Semua Bab SWEET MY LOVE (INDONESIA): Bab 81 - Bab 90
100 Bab
81 - Ancaman Ziva Untuk Regan
Regan segera membopong tubuh Bramono menuju ke kamar. Dia meletakkan tubuh tua itu dengan sangat hati-hati. Ziva sendiri yang melihat papanya kesakitan hanya bisa menangis. Marina yang sibuk di dapur langsung memegang dadanya terkejut. Kemudian menangis melihat suaminya yang masih meringis kesakitan.“Aku telepon Zhakir dulu,” ujar Regan.Ziva mengangguk setuju, dan ia terus menatap dan menggenggam telapak tangan sang papa. Ziva bahkan mengambil tangan kanan papanya yang memegang dada.“Papa …,” lirih Ziva, terisak.Selesai menelepon Zhakir, Regan langsung menoleh dan menatap Bramono dengan tatapan sendu. Ia merasa bersalah karena yang terjadi kepada pria tua itu karena ulahnya. Pasti papa mertuanya sangat syok mendengar semua pengakuan dan kejujurannya ini. Tapi, bagaimanapun Regan sudah berjanji akan mengatakan sejujur-jujurnya kepada Ziva dan keluarga. Regan hanya ingin memulai semua dari nol dan dari cara baik-baik meski
Baca selengkapnya
82 - Definisi Cinta Buta
Menjalani hari-hari tanpa bisa melihat dan berkomunikasi dengan Ziva membuat Regan merasa uring-uringan sendiri saat di kantor. Bahkan pria itu tetap nekat mendatangi ke rumah istrinya—meski hanya untuk melihat atau memantau dari jarak jauh.Dan, inilah waktu yang tepat untuk segera menampakkan diri di depan rumah Ziva dengan nekat dan niat baik. Regan tidak mau menyerah untuk mendapatkan maaf dari sang papa mertua.Tok. Tok. Tok.Regan berdoa agar hari ini tujuan baiknya bisa disambut dengan baik oleh Bramono. Bahkan saat mendengar derap suara langkah kaki menuju ke daun pintu membuat hati seorang Regan merasakan deg-degan.     Ceklek.“Sayang,” sapanya dengan senyum lebar seperti biasa.Namun, sambutan Ziva kurang menyenangkan di mata Regan. Perempuan itu mengembuskan napas kasar dan menatapnya datar yang membuat Regan terus bertanya-tanya dalam hati.“Ini sudah satu minggu aku engga
Baca selengkapnya
83 - Usaha Meminta Maaf
Bramono sudah memutuskan untuk memaafkan Regantara meski dengan hati yang begitu berat dan sangat terpaksa. Bramono menyuruh anak itu untuk tidak lagi mengganggu, dan menemui Ziva.“Aku enggak bisa jauh dari Ziva, Pa,” lirih Regan, memohon.“Harus bisa!”“Pa, please …,” pintanya masih memohon.“Tadi kamu bilang ingin meminta maaf kepada saya? Sekarang sudah saya maafkan tapi kenapa kamu masih saja tidak tahu diri, hah!”Regan hanya menelan ludahnya sendiri dengan susah payah. Ia memang berniat meminta maaf dan sukurnya Bramono mengerti hingga memaafkan segala kesalahannya. Akan tetapi kenapa ujung-ujungnya jadi enggak enak begini.Tidak ingin menyerah membuat Regan terus berusaha agar tetap bisa bersatu dengan Ziva. Apapun penolakan yang diterima, Regan harus bisa menerima dan terus berjuang. Ya, harus berjuang demi cinta-nya kepada Ziva. Katanya kalau cinta sejati itu butuh perjuangan d
Baca selengkapnya
84 - Pembatalan Perkawinan & Pernikahan
Regan benar-benar merasa senang karena Bramono meminta untuk ia segera menutup pintu dan segera bersiap-siap untuk sholat magrib berjamaah.Namun, rasa senang itu langsung berganti dengan perasaan kaget karena ia diminta untuk menjadi imam sholat. Regan yang memang bolong-bolong pun langsung menelan ludah begitu susah payah.Kepalanya menoleh ke arah Ziva yang tampak tersenyum merona ketika sang papa mertua meminta hal itu. Merasa senang dengan ekspresi ini membuat Regan akhirnya setuju untuk menjadi imam.“Ya sudah kamu wudhu dulu sana,” kata Bramono, memerintah.“Baik, Pa.”Regan akhirnya mengambil air wudhu, mereka berempat langsung melakukan sholat magrib bersama. Ada gejolak perasaan yang tidak bisa diungkapkan oleh Ziva melalui sebuah kata-kata saat ini. Yang pasti perempuan itu sangat senang ketika melihat Regan menjadi imam-nya dalam sholat. Bahkan, ini pertama kali mereka melakukan sholat berjamaah.Selesai s
Baca selengkapnya
85 - Statusnya Menjadi; Belum Kawin
Setelah mengurus semua tentang pembatalan pernikahan, dan akhirnya perkara ini sudah selesai dengan baik. Kini sesosok Regantara tercatat masih berstatus; belum kawin, begitu juga dengan Zivanya. Meski mereka telah menikah, namun kendati demikian status dalam kartu tanda penduduk mereka masih single atau belum kawin.Hari ini Regan berniat untuk datang berkunjung ke rumah mertuanya. Namun, sebuah mobil truk berukuran besar telah bertengger di depan halaman rumah Bramono.Merasa ada sesuatu yang tidak diketahui membuat Regan segera turun dari mobil dan berlari menuju ke dalam rumah Bramono. Di sana terdapat Bramono, Marina, namun tidak ada Ziva di sana.“Pa, Ma,” sapa-nya ketika netra mata mereka bertemu.“Kamu ngapain ke sini?” tanya Bramono, jutek.“Papa jadi pindahan?” tanya Regan, memastikan.“Ya iyalah. Mata kamu rabun?” sarkas Bramono. Kakinya segera melangkah keluar untuk memanta
Baca selengkapnya
86 - Saling Memaafkan & Kasih Kabar Kehamilan
Pagi ini Regan, Narendra, Maya, dan tak lupa juga Ziva, Bramono serta Marina. Mereka berenam kini sama-sama pergi secara bersama menuju ke area pemakaman Celine untuk berziarah sesuai yang diinginkan oleh Ziva kemarin kepada Regan.Tak ingin membuang waktu pun akhirnya Regan segera menjalankan apa saja keinginan istrinya. Regan sudah tidak sabar ingin menikahi Ziva secara sah di mata agama maupun negara. Meski di mata agama sah, akan tetapi kehidupan yang dijalani seperti masih menyisahkan benteng yang cukup tinggi antara keduanya.Mereka pergi menggunakan satu mobil agar lebih bisa menghabiskan waktu bersama. Regan yang duduk sebagai kemudi hanya bisa menatap istrinya yang memang duduk paling belakang. Di samping Regan terdapat Bramono. Dan jok kedua diisi oleh Maya serta Narendra. Ziva dan Marina memilih duduk paling belakang.Tidak ada obrolan yang tercipta. Hanya Regan saja yang membuka pembicaraan soal pekerjaan dengan ayahnya serta bergantian bertanya-tany
Baca selengkapnya
87 - Wisuda
Hari ini adalah acara wisuda dari Ziva. Semuanya sibuk dan heboh berdandan untuk tampil cantik. Bahkan salon yang sudah Ziva sewa itupun dibayar ganti ruginya oleh Maya karena perempuan itu sudah memesan MUA andalannya. Kebaya yang Ziva sewa juga dikembalikan karena melihat warna yang sudah usang membuat Maya segera mencarikan tempat penyewaan pakaian terbaik untuk sang menantu. Katakanlah kalau Maya ini sangat berlebihan dan sedikit egois soal Ziva. Lagipula Maya serta-merta melakukan ini karena ingin memberikan yang terbaik untuk sang menantu—terlebih ada calon cucunya di dalam perut Ziva. Maya ingin kalau menantunya tampil sangat begitu cetar memesona.Bahkan semalam Bramono dan Marina menginap di rumah Narendra. Mereka menghabiskan malam dengan saling bercengkerama soal kehidupan. Tak pelak mereka juga menggunakan momen semalam untuk membakar sosis dan menikmati dengan kebersamaan.Lain hal dengan Ziva yang justru pusing melihat kesibukan Maya saat ini. Perem
Baca selengkapnya
88 - Pingsan
Meski diundangan hanya mendapat dua kursi saja, dengan power orang dalam Regan, Narendra, Maya pun mendapatkan kursi tempat duduk di barisan kedua. Mereka berpisah tempat duduk dengan Bramono dan Marina. Awalnya Narendra ingin sejajar dengan besannya, namun mengingat semua kursi sudah diurutkan berdasarkan nama undangan membuat mereka tidak bisa duduk bersama.Niatnya mereka tidak ingin menggunakan power mereka, namun demi Ziva akhirnya mereka terpaksa mengeluarkan power yang dimiliki agar mendapatkan akses masuk dan tempat duduk.Regan bahkan sudah menyiapkan kamera digitalnya untuk memotret Ziva nanti-nya. Ia sudah tidak sabar melihat sang istri untuk naik ke atas panggung.Tak lama acara wisuda dimulai dengan berbagai serangkaian acara—hingga akhirnya jatuh ke acara yang sangat dinanti-nantikan—pemberian ijasah untuk wisudawan dan wisudawati serta pemindahan tali toga dari kiri ke sebelah kanan oleh Rektor.“Ziva cantik banget. Menant
Baca selengkapnya
89 - Welcome Cirebon
Sore ini keluarga Abimana sudah bersiap-siap untuk ikut mengantar pindahan dari kedua orangtua Ziva ke kota Cirebon. Awalnya, Regan tidak mengizinkan Ziva ikut karena melihat fisik perempuan itu yang masih belum seratus persen pulih. Namun, mendengar rengekan perempuan yang dicintai-nya membuat hati kecilnya tidak tega.Akhirnya Regan pun mengabulkan keinginan Ziva itu. Terlebih ia melihat senyuman manis yang terulas di bibir istrinya.“Pa, Ma, Ziva bakalan kangen banget sama kalian,” ujar Ziva, mengungkapkan isi hatinya.Kedua orangtuanya pun langsung memeluk dan membelai lembut anak perempuan satu-satunya ini. Mereka sejujurnya sedih, namun mereka harus ikhlas melepaskan anaknya karena sudah menjadi tanggung jawab Regan saat ini sebagai suami Ziva. Bramono pun hanya bisa menatap putrinya dengan senyum getir.“Jadi istri yang baik, ya,” kata Bramono memberikan pesan kepada Ziva.Ziva pun mengangguk pelan sebagai respon. Akh
Baca selengkapnya
90 - Debat Nama Untuk Calon Anak
Regan masih cengar-cengir melihat tingkah Ziva yang sangat di luar dugaan ini. Ia pun langsung menuntun Ziva menuju ke salah satu kamar dan menutupnya. Di sana Regan langsung membalas ciuman sangat istri dengan begitu rakus yang membuat Ziva terkejut.Melihat istrinya susah bernapas membuat Regan segera melepaskan ciuman itu. Ibu jarinya langsung mengusap lembut area bibir bawah milik Ziva.“Kenapa harus di kamar?” tanya Ziva dengan wajah begonya.“Kalau di luar nanti buat lansia pada ngiri.”Ziva terkekeh sendiri mendengar jawaban konyol dari Regan. Padahal wajah bunda sama ayahnya masih tampak muda, namun pria itu mengatakan lansia. Benar-benar anak kurang ajar.“Mereka masih muda tahu. Buktinya wajah bunda saja tampak masih gadis.”“Itu bantuan skincare sama perawatan dokter, sayang,” bisik Regan.Lagi-lagi Ziva terkekeh mendengar jawaban jujur dari Regan. Ia pun langsung memeluk suam
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status