All Chapters of The Lord of The Criminal: Chapter 11 - Chapter 20
141 Chapters
The Blue Sky Eyes Act 4
 “Bisa-bisanya ketiduran tanpa mengerjakan tugas! Kalian mengira kasta kalian sedikit lebih tinggi dari kami karena menjadi anak angkat keluarga ini!?” seru seorang wanita tua berpakaian pelayan tajam. Menatap Lucy dan Lucian yang sedang menaiki tangga untuk membersihkan tempat lilin di sepanjang koridor rumah.“Hei, Underclass! Pokoknya, pagi ini 550 tempat lilin harus sudah digosok!” Satu orang pelayan lain menambahkan dengan nada mencemoohnya yang terdengar menjengkelkan bagi Lucian.“kami mau tidur dulu!” ujar si Wanita tua tersenyum meremehkan pada Lucy yang memasang wajah memelas. Dua pelayan ini kemudian pergi meninggalkan mereka berdua yang sedang berkutat dengan tempat lilin.“Kalian tidur saja yang nyenyak, sana!” Suara seorang anak laki-laki terdengar dari gelapnya kegelapan lorong karena hampir semua lilin yang terpasang di setiap sisi tembok telah dimatikan apinya.Pelayan wanita tua yang terkejut lantas mengarahkan
Read more
The 1st Rank Cursed Act 1
Lumiere menatap bingung salah satu bangku yang biasanya diduduki oleh salah satu mahasiswa terpintar kini telah kosong. Padahal, mahasiswa tersebut tak pernah absen untuk mengikuti jadwal kelas profesor muda ini. Tentu saja hal ini mengundang pertanyaan di benak Lumiere.“Tumben sekali Darius tidak hadir,” ujar Lumiere menyebutkan nama mahasiswa tersebut, “Apakah dia sakit?”“Profesor,” panggil Vincent yang kembali mengikuti kelas Lumiere, “Aku mendapatkan kabar kalau semalam Darius kembali ke rumahnya sebentar karena ayahnya meninggal dunia.”“Maksudmu Baron Ellard?” Mahasiswa yang duduk bersebelahan dengan Vincent melontarkan pertanyaan, “Bukankah beliau sedang berada di Swiss untuk urusan bisnis?”Alis Lumiere terangkat sebelah, namun tidak sedikit pun ia bersuara untuk bergabung ke dalam obrolan tersebut.“Eh? Jadi maksudmu, Darius berbohong?” tanya Vincent.“Lalu, apa tujuan Darius terhadap kepergiannya semalam? Bukankah kelas
Read more
The 1st Rank Cursed Act 2
Kaki ramping Lumiere yang terbalut celana bahan berwarna hitam melangkah dengan anggun menyusuri deretan rak buku perpustakaan Universitas Durham. Mata biru langitnya menerawang setiap deretan judul buku. Lumiere membutuh waktu yang cukup lama untuk menemukan buku yang ia cari. Bukan tanpa alasan Lumiere mencarinya sendiri karena petugas perpustakaan sedang tidak ada di tempat. Alhasil, mau tidak mau Lumiere harus mencarinya sendiri. Buku tebal bersampul coklat. Terlihat usang di mata Lumiere namun, isinya sangat membantu proses investigasinya.Dari penjelasan Vincent saat istirahat tadi, ada lima dosen yang menjadi penyokong Anne Rovein untuk menjaga tempatnya agar tidak dilengserkan oleh siapa pun. Namun, hanya satu dosen saja yang berani melakukan pembunuhan ini. Bisa dapat Lumiere simpulkan bahwa, keempat dosen lainnya hanya melakukan manipulasi nilai terhadap Anne Rovein.Buku usang itu kemudian dibuka. Sang Profesor muda ini mulai membaca satu persatu kalimat dal
Read more
The 1st Rank Cursed Act 3
Semilir angin menghantarkan beberapa helai daun yang telah menguning, musim gugur telah tiba di London. Langit London pun yang semula gelap dengan perlahan memunculkan warnanya ketika sang Fajar dengan malu-malu keluar dari persembunyiannya. Pukul setengah lima pagi, angin pagi hari yang berembus dingin, menusuk sampai ke tulang bagi siapa pun yang beraktivitas di luar pada jam ini. Namun, seorang pemuda bertubuh mungil tampaknya tidak merasa kedinginan oleh sang Angin. Pemuda itu duduk di atas balkon lantai tiga yang membuatnya bisa melihat Kota London dengan leluasa. Di tangannya terdapat sebuah secarik kertas, bertuliskan bahwa sudah waktunya dia kembali beraksi. Wajahnya tanpa ekspresi pada saat membaca isi dari telegram tersebut. Walaupun begitu, matanya memancarkan binar kegembiraan yang tidak bisa ia pendam. “Tuan Archenar juga pasti mendapatkan ini, bukan?” Di sisi lain Kota London. Di sebuah penginapan yang seluruh sudut ruangannya masih gela
Read more
The 1st Rank Cursed Act 4
Lumiere menatap bingung pada Anne yang berdiri di hadapannya dengan senyuman manis yang mengembang. Bel bertanda kelas akan kembali dilaksanakan sudah sepuluh menit yang lalu berdering. Namun, sampai sekarang muridnya ini belum mengatakan sepatah kata pun tentang tujuannya menemui Lumiere.“Nona Rovein... jika tidak ada yang ingin dikatakan, bergegaslah bergabung dengan kelas Anda selanjutnya,” perintah Lumiere mulai merasa jengkel melihat tingkah murid Peringkat Pertama ini yang cukup membuang waktunya.“Profesor ...” Akhirnya Anne bersuara, memanggil Lumiere yang menaikkan sebelah alisnya sebagai respons. Memang terlihat tidak mencerminkan seorang pengajar atau pun wanita bangsawan. Tapi, ini adalah cara Lumiere menunjukkan emosinya kepada orang yang membuatnya jengkel, “... Profesor tahu apa yang Anda lakukan kemarin?”“Kemarin? Tentu saja saya tahu. Saya melakukan ujian mendadak yang selalu Saya lakukan di setiap kel
Read more
The 1st Rank Cursed Act 5
The 1st Rank Cursed Act 5 Dor!Suara letusan senjata api terdengar nyaring karena sunyinya keadaan di sekitar mereka. Air wajah Albert menunjukkan emosi yang campur aduk. Dadanya naik turun, hembus nafas terlihat memburu hanya karena menembakkan satu peluru ke arah gadis cantik bersurai coklat madu.Mata hijau milik Albert kembali membulat begitu menyadari peluru yang ia tembakkan berakhir sia-sia. Lumiere berhasil menghindari peluru tersebut cukup gesit. Seakan-akan ia sudah memprediksi serangan tersebut.“Wah... wah ...” ujar Lumiere kembali menegakkan tubuhnya setelah membungkuk bak pemain film aksi hanya untuk menghindari tembakan, “Agresif juga ya? Sepertinya Vincent harus berterima kasih pada dosen favoritnya ini.”Tanpa bicara lagi, Albert kembali menembakkan pelurunya pada Lumiere. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali hingga hal tersebut cukup membuat putri sulung Kelu
Read more
Detective Consultant, Peter Compbell Spade
“Peter ...”“Kau sudah memanggilku beberapa kali sih, Sebastian!”Sebastian hanya tersenyum canggung dengan tangan kanan menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Dirinya hanya ingin kembali memastikan bahwa keputusan Peter untuk pergi Durham.“Kau benar-benar akan pergi ke Durham?” tanya Sebastian mengambil duduk di depan Peter yang mendengus kesal.“Memangnya aku naik kereta ini untuk tidak pergi ke Durham!? Terkadang kau terlalu berhati-hati pada apa pun.” Jawab Peter menatap kesal Sebastian yang merengut.“Tidak ada salahnya kan untuk selalu berhati-hati?” desis Sebastian.Peter hanya terdiam. Tak berniat menjawab sedikit pun ucapan temannya tersebut. Si Rambut kelabu ini kembali memandangi pemandangannya di balik jendela, mengabaikan sang Teman yang sibuk memperhatikannya.Perjalanan terbilang masih panjang lantaran kereta uap yang mereka tumpangi belum sepenuhnya ber
Read more
The Mask Rabbit Murderers Act 1
“Bagaimana dengan kencan sore harimu dengan Lady Wysteria, Peter Compbell?” tanya Sebastian saat Peter muncul dari balik pintu kamar penginapan.“Kencan apanya. Aku hanya minum teh dengannya sambil membicarakan kasus penemuan mayat di Universitas,” jawab Peter yang membuat Sebastian tertawa garing.“Seperti yang diduga dari seorang Peter Compbell Spade,” ledek Sebastian yang membuat Peter mendelik kesal padanya, “Oh? Mayat? Apakah itu berhubungan dengan tewasnya salah satu dosen dan satu murid bangsawan itu,ya?”Peter mengangguk kemudian lekas merebahkan tubuhnya ke kasur setelah menggantung long coat yang ia gunakan, “Iya... Lady Rovein terbukti mendapatkan dukungan dari para dosen bangsawan yang membuatnya terus berada di Peringkat Pertama. Dan ketika ada mahasiswa atau pun mahasiswi yang berusaha untuk menduduki Peringkat Pertama, mereka pasti akan disingkirkan bagaimana pun cara
Read more
The Mask Rabbit Murderers Act 2
Angin malam berembus cukup kencang menerjang apa pun yang masih berada di luar. Mengantarkan hawa dingin yang menusuk kulit hingga menembus tulang. Namun anehnya, aktivitas di Kota Durham masih tetap berjalan bagaikan di siang hari walaupun angin yang dingin itu berembus cukup kencang.Deretan pub yang berada di jalanan utama kota kecil ini mulai terisi penuh oleh para manusia yang ingin menikmati kesenangan dunia sekaligus mengistirahatkan pikirannya sejenak setelah lelah bekerja di siang hari.Termasuk Peter yang saat ini sedang duduk di salah satu kursi pub dengan segelas minuman beralkohol di hadapannya. Seorang diri, tanpa ditemani oleh Sebastian yang entah sedang pergi ke mana.“Fuhah!” desis Peter saat menghabiskan minuman beralkohol yang ia pesan dalam sekali teguk. Gelas besar itu kini telah tandas isinya.“Bangsawan kriminal saat ini sedang melakukan apa, ya? Mengintai musuh? Ah! Apa yang sedang kupikirkan!? Kenapa pikiranku ka
Read more
The Mask Rabbit Murderers Act 3
The Mask Rabbit Murderers Act 3.Peter bergeming, matanya terus terpaku pada sesosok mayat remaja perempuan yang terbungkus oleh kain cokelat lusuh. Hiruk pikuk keramaian yang mengerumuni mayat tersebut tampaknya tidak mengganggu konsentrasi pria berparas tampan tersebut. Dia sibuk mengunci mulutnya sendiri, meneliti setiap inci tubuh yang tertutupi oleh kain cokelat seakan-akan sedang memindai bekas-bekas luka.Tidak ada yang berani membuka suara dan mengajak pria itu berbicara. Bahkan Sebastian yang sedari tadi memiliki banyak hipotesis tentang mayat tersebut, enggan mengutarakannya. Takut konsentrasi teman satu kamarnya tersebut terganggu.“Sebastian, apa yang kau pikirkan tentang mayat ini,” Peter membuka suara untuk pertama kalinya setelah belasan menit terdiam dan hanya menganalisis.Sebastian terkesiap sejenak, merasa terkejut dengan Peter yang tiba-tiba saja bersuara. Pria berhidung mancung itu kemudia
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status