Semua Bab Tentang Harga Diri: Bab 11 - Bab 20
1073 Bab
11.Rencana Busuk
Josephine membolak-balikkan tubuhnya di atas ranjang. Kegelisahan tak henti merundungnya. Nicko yang berada di sebelahnya pun langsung meletakkan majalah olahraga yang tengah ia baca. Khawatir akan keadaan sang Istri. "Sayang,  ada apa?" tanya Nicko tenang, tapi tak bisa menyembunyikan kekhawatiran di wajahnya.Josephine segera bangun dan duduk di samping sang suami. Menutupi wajah cantiknya dengan kedua tangan kemudian menghembuskan napas panjang. Sedih dan kesal terpancar jelas pada wajahnya. Kemudian memperhatikan wajah tampan milik sang suami. "Apa yang kau rasakan jika dikhianati oleh keluargamu sendiri?"Nicko mengernyitkan alis, memperhatikan perkataan Istrinya. Ia sungguh paham akan perasaan wanita yang dua tahun belakangan ini menjadi teman hidupnya. Selama bertahun-tahun ia tinggal dengan pengkhianat keluarganya. Tidak mendapatkan apa yang menjadi haknya."Ceritakan
Baca selengkapnya
12.Bertemu Kawan Lama
Josephine masih tak percaya dengan apa yang disarankan oleh sang Suami. Sepertinya Nicko sangat tertekan berada di lingkungan keluarganya, hingga membuat ide yang tak masuk akal. "Sayang, apa kau baik-baik saja?" tanya Josephine meletakkan telapak tangannya pada dahi Nicko. Nicko mendesah dan tertawa melihat tingkah sang istri. Diraihnya tangan lembut itu dan dikecupnya. "Apakah wajahku terlihat sedang sakit?" tanya Nicko lembut. "Bukan ... Bukan begitu sayang, tapi mmm,—""Tapi, kau takut kalau pihak Grup Richmond tak akan bersedia menemuimu?" tanya Nicko cepat dan dibalas anggukan dari Josephine."Hmm sejak kapan Josephineku menjadi seorang yang pesimis, selalu takut sebelum berperang?" tanya Nicko seperti memberikan tantangan untuk Josephine. Istrinya memang lemah lembut, tapi tak pernah membiarkan siapapun meremehkannya. Benar saja,  mendengar ucapan Nicko barusan, napas Jose
Baca selengkapnya
13.Penolakan di Richmond
"Apa yang kalian lakukan, bodoh!" maki Laura pada dua orang petugas keamanan. "Ma ... Maaf, kami telah lalai dan membiarkan gembel itu masuk ke dalam gedung Richmond," kata salah satu petugas keamanan bernama Josh Smith, yang tadi menyindir Nicko saat masuk gedung. "Huh! Sudah sana, cepat kejar jangan biarkan pria gembel itu masuk ke dalam lift!" bentak Laura. Sementara Nicko terlihat melenggang santai menuju lift. Dua petugas itu terlihat berusaha keras untuk mengejar Nicko. "Hei gembel, kau mau kemana!" teriak Josh Smith. Sementara rekannya, Noah Wilder yang bertubuh lebih ramping berhasil meraih lengan Nicko dan membuatnya berhenti."Kalian ada perlu dengan saya?" tanya Nicko. "Ya,  kau seharusnya tak boleh berada di sini?" bentak Josh. "Memangnya kenapa?""Kantor ini bukan untuk gembel, pergilah sebelum direktur baru kami datang!"Nic
Baca selengkapnya
14.Siapa Membodohi Siapa
Dengan kasar kedua petugas keamanan itu mendorong tubuh Nicko dan menendangnya agar keluar lewat pintu belakang. Nicko yang tak siap pun terjatuh karena posisi tubuh yang tak seimbang. Kedua petugas keamanan itu tertawa terbahak-bahak saat melihat tubuh Nicko terhuyung, nyaris jatuh. "Ha ha ha rasakan kau gembel busuk!"Nicko hanya tersenyum sinis,  tapi dalam hati ia berkata, "Kalian lihat saja nanti."Sepeninggal kedua pria berseragam itu, Nicko langsung mengambil ponselnya. Mencoba menghubungi Raymond. "Halo, Raymond! Bisakah kau segera menjemputku di pintu belakang?" kata Nicko melalui ponselnya. "Di pintu belakang? Tapi kenapa Tuan Muda?" tanya Raymond. "Nanti kuceritakan, cepatlah datang kemari!" perintah Nicko. "Baik Tuan Muda, aku akan segera kesana dalam hitungan detik."Raymond sungguh tak mengerti kenapa ditektur barunya masuk lewat pintu bela
Baca selengkapnya
15.Dia yang Dibalik Meja
Wanita berbusana hitam formal itu mengetuk pintu ruangan direktur yang sedikit terbuka. Raymond Evans tampak berdiri di dekat meja direktur. Sementara kepala divisi keamanan di sana bersama dua orang staf yang tadi membantunya mengusir gembel. Perempuan bertubuh biola itu pun melangkah masuk saat wakil direktur mempersilakannya. Laura mencoba mencuri-curi pandang, mencari dimana direktur barunya.Kursi di balik meja direktur tak terlihat sebagaimana mestinya. Tak menghadap ke arah stafnya yang bekerja, melainkan ke arah dinding di belakangnya. Laura menduga, direktur baru itu sudah duduk di sana, dan ingin memberikan kejutan.Laura Dean menduga kalau panggilan untuknya kali ini dikarenakan ia akan memperoleh penghargaan atas dedikasinya pada Richmond.  Atau mungkin sang direktur baru ingin berbicara khusus dengannya. "Awal yang baik," kata Laura dalam hati. Seketika moodnya berubah saat ia menyadari kalau bukan hanya
Baca selengkapnya
16.Sebuah Kejutan
Laura Dean menutup mulutnya seketika dan mengambil napas panjang. Mencoba menguasai keadaan saat ini.Pandangannya kini beralih pada petugas keamanan yang sama terkejut dengannya. Mereka bedua tampak saling sikut dan berbisik,  entah apa yang mereka bicarakan. Kini, wanita berpakaian formal itu kembali melirik atasannya, bergantian dengan pria yang berada di balik meja direktur. Pria itu tampak duduk bersandar dengan salah satu kaki diletakkan di atas meja. Terlihat sungguh angkuh, sikap yang sangat berbeda dengan apa yang ditujukan saat berada di lobby tadi."Kau ingin mengatakan sesuatu Nona Dean?" tanya Nicko sambil mengangkat wajahnya, seolah ingin menantang Laura. Laura bergeming sesaat kemudian menutup mulutnya dengan telapak tangan. Tampak berusaha keras untuk tidak tertawa, tapi gagal. Kemudian ia memandang ke arah Raymond Evans dan bertanya pada atasannya. "Tuan Evans, maaf jika saya boleh tahu, apakah
Baca selengkapnya
17.Josephine Yang Cerdik
Senyum kemenangan terukir pada wajah Howard saat dirinya memasuki ruang kerja Ibunya. Dalam benaknya, Howard ingin Ibunya segera tahu apa yang baru dilakukan oleh Josephine, keponakannya yang bodoh. "Hal penting apa yang membawamu kemari Howard?" tanya Nenek sambil menurunkan sedikit kacamatanya. "Aku hanya ingin menyampaikan kabar gembira padamu, Bu.""Tak ada hal yang menggembirakan selain investasi sebesar dua milyar dolar pada perusahaan Windsor," jawab wanita tua ini acuh. Ia memang sedang pusing dihadapkan dengan masalah perusahaan yang berangsur-angsur merugi. Jika tak segera mendapatkan investor, perusahaan Windsor terancam segera gulung tikar dan membuatnya hidup miskin. Wanita yang sudah terbiasa dipenuhi kemewahan ini tentu saja tak mau jika jatuh miskin. Apalagi bagi kedua anaknya, tak satupun dari mereka yang bisa bertahan dengan barang atau makanan murah. Terlebih Edmund yang malas. 
Baca selengkapnya
18.Penjelasan Raymond
Laura berdiri sambil berkacak pinggang. Ia semakin muak dengan apa yang diutarakan oleh Nicko. Dalam hati ingin sekali ia menjejali mulut Nicko dengan ujung sepatunya. "Tuan Evans, apa Anda bisa menjelaskan kepada mereka, terutama untuk Nona Dean yang terhormat," kata Nicko yang sengaja menekankan kata terhormat untuk menyindir Laura. "Baik Tuan Muda," jawab Raymond.Laura Dean mengernyitkan dahi,  membuat wajahnya terlihat aneh akibat perawatan bedah estetika yang dilakukan olehnya. Ia mencoba mencerna kenapa atasannya menyebut Nicko adalah Tuan Muda. Namun ia memilih diam dan menghormati Tuan Evans yang tengah bicara memberikan penjelasan. "Begini, seperti yang kalian semua ketahui, kalau Richmond Group telah beralih kepemilikan menjadi milik keluarga Lloyd," kata Raymond mengawali. "Ya, kami tahu itu," kata Laura mewakili semua staf yang ada di ruangan itu. "Kalian juga
Baca selengkapnya
19.Serangan Balik
Entah bagaimana menggambarkan ekspresi wajah Richard Nelson. Kelopak matanya menyipit dan menggigit bibir lantaran menahan emosi. Sebagai seorang pimpinan ia merasa malu karena gagal mendidik anak buahnya. "Maafkan saya, Tuan Muda," katanya merasa segan pada direkturnya yang baru. "Ini bukan salahmu karena tak mengetahuinya. Aku yakin kau tengah melakukan suatu hal saat kejadian memalukan itu berlangsung," jawab Nicko dengan bijaksana. Memang saat kejadian yang tak semestinya itu berlangsung, Richard Nelson tengah menemui tamu dari pihak kepolisian. Membahas tentang kerjasama dengan polisi mengenai pelatihan ketangkasan penggunaan senjata pada beberapa petugas keamanan yang terpilih. "Ya, Tuan Muda. Namun kegagalan anggota saya, adalah kegagalan pada saya. Untuk itu saya akan memberikan hukuman atas tindakan indisipliner mereka," kata Richard. "Kerjakan!" kata Nicko. Richard Nelson pun mu
Baca selengkapnya
20. Jangan Coba Merayuku
Tiga anggota keluarga Windsor saling pandang. Tingkah Adrian dinilai bodoh oleh mereka. Sepertinya cinta telah membutakan kedua matanya. Segera Elizabeth memerintahkan cucu kesayangannya menyusul putra mahkota keluarga Law. Bagi wanita yang selalu mencepol rambutnya ini, Tuan Muda Law adalah aset yang harus dipertahankan. Karena ada nilai milyaran dollar di sana. "Cepat kau susul Adrian, jangan sampai kita kehilangan dia!" perintahnya. "Untuk apa Nek, bukankah dia akan menemui Josephine," Damian mencoba untuk memprotes. "Bodoh sekali kau! Josephine baru meninggalkan ruangan beberapa menit yang lalu, belum tentu si pirang bodoh itu menemui Adrian. Apa kau tak ingat dengan penolakan dan sifatnya yang keras kepala?"Tanpa menunggu lagi, pria muda ini meraih ponselnya di meja dan berlari meninggalkan ruangan. Ia sudah tahu kemana arah pembicaraan dari neneknya. Usianya yang beberapa bulan lebih mud
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
108
DMCA.com Protection Status