All Chapters of SWEET MY LOVE (INDONESIA): Chapter 71 - Chapter 80
100 Chapters
71 - Telepon Regan Sebelum Sidang Skripsi
Mendapat informasi dari Idhar membuat Regan mulai mengawasi pergerakan Ziva dari jauh. Pria itu pagi-pagi selalu menyempatkan ke rumah Ziva dan mengawasi dari jarak jauh. Dan, setelah melihat Ziva pergi ke kampus membuat Regan akan berjalan pergi menuju kantor.Setelah jam kerja selesai pun yang dilakukannya tidaklah pulang ke rumah. Melainkan ke rumah Ziva untuk memandangi wajah sendu perempuan yang sangat dirindukannya ini.Ada gejolak rasa yang sulit sekali ia bendung saat ini. Rasanya ia ingin sekali memeluk, mendekapnya erat hingga mencium istrinya saat ini. Tapi, melihat wajah sendu itu membuat Regan mengurungkan niat.Tak lupa juga ia sudah mendapatkan nomor baru milik Ziva dari Idhar. Meski dengan cara memaksa pria itu.“Sayang … aku rindu,” gumam Regan, menatap Ziva dari kejauhan.Melihat sepeda motor berhenti tepat di depan rumah Ziva membuat kening Regan mengerut. Ia seperti tidak asing dengan sepeda motor itu. Benar s
Read more
72 - Awkward Momen
Pukul tiga sore Ziva keluar ruang sidang dengan perasaan campur aduk. Bahkan wajahnya sudah pucat. Keringat dingin pun sudah membasahi seluruh wajah. Kondisinya yang lagi hamil muda membuat fisiknya gampang terasa lelah. Bisa dibayangkan Ziva berangkat pukul enam pagi dan pukul tiga sore baru selesai sidang. Belum lagi menunggu pengumuman yang akan diumumkan nanti pukul lima sore. Ziva semakin terasa lemas saat ini. Bukan soal ia merasa gugup menjawab pertanyaan dari dosen penguji. Tapi, siang tadi ia tidak menyempatkan makan karena sibuk belajar agar bisa menjawab semua pertanyaan dengan benar.Sekarang kepalanya terasa sakit. Perutnya mual. Kakinya lemas. Pandangannya mulai menguning bahkan terasa lama-lama mulai menghitam. Namun, tubuhnya langsung dipegang oleh Nindi.“Lo kenapa? Wajah lo pucat banget,” kata Nindi.“Gue gapapa, cuma butuh istirahat aja.”“Wajah lo pucat banget, Ziv. Mendingan ke kantin aja yuk,” ajak
Read more
73 - Merayakan Kelulusan Dengan Regan
Ziva kini tengah makan dengan begitu lahap. Bahkan Regan yang melihatnya merasa tergiur ingin makan banyak seperti Ziva. Namun, Regan merasakan jika perutnya terasa enek dan merasakan seperti sedang diaduk-aduk. Regan bahkan berulang kali pamit ke toilet untuk mengeluarkan muntahan namun nyatanya tidak ada yang keluar.Kini saat kembali duduk dan melihat Ziva perasaannya sangat senang. Terlebih semua makanan yang dipesan langsung habis tak tersisa.Perasaan Regan saat ini kian membaik. Apalagi perilaku Ziva yang sulit ditebak barusan. Regan tidak menyangka jika Ziva akan menciumnya terlebih dulu. Tak membutuhkan waktu lama pun Regan langsung membalas ciuman itu tak kalah dalamnya. Namun, sialnya mereka melakukan di bahu jalan yang otomatis langsung terganggu dengan suara klakson mobil yang berada di belakangnya. Seandainya mereka melakukan di tempat yang tepat mungkin akan berakhir lain lagi.Sial! Benar-benar sial!Namun, meski hanya melakukan ciuman sej
Read more
74 - Jangan Buru-Buru Ambil Keputusan
Drrrt … drrrt … drrrt.Ziva merasakan getaran ponselnya yang begitu tidak sabaran. Tangannya pun dengan reflek terus meraba-raba untuk mencari letak di mana ponselnya berada. Ziva yang masih merasa mengantuk rasanya tidak sanggup untuk membuka mata karena ia semalam benar-benar menangis tersendu-sendu hingga menjelang subuh, dan pukul lima pagi barulah Ziva bisa memejamkan mata.“Halo,” ucap Ziva, dengan suara yang begitu tercekat karena merasa tenggorokannya sangat sakit.“Sayang, kamu baru bangun?”Mendengar suara Regan membuat Ziva langsung terlonjak kaget. Ziva merasa seperti disiram air hingga membuatnya segera terbangun. Padahal ia hanya mendengarkan suara Regan dari jarak jauh. Ziva memegang kepalanya yang terasa pusing karena merasakan kurang tidur. Perutnya bahkan sudah terasa lapar karena belum diisi lagi sejak terakhir makan malam di restoran.“Hm,” gumamnya.“Kamu pengin mak
Read more
75 - Konsultasi Dengan Orang Yang Tepat
Ziva kini sudah di depan kantor seorang pengacara yang Idhar kenal. Ada sedikit keraguan saat sudah sampai tempat ini. Hati Ziva bahkan terasa sangat deg-degan sekali jika seperti ini.“Har, gue deg-degan banget sumpah,” tutur Ziva kepada Idhar yang masih sibuk melepaskan helm-nya.“Kan kita konsultasi dulu sama beliau. Tapi, saran gue mendingan bertahan aja, Ziv. Anggap saja ini ujian rumah tanggamu sama Regan. Kalau belum lima tahun suka berat ujian rumah tangga itu. Kata Enyak gue gitu soalnya.”“Iya, sih. Tapikan lo tahu sendiri sikap bokap gue yang keras kepala. Gue enggak mau menyesal kalau terjadi apa-apa sama bokap gue.”“Yaudah mendingan kita ceritain semua deh sama yang ahli. Nanti kan kita dikasih solusi tuh. Nah, nanti diikuti saja jika memang itu yang terbaik.”Ziva mengangguk sebagai jawaban. Mereka berdua akhirnya mulai berjalan menuju ke pintu kantor dan meminta bertemu dengan Bapak He
Read more
76 - Kesepakatan
Keluar dari kantor pengacara itu Ziva tidak banyak berkata apa-apa. Yang dilakukannya hanya diam dan menyuruh Idhar segera mengantarkan pulang ke rumah sebelum nanti kedua orangtuanya pulang kerja. Ziva melihat arlojinya yang sudah menunjukkan pukul empat sore. Yang artinya mama sama papanya akan pulang kerja sekitar sejam-an lagi. Mengingat jarak antara kantor dengan rumahnya lumayan jauh membuat Ziva pasrah saja jika ditanya macam-macam.Ziva masih memikirkan cara untuk mengatakan ini semua ke Regan. Ziva takut jika pria itu akan menolak usulan ini dengan cara mentah-mentah. Semoga saja Regan bisa bersikap dewasa juga mengerti akan kondisinya.Kurang lebih sejam-an, kini Ziva sampai depan rumahnya. Benar saja kalau kedua orangtuanya sudah sampai di rumah. Ziva melihat papanya tengah duduk di teras depan sambil menyesap secangkir kopi. Papanya memang terbiasa seperti itu setiap hari. Selalu minum kopi sambil menunggu waktu magrib tiba.“Makasih banyak, ya
Read more
77 - Jalan Terbaik
Ziva langsung membayar ongkos ojek online yang dinaikinya. Ia segera berjalan menuju ke gedung kantor milik keluarga Regan. Saat memasuki lobby kantor pun banyak orang-orang yang menunduk hormat ke arahnya, dan semua itu membuat Ziva merasa risih sendiri. Ia menganggap tidak pantas dihormati seperti ini karena Ziva merasa jika kasta mereka dengannya sama saja. Bahkan Ziva merasa kasta mereka justru lebih tinggi darinya. Ia hanya ketempelan nama Regan saja jadi ikut disegani seperti ini.“Nyonya Abimana selamat siang,” sapa Silvi saat bertemu dengan Ziva di depan pintu lift.“Siang Silvi, apa Regan ada di ruangannya?”“Tuan Abimana ada di dalam ruangannya, Nyonya. Beliau sudah menunggu Nyonya sejak tadi.”Ziva tersenyum tipis mendengar jawaban Silvi. Ziva merasa tidak enak sudah tidak menepati waktu. Bahkan ia melihat arlojinya yang sudah menunjukkan pukul satu siang. Yang otomatis jam makan siang sudah habis.Ziv
Read more
78 - Berpisah Demi Kebaikan
Pada hari ini akhirnya Regan mendatangi kantor pengacara itu. Ia tentu tidak datang sendirian melainkan bersama Ziva. Ia ingin mendengarkan solusi dari pengacara muda itu yang selalu dipuji-puji kaum hawa.Awalnya tentu saja Regan merasa cemburu melihat interaksi Ziva dan Hendrik yang tampak sangat akrab. Namun, ia berusaha menekan rasa itu agar hubungan dengan Ziva bisa kembali normal dan baik.Setelah gilirannya bercerita tentang permasalahan yang dihadapi, Regan akhirnya mengangguk menyetujui saran untuk melakukan pembatalan pernikahan dengan Celine Nadira. Tentu saja ia tidak menceritakan semua alasan bisa menjebloskan Bramono ke penjara. Regan hanya ingin mengakui itu semua nanti di depan Bramono. Regan tahu apa yang harus dilakukannya sekarang.Seusai berkonsultasi, mereka berdua memilih pergi ke salah satu tempat makan. Kali ini Ziva meminta makan-makanan Korea dan tentu saja Regan mengabulkan dengan enteng.“Nanti setelah makan, aku pengin k
Read more
79 - Pengakuan Dosa Seorang Regantara
Selesai makan dan bercengkerama sebentar dengan Maya kini Ziva dan Regan langsung pamit pergi. Regan akan mengantar Ziva pulang sekaligus untuk menemui Bramono. Regan akan memulai berjuang untuk mendapatkan Ziva kembali dengan cara yang lebih baik dan gentleman.Selama perjalanan pun tidak lupa Regan selalu memegang, mengusap, dan meremas telapak tangan Ziva. Meminta dukungan penuh dari perempuan yang kini duduk di sampingnya.“Kamu yakin enggak mau mendengarkan penjelasanku terlebih dulu?” Regan ingin menceritakan semua kepada Ziva terlebih dulu agar perempuan itu tidak kaget nantinya.Ziva menggeleng pelan dan tersenyum lembut. “Simpanlah dulu cerita dan penjelasanmu itu. Aku pengin kamu berjuang terlebih dulu, dan baru menceritakan semuanya padaku dengan jujur.”Regan pun tersenyum dan menuruti keinginan dari sang istri. Ia akan bercerita sejujur-jujurnya agar kehidupan rumah tangga yang dijalani bisa berjalan dengan ba
Read more
80 - Semua Yang Terjadi Hanya Rekayasa
Tepat pukul delapan malam lebih tiga puluh menitan Idhar datang membawa berbagai jenis makanan. Wajah jenakanya yang khas selalu membuat Ziva tersenyum meski kondisi hatinya sedang tidak karuan.“Malam Om,” sapa Idhar kala melihat Bramono yang berdiri menjulang tinggi di belakang Ziva.“Hm, malam.”“Ini aku bawa makanan dari Enyak untuk Ziva sekeluarga.”Bramono mengerutkan kening curiga. “Dalam acara apa bagi-bagi makanan?”“Soalnya besok aku mau sidang, Om. Doain, ya.”“Oh ….” Bramono mengangguk-angguk percaya dan semua itu membuat Ziva merasa lega. Bahkan papa-nya sudah menyuruh Idhar untuk masuk. Bramono juga sudah menyuruh Ziva membuatkan minuman untuk Idhar. “Kamu teman kuliahnya Ziva?” tanya Bramono, menatap intens Idhar dari ujung kepala ke ujung kaki.“Iya, Om. Tapi aku jurusan teknik.”“Owalah bagus kalau begit
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status