Semua Bab Melahirkan anak untuk CEO: Bab 331 - Bab 340
346 Bab
(S3) 155. Mari Bercinta Satu Kali.
Parsa berputar-putar di dalam kamar hotel. Kata-kata Julian membuat lelaki itu khawatir jika mungkin Esau benar-benar akan menggila. Apalagi dia dan Freya tengah berada di dalam kamar hotel, mungkin Esau akan salah sangka pada sahabatnya.“Ada apa?” tanya Freya, yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi.“Frey, katakan kenapa kau kabur dan apa masalah kalian yang sebenarnya?” Parsa memaksa gadis itu berbicara.Freya duduk di sofa yang tidak jauh dari Parsa, matanya kembali mengembun. Dia memikirkan betapa dirinya sudah begitu jahat pada keluarga itu.“Aku tidak ingin dengannya lagi.”“What?!” Mata Parsa membelalak. “Frey, apa maksudmu tidak ingin dengannya lagi?”Dengan santainya Freya membuka handuk penutup kepala, mengeringkan rambutnya dengan handuk itu. Matanya menatap langit-langit kamar hotel, membayangkan kembali semua rencana jahat dan perlakuannya pada Esau. Freya sangat
Baca selengkapnya
(S3) 156. Mari Bercerai.
 Freya mendengar pintu itu terbuka, dan dia tidak peduli. Dia ketatkan pelukannya pada Parsa untuk membuat Esau berpikir mereka baru saja melakukan hal yang tidak pantas. Parsa sampai menegang, dia ketakutan mendapat tatapan dari Esau.“Jadi... ini sambutanmu padaku?” kata Esau, ingin sekali dia menerjang Parsa detik itu juga.“E-Esau, ini... tidak seperti yang kau pikirkan,” ucap Parsa gugup.Siapa yang tidak ketakutan kedapatan berpelukan dengan istri orang lain? Apalagi penampilan Freya sungguh berantakan. Rambutnya setengah basah dan acak-acakan, lalu pundak jubah mandinya terbuka ke bawah.  Siapa pun yang melihat mereka pasti berpikir Freya dan Parsa baru saja melakukan hubungan terlarang!“Frey, lepaskan.” Parsa berusaha melepaskan pelukan Freya dari lehernya, tapi gadis itu bagaikan lintah menempel di sana.“Kenapa? Kau takut karena Esau datang? Parsa, jangan terlalu tegang begitu,
Baca selengkapnya
(S3) 157. Cinta yang Membunuh
“Katakan, apakah aku harus menurunkanmu di sini?” ulang Esau, menyarkan Freya kembali dari pikiran panjangnya. “Benarkah kau tidak memiliki rasa untukku?”Pertanyaan itu membuat Freya merasa ditekan oleh beban yang sangat berat. Tapi ego dan rasa malu membuatnya tidak memiliki pilihan lain.“Be-benarkah? Kau... akan membiarkanku pergi?” tanya Freya terbata, ada lubang kecewa di dalam dadanya menyadari Esau yang bisa dengan gampang melepaskannya.Esau mendekat, membuat wajah mereka saling menatap hanya jarak beberapa inci. Dia tatap wajah Freya sangat lekat untuk melihat sejauh apa Freya ingin pergi darinya.“Kupikir kau akan berkata tidak ingin kulepaskan, tapi ternyata kau sangat ingin bercerai, ya?” Dia mendengus, kesal sekali melihat Freya sekarang.  “Jangan pernah bermimpi! Bukankah sudah aku katakan itu sejak awal?  Kau lah yang datang padaku, maka tak ada jalan untukmu keluar dari cengk
Baca selengkapnya
(S3) 158. Visum Saja Otakmu!
Freya naik ke atas tempat tidur dan mendekap tubuhnya sendiri, mengkerut seperti anak kucing yang kedinginan. Seandainya saja dia mengenal Esau tanpa adanya kebohongan dari Ezra, mungkin kah mereka bisa hidup bahagia? Seandainya perkenalan mereka murni tanpa adanya dendam tak beralasan, mungkin saja mereka bisa menepis semua rintangan yang datang belakangan.Tapi ini lah yang terjadi, Freya terlanjur memasuki hidup Esau dengan niat buruk yang sudah dia susun. Freya tidak pernah berpikir panjang jika akhirnya akan menjatuhkan hati pada lelaki itu.Dia sempat memikirkan keadaan Ezra—papanya—sekarang. Sebenarnya, ada rasa rindu untuk kembali ke rumah besar miliknya, memanggil sang papa dengan manja bagaikan Freya di usia remaja dulu,  tapi rasa kesal pada Ezra karena telah membohonginya selama bertahun-tahun belum juga kunjung reda. Freya menahan keinginannya. Setidaknya biarkan saja dulu seperti ini.Kembali dia memikirkan kalimat Parsa saat berad
Baca selengkapnya
(S3) 159. Tanam Benihmu di Rahimku
“Di mana istrimu?” tanya Harry, melihat hanya putranya lah yang datang ke meja makan untuk sarapan. Esau menghela napa pendek, mengambil tempat yang biasa dia duduki. “Dia sedikit demam, tadi malam dia kehujanan.” Julian sudah memberitahu Esau jika Parsa menemukan gadis itu di tengah jalan, jadi dia punya alasan untuk membuat Harry tidak berpandangan buruk pada Freya. “Benarkah? Padahal kita berencana akan mempertemukannya dengan Felisha,” sahut Harry, meneguk teh hitam buatan istrinya. Dia menoleh ke samping, menatap wajah sang daddy yang tetap datar. “Maksudnya, Dad?” tanya Esau was-was. Jujur saja, Esau masih belum bisa menerima ucapan Harry kemarin pagi yang berkata dia tidak setuju Esau menjadi menantu Ezra Raves. “Ezra tidak bisa membantu bibi kalian. Dia sangat keras kepala, malah membuat semua orang marah padanya. Bibi Feli hanya akan semakin tidak waras jika kita meminta bantuan darinya.” Alena yang menyahut sekarang. “Ezra Raves suda
Baca selengkapnya
(S3) 160. Mari Kita Hadapi Papamu.
Percintaan itu semakin panas mengikuti hasrat yang bergejolak di dalam dada. Posisi Freya yang duduk bersandar ke cermin, dengan Esau yang berdiri di depannya sembari menyentuh seluruh tubuh istrinya. Tangan kekarnya menyentuh setiap inci dari tubuh indah yang menjadi kegemarannya.Dia menunduk tepat di depan dada Freya, mendekatkan bibirnya ke dada gadis itu. Esau lantas turun, dan turun sehingga berhenti tepat di depan dada istrinya.Kenyal dan menantang, Esau tak bisa menahan untuk tidak segera melakukan lebih. Dia lebih dekat, lidahnya menyapu bagian merah muda yang mengitari pucuk dada Freya.“Uhm....” Freya mendesah.“Kau suka aku melakukan ini?” tanya Esau, lantas menjalarkan sekali lagi di sana. Sangat senang dia melihat wajah istri yang memerah menahan hasrat dan malu-malu. “Aku ingin melakukannya dengan cepat, tapi aku tidak ingin tubuhnya yang lain akan cemburu, bagaimana ini?” godanya lagi, tangan kiri menja
Baca selengkapnya
(S3) 161. Kembalikan Putriku!
 Ketika Freya turun bersama dengan Esau, semua mata menatap dirinya. Alena, Harry, Zoe dan juga Dixon ada di ruang keluarga. Freya gugup, meski Esau sudah mengatakan mereka memaklumi kesalahannya, tetap tidak semudah itu Freya bertemu tatap dengan mereka. Wajahnya menunduk dalam, Esau memeluk pundak istrinya untuk meyakinkan Freya.“Mari, kita harus berbicara dengan semua orang.”Freya mengangguk lemah dan mengikuti kaki Esau melangkah. Keduanya lantas mengambil tempat duduk di depan semua anggota keluarga.“Apakah kakak ipar sakit?” tanya El, anak itu tidak paham apa pun yang terjadi di sini.“El, pergi lah bermain dengan Bibi Tiffa.” Harry memberi pengertian pada putra bungsunya sebab anak itu belum seharusnya mendengar konflik yang sedang mereka hadapi, dan El adalah anak yang selalu mendengarkan kata-kata dad, dia pergi meninggalkan ruang tamu.“Freya, kau sudah baikan?” tanya Harry,
Baca selengkapnya
(S3) 162. Pilihlah Aku, Suamimu.
“Esau, tunggu!” Freya hampir saja terjatuh ketika mengikuti langkah suaminya turun dari mobil. “Bukankah kau bilang akan mempertahankanku? Kenapa kau ingin mengembalikanku pada papa?” katanya lagi. Freya tidak ingin pergi, dia berhenti menatap rumah besar di mana papanya menunggu.“Freya, ikut lah, papamu sudah tak sabar menunggu.”Kemarahan Esau sudah sampai di puncak kepalanya, sehingga tak ada waktu baginya membahas hal ini. Esau hanya ingin segera bertemu dengan Ezra Raves dan menyelesaikan masalah mereka. Dia tidak tahan mendengar kata-kata Ezra yang bahkan sudah mengurus perceraiannya dan Freya. Bukankah pria itu sudah sangat keterlaluan?“Tapi aku tidak mau! Aku mencintaimu, aku ingin denganmu!” Freya yang baru mendapat kasih sayang dari seluruh anggota keluarga Borisson, tiba-tiba merasa sangat sedih. Esau, lelaki yang pagi tadi berkata mencintai dirinya bahkan rela mati untuknya, kenapa sekarang justru sep
Baca selengkapnya
(S3) 163. Bukti Kekejaman.
Freya masih bergeming menatap tangan Esau yang terulur padanya. Lalu perlahan mengangkat mata untuk melihat wajah suami yang... katanya sudah bercerai oleh perbuatan oleh sang papa. Wajah sendunya sulit untuk ditebak, apakah Freya akan menerima uluran tangan itu?Kemudian dia perlahan mengalihkan wajah menatap tangan papanya, lalu mata mereka pun bertemu beberapa detik kemudian.“Mari, Sayang, kita akan berangkat hari ini,” ucap Ezra Raves sekali lagi.“Papa menjagaku?” Suara serak yang menyiratkan kerinduan akan cinta.“Pasti, karena kau lah separu dari nyawaku yang tersisa.” Ezra mengangguk perlahan.Ezra memang banyak melakukan kebohonga, tapi semua dia lakukan untuk alasan yang tepat. Dia hanya tidak ingin membuat Freya seperti ibunya.“Freya, ibumu memiliki temprament yang sangat buruk. Dia suka menyakiti orang lain tanpa peduli siapa orangnya. Aku menjauhkanmu dari dia karena aku mencintaimu, a
Baca selengkapnya
(S3) 164. Tak Ingin Cintaku Gagal.
“Apa yang kalian bicarakan? Sayang, papa mencintaimu. Kau tidak harus mendengarkan kesaksian dari orang-orang yang tidak menyukai papa,” kata Ezra, berharap kali ini putrinya masih mendengarnya. Ezra Raves tidak rela jika Freya menuduhnya tidak menginginkan dirinya.“Tapi bukti yang kutemukan bukan sekedar ucapan orang-orang. Papa juga ingin melihatnya?” Freya menantang papanya, lantas membuka lipatan kertas yang dia pegang.Bagaimana pula ada orang yang berkata demikian? Apakah mereka bisa mendengar isi kepala Ezra? Siapa yang dengan berani membuat kesaksian bahwa Ezra tidak menginginkan bayinya? Sejak mendengar Felisha hamil, Ezra sudah berencana untuk mengurus bayi itu meski tanpa ibunya!“Catatan rumah sakit atas nama Felisha Raves dan suaminya Ezra Raves,” kata Freya, membaca sebagian dari kertas yang ada di tangannya. Dadanya sesak. Pedih Freya rasakan ketika dia melanjutkan untuk berkata, “Catatan ini adalah kunju
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
303132333435
DMCA.com Protection Status