Semua Bab Tentang Harga Diri: Bab 41 - Bab 50
1073 Bab
41. Kerja si Jubah Hitam
Tanpa sengaja Josephine menabrak seorang pria di koridor karyawan. Pria itu mengenakan celana panjang hitam dan kaos polo abu-abu, sambil menenteng tas ransel di punggungnya, seperti hendak pulang kerja."Chef Kendrick?" tegur Jo menatap pria di hadapannya."Nona Windsor, saya mohon maaf atas kesalahan yang saya perbuat semasa bergabung dengan perusahaan ini," katanya sambil membungkukkan badan.Perempuan berias tipis itu terhenyak dengan pernyataan juru masaknya. Mempertanyakan apa yang dimaksud dari permintaan maafnya."Maksud Anda bagaimana Chef? Tunggu, apa itu artinya Anda tidak lagi bekerja di sini?"Chef bertubuh kekar itu mengangguk, dan membenarkan ucapan dari manager keuangan di hotel."Tapi kenapa?" tanya Jo.Tentu saja pernyataan pamit dari Chef Kendrick benar-benar mengejutkan untuknya. Selama ini juru masaknya dikenal sangat tekun dan hebat. Beliau tidak hanya piawai dalam menyaj
Baca selengkapnya
42. Konspirasi
Kehadiran Nicko bersama orang-orang berjubah hitam itu sungguh mengejutkan Tuan Will. Membuat pria tua ini seperti kehilangan arah, mempertanyakan siapa sebenarnya anak muda di hadapannya. Kenapa bisa memiliki pengawal?Sekilas ia melirik Tuan Evans dan mulai ingat sesuatu."Ah mungkin dia salah satu pengawal Tuan Evans yang menyamar, itulah kenapa ia datang bersama para pria berpakaian hitam-hitam," pikirnya.Tak ingin mengecewakan tamunya, Tuan Will pun mempersilakan para pengawal itu duduk.Menganggap kehadiran mereka adalah permintaan Tuan Evans."Mohon maaf untuk kekacauan yang terjadi, istriku sudah setuju dengan harga empat puluh miliar," katanya kemudian melirik Mandy dengan mata melotot garang.Mandy hanya tersenyum simpul penuh misteri, tapi tak diperhatikan oleh suaminya yang gemuk. Sementara Nicko menaikkan satu alisnya sebagai kode pada wakil direktur Richmond."Sebenarnya, saya tak mas
Baca selengkapnya
43. Rayuan Simon
Pria botak itu berdiri dan memutar tubuhnya sambil memegang kepalanya yang licin. Ia tak percaya dengan apa yang barusan didengar."Mandy, apa kau sedang mabuk?" tanya Simon."Huh, kalau aku mabuk tak mungkin berada di sini. Oh ya satu hal lagi, Simon," Mandy mengingatkan kemudian diam sebentar dan menunggu reaksi suaminya yang menyebalkan.Bagaimana mungkin pria yang pakaianya buruk adalah Tuan Muda Lloyd. Namun melihat sikap dari Raymond Evans dan kelompok jubah hitam padanya menunjukkan kalau kenyataan itu benar adanya."Aku sudah mendaftarkan perceraian kita secara daring," tambah Mandy.Pria sombong itu menggaruk kepalanya, tak mengira akan reaksi sang istri yang meminta perceraian. Tentu saja ia memikirkan bagaiamana melunasi hutang 28 miliar."Kau masih ingat dengan perjanjian pra nikah kita kan? Jika kita bercerai, maka semua harta akan jatuh ke tangan anak kita?" Dengan nada yang mengejek, wanita
Baca selengkapnya
44. Karma Deborah
"Kau ... Kau lupa padaku? Bukankah kau janji akan meninggalkan istri dan anakmu setelah menjual hotel ini dan kita hidup bahagia bersama?" Deborah mengingatkannya."Hmm jadi benar kau perempuan selingkuhan Simon?" tanya Mandy.Perempuan genit itu berdiri berkacak pinggang. Rambut dan wajahnya berantakan membuatnya tampak aneh dengan posisi seperti itu."Hei perempuan tua, dengar ya! Pria ini begitu mencintaiku, buktinya dia rela meninggalkan Istri dan anaknya untuk bisa bersamaku. Kau tahu, dia selalu beralasan dinas di luar kota, padahal berlibur denganku. Ia pun hanya pulang ke rumahnya satu atau dua hari dalam sepekan."Ucapan Deborah benar-benar membuat Mandy geram. Wanita itu mencengkeram roknya kuat-kuat, mencoba menahan marah."Begitukah?" tanya Mandy yang ingin tahu lebih banyak tentang hubungan gelap sang suami."Tentu saja, apa kau tahu apa yang dikatakan oleh Simon tentang istrinya. Ia bilang is
Baca selengkapnya
46. Hadiah dari Mandy
Mandy Thompson mencegat Nicko bersama pengawalnya, begitu pemuda ini keluar dari ruangan."Tuan Muda Lloyd," panggilnya."Ada yang bisa kubantu Nyonya?" tanya Nicko ramah."Saya hanya ingin berterima kasih atas apa yang telah Anda berikan pada saya."Pemuda bertubuh proporsional itu hanya tersenyum dan mengangguk.Apa yang dilakukannya untuk Mandy hanyalah suatu kebetulan. Niat awalnya adalah ia ingin memberikan hadiah untuk Istrinya.Wanita paruh baya itu pun mengeluarkan kartu nama dari dalam tas nya. Kemudian ia menyerahkan kartu nama untuk Nicko."Ini adalah alamat tokoku, Anda bisa datang kemari kapan saja, akan saya siapkan hadiah untuk Anda," tawarnya."Tak perlu Repot-repot Nyonya.""Tidak Tuan, sama sekali tak merepotkan. Tolonglah terima pemberianku yang tak seberapa ini," tambah Mandy."Hmm baiklah Nyonya, nanti akan kubicarakan dengan Istriku.
Baca selengkapnya
47. Kedatangan Tuan Evans
Ekspresi wajah yang tak bersahabat menyambut Nicko begitu tiba di rumah mertuanya. Wanita yang selalu merias wajahnya berlebihan itu telah menunggunya di depan pintu."Lama sekali. Dari mana saja kau?" tanya Daisy geram."Maaf Bu, aku harus mengerjakan sesuatu," kata menantu yang selalu diremehkan itu, tapi Ibu mertuanya hanya mendengkus dan mencibirnya."Sudah, cepat ganti pakaianmu dengan yang pantas. Kita akan menghadiri makan malam dengan pejabat Richmond di hotel. Jangan buat malu kami!" perintah Daisy.Pemuda ini pun mengangguk patuh dan masuk ke dalam. Segera membersihkan diri dengan cepat dan berganti pakaian. Celana chinos, kemeja putih dan juga jas warna khaki yang sudah sering dipakainya di tiap acara formal. Jas yang diberikan oleh Damian karena sepupu istrinya itu sudah bosan."Ayo, kita betangkat Bu!" ajaknya kemudian. Wanita berambut pirang ini memperhatikan menantunya, dan merasa tak suka.
Baca selengkapnya
48. Hadiah Untuk Armando
Josephine pun menyadari keheranan pada Paman dan sepupunya pun ingin tertawa. Namun ia tetap menghormati keluarganya dan memperkenalkan mereka pada Tuan Evans. Tanpa mengetahui maksud dari sikap yang ditunjukkan oleh wakil direktur Richmond."Perkenalkan, ini adalah Nenekku, Elizabeth Windsor, beliau menjabat sebagai penasihat perusahaan Windsor," katanya kemudian memperkenalkan satu-persatu termasuk suaminya."Ini suamiku Nicholas," katanya menunjuk pada pria yang ada di sampingnya."Hei Jo, apa kau tak malu memperkenalkan pecundang itu pada Tuan Evans?" balas Catherine mempertegas posisi Nicko di keluarga mereka. "Sst, sudahlah tak perlu kau perjelas posisinya, Istriku!" tambah Armando, kemudian pria berambut hitam itu pun menatap ke arah Tuan Evans dan menyapanya ramah."Apa kabar Tuan Evans, saya senang sekali melihat kehadiran Anda di tengah keluarga kami," kata Armando berusaha bersikap ramah, tapi sebetulnya ia hanya b
Baca selengkapnya
49. Keinginan Sang Direktur
Armando tak berkata apa-apa semenjak kembali dari menjawab telepon. Pria angkuh itu lebih banyak diam mendengarkan percakapan keluarga Windsor dengan Tuan Evans.Tak seorangpun peduli dengan perubahan sikap menantu kesayangan Edmun kali ini kecuali Catherine yang mempertanyakan kenapa. Juga senyum satir yang diberikan oleh Nicko karena tahu apa yang membuatnya berubah."Tunggu giliran kalian, Windsor!" batin Nicko sambil menggenggam garpu kuat-kuat."Saya cukup senang melihat hotel kalian," kata Raymond Evans membuka percakapan setelah melihat drama yang barusan terjadi di hadapannya."Terima kasih Tuan Evans. Ini semua telah diupayakan oleh mendiang suamiku sejak lama. Kami sebagai anggota keluarga ingin sekali merawat apa yang telah ditinggalkan oleh beliau," kata Nenek."Anda benar sekali Nyonya. Saya banyak mendengar tentang kinerja Tuan Gilbert Windsor. Semoga beliau tenang di sana dan tersenyum melihat perkembang
Baca selengkapnya
50. Kau Masih Menginginkannya?
Lobby hotel Windsor tampak ramai, tapi bukan karena ada tamu yang hendak cek in di hotel. Ada dua orang yang tengah marah-marah di depan meja resepsionis.Pertama adalah Tuan Watanabe yang mengeluhkan menu sushi dan sashimi yang tidak segar. Pria Jepang ini merasa sangat malu karena saat itu beliau tengah mengundang koleganya, dan saat ini menantikan pertanggung jawaban.Satu lagi adalah Tuan Reynold Henry yang tiba-tiba tidak bisa menggunakan ruangan Opal untuk pertemuan mereka. Keluarga Henry nampak tak terima dengan alasan yang diberikan oleh resepsionis tentang pemeliharaan ruangan.Sebenarnya bagi tamu hotel ini tak masalah jika memang ada pemeliharaan. Namun seharuanya pihak hotel menyediakan alternatif lain untuk mengganti ruangannya. Bukan membatalkan dan mengembalikan DP secara tiba-tiba."Saya ingin bertemu dengan General Manager hotel ini!" seru Tuan Henry sambil menggebrak meja resepsionis, membuat petugas yang berjaga
Baca selengkapnya
51. Tak Ingin Lagi
Damian tak bisa berkata apa-apa saat dua orang tamu mencoba menghadangnya."Hei, aku ingin bicara dengan General Manager sekarang!" seru Tuan Henry diikuti oleh anggukan Tuan Watanabe di sebelahnya.Dengan tenang Damian menjawab kalau dialah General Manager dari hotel Windsor."Ada yang bisa saya bantu Tuan-Tuan?" tanya Damian. Wajah dua pria di hadapannya tampak tak bersahabat. Membuat nyali Damian menciut secsra perlahan."Hei, kau ini bagaimana, aku sudah memesan ruangan ini padamu kan?" tanya Tuan Henry dengan wajah yang memerah.Andai saja ini film kartun, pria berwajah oval di depannya pasti sudah mengeluarkan asap dari telinga. Sementara pria bermata sipit di sampingnya hanya diam namun bahunya naik turun karena napas yang memburu."Tuan ... Tuan ada apa?" tanya Damian mencoba untuk menguasai keadaan.Cih! Pria berambut pirang di hadapannya membuang muka kemudian bicara dengan san
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
108
DMCA.com Protection Status