Semua Bab SWEET MY LOVE (INDONESIA): Bab 51 - Bab 60
100 Bab
51 - Menyelidiki
Seharian ini Ziva merasa galau. Yang dilakukannya hanya terbengong saja di perpustakaan hingga akhirnya Ziva merasa terkejut karena bahunya ada yang menepuk dengan kencang.“Idhar,” geram Ziva, kesal.“Haha, lagian gue perhatiin lo ngelamun aja dari tadi. Lagi mikirin apaan, sih?”Ziva melirik sejenak dan kembali menatap ke depan. Melamun kembali dan segera menutup buku yang sedang dibacanya.“Kampret! Ditanya malahan ngelamun lagi,” dumel Idhar, emosi.“Udah sono lo pergi. Gue enggak mau diganggu lalat kayak lo!” jawab Ziva, sekenanya.Disamakan dengan lalat membuat Idhar dongkol. Lalat kan hewan yang suka dengan yang kotor-kotor. Sialan!“Enggak asik lo!” Idhar pergi meninggalkan Ziva yang masih saja diam melamun.Jujur saja seharian ini perasaan Ziva diliputi rasa penasaran soal surat itu. Memangnya apa yang sedang disembunyikan suaminya. Bahkan Regan sampai berani
Baca selengkapnya
52 - Membuntuti
Saat tepat berada di depan pintu ruang kerja Regan, kini Ziva merasa bimbang saat ingin menekan slot pintu itu. Apalagi ini dalam keadaan bisa dikatakan masih malam. Jam dua pagi. Dan, Regan bangun hanya untuk ke ruang kerjanya saja? Benar-benar mencurigakan.Sambil menunggu waktu pun yang dilakukan Ziva hanya berjalan mondar mandir di depan pintu sambil menggigiti salah satu kuku jemarinya.“Aku harus tahu ada apa di dalam. Harus tahu apa yang disembunyikan pria itu,” gumam Ziva, menyemangati dirinya sendiri saat ini.Merasa sudah cukup menunggu membuat Ziva akhirnya menempelkan telinga di daun pintu. Ziva mencoba mendengarkan suara Regan yang tidak jelas itu.“Maafin aku sudah buat kacau semuanya,” lirih Regan, “Maaf, Celine,” imbuhnya lagi.Mendengar samar-samar nama sang kakak disebut membuat Ziva merasa semakin penasaran apa yang terjadi di dalam.Dengan modal nekat akhirnya Ziva langsung menekan slot
Baca selengkapnya
53 - Tetap Saja Kurang Percaya
Ziva masih bingung kenapa Regan berhenti di sebuah tempat pemakaman saat ini. Memangnya Regan ingin berkunjung ke makam siapa?Merasa penasaran pun membuat Ziva mengikuti langkah kaki pria itu. Bahkan Ziva sengaja menjaga jarak sejauh mungkin agar tidak ketahuan.“Bego! Kak Celine, ‘kan dimakamkan di sini juga, aduh tolol banget,” geturu Ziva yang terus mengomeli dirinya sendiri.Dan benar saja dugaannya jika Regan berkunjung ke makam Kak Celine. Ziva yang melihat Regan tengah menaruh sebuket bunga di depan batu nisan Kak Celine membuat hati Ziva langsung terenyuh. Rasa-rasanya Ziva ingin menangis saat ini juga.Melihat Regan yang masih berjongkok lama sambil menunduk membuat Ziva merasa penasaran dengan apa yang tengah dikatakan oleh pria itu. Ziva tahu kalau pria itu pasti masih sangat berduka sekali karena tidak jadi menikah dengan Kak Celine.“Kasihan juga,” gumam Ziva melihat Regan.Tak lama Regan berdiri d
Baca selengkapnya
54 - Membuka Kotak Hitam
Hari ini Ziva masih tetap dengan misinya untuk mencari bukti jika Regan memiliki selingkuhan. Ia bahkan rela menyuruh Idhar untuk tetap stay di depan kantor Regan karena ia memiliki jadwal bimbingan dengan dosen.Mengingat Rio merupakan sekutu Regan membuat Ziva tidak mempercayai laki-laki itu. Ziva lebih baik keluarin duit untuk Idhar yang mau dibayar dua ratus ribu. Dan, untungnya Regan rajin memberikan transferan ke rekeningnya. Anggap saja itu uang jajan Ziva yang diberikan untuk Idhar karena memang Ziva tidak memakai uang itu untuk hal-hal tidak berguna.Kini Ziva mendapat laporan lagi jika Regan datang ke makam kemarin. Entah kenapa Ziva menjadi penasaran kenapa Regan menjenguk Kak Celine terus menerus. Jika memang masih belum move on dari kakaknya itu hal wajar saja karena mereka saling mencintai bukan dulunya? Kenapa harus diam-diam seperti ini.“Lo, pokoknya ikutin terus.”“Siap.”“Gue bayar hari ini transfer
Baca selengkapnya
55 - Isinya Membuat Terkejut
Entah kenapa tadi Regan seperti melihat sesosok istrinya di pemakaman. Pakaian yang dikenakan orang itu sama persis seperti yang dipakai Ziva. Namun, di saat ingin menegur membuat Regan mengurungkan niat ketika perempuan itu tampak sedang mengusap-ngusap batu nisan. Mungkin hanya kebetulan saja bajunya sama. Apalagi model pakaian seperti itu sangatlah menjamur di Jakarta.Sebisa mungkin Regan terus menampik pikiran curiga kepada istrinya. Lagian jika memang Ziva ke makam, kenapa harus ziarah di makam orang lain?Terlebih Ziva sudah pulang ke rumah membuat Regan merasa tenang. Namun, mendadak perasaannya menjadi tidak enak.Buru-buru Regan menghubungi Maya. Ia ingin tahu apa yang sedang dilakukan istrinya saat ini. Terlebih jangkauan CCTV rumahnya tidak dipasang sampai ke dalam-dalam kamar. Karena itu area terlarang dan privasi.Di saat panggilan teleponnya diangkat membuat Regan langsung to the point. “Halo, Bun.”“Iya, sayang.&rd
Baca selengkapnya
56 - Hidup Itu Suka; Manis & Pahit
Seusai makan malam, Ziva memilih pergi ke kamar untuk istirahat. Namun, mengingat kepalanya banyak hal yang dipikirkan membuat tidak bisa tertidur. Ziva pun memilih untuk menunggu Regan—suaminya pulang bekerja.Sudah berkali-kali kepalanya mendongak menatap ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Ziva berdecak sebal mengingat akhir-akhir ini Regan selalu pulang malam, dan sangat sibuk bekerja.“Ah, kupikir menjadi istri seorang pengusaha itu enak. Ternyata sering kesepian begini. Tahu begini mendingan nikah sama guru saja yang sore sudah di rumah,” dumel Ziva, kesal.Merasa sedang kesal dengan keadaan membuat Ziva langsung turun dari ranjang dan berjalan menuju balkon kamarnya. Ziva menatap ke arah halaman rumah yang cukup luas. Bibirnya tersenyum tipis.“Itu halaman kalau dibangun kos-kosan bakalan ngehasilin duit banyak, nih. Secara di Jakarta gitu lho. Apa saja serba dibuat bisnis yang menghasilkan,&rdquo
Baca selengkapnya
57 - Terbongkar Semua
Pagi ini Ziva dan Regan masih merasa kesal satu sama lain. Tidak ada obrolan yang tercipta antara keduanya. Regan yang biasa mengalah dan membuka obrolan terlebih dulu pun kini memilih diam dan fokus menyetir.Ziva yang masih merasa aneh dengan sikap Regan ikut diam dan terus menatap ke samping jendela. Entah kenapa perasaan manis semalam dalam waktu sekejap langsung berubah menjadi pahit bak buah bratawali.Dan saat sampai di depan kampus, Ziva merasa bingung sendiri. Apakah akan melakukan kebiasaan sebelum turun mobil atau mengabaikannya begitu saja? Merasa terlalu gengsi membuat Ziva memilih opsi kedua. Mengabaikannya.Namun, baru ingin memegang pintu mobil tangan Regan sudah menarik tangannya hingga membuat kepala Ziva menoleh.Netra mata Regan kini kian menatap lembut ke bola mata Ziva. Meski ditatapan itu masih terpancar begitu jelas jika Regan masih kesal. Namun, dengan cepat pula Regan memulai ciuman itu kepada Ziva. Pria itu segera mencecap dan m
Baca selengkapnya
58 - Terkejut Dengan Semua Ini
Mendengar itu membuat Ziva merasa jika telinganya bermasalah. Kakinya perlahan mulai mundur dengan kepala yang menggeleng pelan. Menampik jika yang diucapkan oleh Regan barusan itu salah. Ya, Ziva menyakini jika telinganya harus diperiksa ke dokter tht.“Aku menyukaimu melebihi diriku sendiri,” lirih Regan, menatap teduh bola mata yang sedang menatapnya lekat. Regan tersenyum tipis mengetahui jika hal ini pasti akan terjadi. Perasaan yang sesungguhnya pasti akan diketahui oleh Ziva mengingat ia sudah tidak tahan harus terus menerus berbohong kepada orang-orang tentang perasaannya kepada Celine dulunya. Regan ingin mengatakan hal yang sebenarnya agar bisa melangkah lebih baik ke depan.Lain hal dengan respon yang diperlihatkan oleh Ziva. Perempuan itu terus melangkah mundur dengan ketidakpercayaan yang dimilikinya. Pasti Regan salah ngomong tadi. Pasti itu hanya alibinya saja agar bisa mangkir dari kesalahan yang diperbuat atas kasus perselingkuhan yang dija
Baca selengkapnya
59 - Resah
Seusai mengatakan itu, Ziva langsung menoleh ke makam kakaknya. Ia mengusap batu nisan yang bertuliskan ‘Celine Nadira’ dengan lembut. Setelah itu, Ziva langsung berdiri dengan sedikit sempoyongan karena terlalu lama berjongkok. Bahkan di saat Regan ingin membantu pun dengan cepat pula Ziva menangkis uluran tangannya.Ziva hanya menatap lekat ke netra mata pria itu tajam kemudian segera pergi meninggalkan Regan yang masih diam berdiri di sana.Ziva menangis sepanjang jalan setapak area pemakaman hingga sampai area parkir yang terdapat Idhar di sana.“Lo kenapa?” tanya Idhar, khawatir.Ziva masih menangis, dan segera memeluk Idhar. “Ajak gue pergi kemanapun, Har. Gue enggak mau pulang,” ujarnya dengan suara sedikit tercekat.Idhar yang dipeluk pun hanya diam dan merasa bingung. Dan terkejut saat matanya menangkap sesosok Regan yang sedang berjalan menuju keluar makam. Bahkan bisa dilihat jika tampang wajah Regan s
Baca selengkapnya
60 - Sama-sama Gundah
Setelah berputar-putar keliling Jakarta tanpa tujuan, kini Idhar menghentikan motornya di bahu jalan taman Melawai, Blok M, Jakarta Selatan.Idhar langsung mengesah dalam karena Ziva belum menentukan tujuannya sampai pukul sepuluh ini. Perempuan itu masih saja menangis dan menangis. Idhar sendiri merasa benar-benar sudah lelah karena menyetir motor keliling tidak jelas arah tujuannya ke mana. Bahkan sampai berkali-kali isi bahan bakar motornya namun tetap saja hasilnya sama. Tidak punya tujuan.“Kalau lo enggak tentuin tujuannya ke mana, mendingan turun di sini!” titah Idhar, tegas.Ziva masih diam saja, tidak merespon omelan Idhar. Bahkan sepanjang jalan pun Ziva tidak memedulikan makian dan omelan yang dilontarkan pria itu.Ziva hanya bisa merasakan kesedihan luar biasa saat ini. Mengingat perkataan Regan di area pemakaman membuat pikirannya benar-benar kacau. Kakaknya meninggal karena merasa sakit hati mendengar perempuan yang dicintai pria
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status