sekuat tenaga berusaha untuk menjaga kesadaran dirinya. Tangannya sudah terasa sakit dan pegal dalam cengkeraman tangan Enrico. Dia meronta bahkan mengigit pundak pria itu.Lelaki itu menggunakan cara diluar dugaan Francesca untuk menghentikan serangannya. Tangan kekar itu merambat ke punggung dan menurunkankan resleting gaun. "Aaa! Jangannn!" bentaknya marah, "aku akan berteriak jika kau terus melakukannya!" serunya lagi  dengan napas tersenggal-senggal.Gadis itu menghimpitkan bahu dan pan
Read more
Mempertimbangkan Saran
"Tuan, kita sudah sampai di Mansion." Kata-kata itu telah menyelamatkan Francesca. Dia memanfaatkan jedah waktu untuk mendorong tubuh Enrico, sekaligus menjejakan kakinya ke perut pria itu dengan keras. Francesca membuka pintu mobil dan lari dengan sempoyongan sambil membenahi gaunnya. Dia terus berlari masuk ke dalam mansion lalu menuju kamar dan menutupnya dengan keras.Sementara Francesca membanting tubuh dan menangis dengan keras, Enrico menyeringai mendapatkan perlakuan kasar dari dirinya.Pria itu duduk bersandar  dengan kemeja kusutnya sesaat sebelum akhirnya keluar dari dalam mobil. Dia masih terkekeh ketika sudah berdiri di luar mobil, sambil merapikan kemeja yang dia kenakan."Tuan ...," panggil Serra perlahan."Katakan." "Kenapa kau tidak menikahi saja nona Francesca?" ujar Serra perlahan."Menikahinya?" "Iya, Tuan. Jika anda ing
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status