All Chapters of Bos Playboy Itu Suamiku : Chapter 71 - Chapter 80
104 Chapters
Bukan Pria Baik
Dua manusia paruh baya yang tak lain adalah ayah dan ibu kandung pemuda tersebut terkesiap mendapat pengusiran yang sangat menyakitkan dari putranya. Merasa tidak dihargai, si pria paruh baya yang bernama Jonathan Jeremiah pun menghardik sang putra. "Bersikaplah sopan pada kami! Bagaimana pun juga, kami adalah orang tua kandungmu. Kamilah yang akan berusaha mengeluarkanmu dari balik jeruji besi ini! Membebaskanmu dari segala tindakan amoralmu!" lantang Jonathan. Nick tersenyum getir. "Ada di mana kalian saat aku benar-benar membutuhkan bantuan kalian? Kenapa sekarang tiba-tiba menawarkan bantuan untuk mengeluarkan aku dari sini? Apakah rembulan terbit di siang hari?" sindir Nick menyudutkan. Jonathan dan Vanessa saling melirik satu sama lain. Kali ini pertanyaan itu begitu sulit untuk langsung dijawab begitu saja. Butuh pemikiran dalam agar pemuda tersebut bisa mengerti. Jujur, kata-kata Nick sangat meluka
Read more
Apa yang kau lakukan?
George tersenyum hangat. Belum menanggapi pertanyaan yang diajukan sang menantu. Ia beranjak dari sofa dan berjalan mendekati nakas, di mana di sana tergeletak ponsel pintarnya dan ia menunjukkan sebuah foto pada Bryan. "Sekarang kau lihat siapa pria di dalam potret itu!" titah George pada Bryan. Bryan menggaruk patuh dan melakukan apa yang diminta mertuanya. Ponsel itu telah berpindah tangan. Pemuda itu menatapnya dengan teliti. Wajahnya tak asing. Yang membedakan orang ini adalah penampilannya. Terkesan… urakan dan berantakan! "Wajahnya tidak asing! Tapi aku benar-benar tidak bisa mengenalinya, Papa!" jawab Bryan kikuk. George tergelak. Sampai-sampai ia memegangi perutnya karena ulahnya sendiri. Ia tertawa terbahak-bahak. Seperti mendengar lelucon yang amat menggelitik gendang telinganya. Puas tertawa, ia segera membungkam mulutnya. Takut membangunkan sang putri. Padahal sudah lebih dari lima meni
Read more
Jangan Pergi Jauh-Jauh!
Bryan tersenyum penuh misteri di atas tubuh perempuan yang telah ia baringkan di tempat tidur. Ia tidak menindih perempuan yang terlihat seperti kelinci kecil di matanya, melainkan ada sebuah kesenangan tersendiri untuk menggodanya. "Hei, apa yang mau kau lakukan?" tanya Kimberly sekali lagi dengan pertanyaan yang sama. "Melakukan apa? Melakukan hal yang sewajarnya suami istri lakukan, dong! Apa lagi? Salah? Bukankah kita sudah sah di mata hukum agama dan negara? Hem?" balas Bryan dengan alasan logis. 'Oh my goodness! Aku melupakan itu!' "Eh, eh, eh, maksudku, aku.. Aku belum siap…" jawab Kimberly terbata-bata. "Apanya yang belum siap?" tanya Bryan mengundang makna ambigu. "Tubuhku yang belum siap! Oke, pernikahan kita memang bukan untuk main-main. Bukan setahun, dua tahun atau berapa pun. Kata Papa, hanya mautlah yang memisahkan kita. Kau berhasil mengantongi restu dari Papaku. Tapi, b
Read more
Apakah Boleh?
Di dalam kamar seorang pria paruh baya yang masih tetap rupawan pada usianya ke lima puluh, itu pertanda sudah tujuh tahun lebih sang istri meninggalkannya untuk selama-lamanya di sisi Tuhan, ia termenung memandangi sebuah potret lama dalam ponselnya. Sambil mengulas senyum tipis, pria itu meraba layar sentuh benda pipih pintarnya. Seolah dapat membelai sosok di dalam potret lama tersebut, George tersenyum hangat. "Betsy, anak kita sudah besar. Dia sudah menikah dengan seseorang yang tak jauh beda denganku dulu. Bukankah kau pernah berkata semua orang punya masa lalu mereka sendiri, bukan? Mari kita beri kesempatan pada pemuda itu untuk mendapatkan hati anak kita!" ucapnya senang dengan wajah berbinar-binar. George meneguk cairan dengan aroma teh yang begitu kuat menyeruak ke indera penciumannya lalu berdesis," Teh ini tidak semanis teh buatanmu! Hah…"TakkPria itu meletakkan cangkir tersebut pada cawan kecil yang tadi dij
Read more
Shannon
Kimberly tergagap dan merentangkan kedua tangannya guna menutupi rasa aneh yang tiba-tiba berkecamuk dalam hatinya. GrebbDapat Kimberly rasakan bagaimana Bryan menyandarkan kepala di bahunya. Berat dan bertenaga. Padahal hanya meletakkan saja sudah seberat ini, apa lagi jika pria itu bergerak dan berulah. Tak dapat dibayangkan bagaimana ia akan merasa kesulitan lebih dari ini. Refleks, tanpa disadari keduanya, tubuh mereka merosot di rerumputan. Entah karena Kimberly tak dapat menopang beban dari Bryan atau apa, keduanya kini terduduk di atas rumput dengan posisi berpelukan. Perempuan cantik itu mengelus punggung tegap dan bidang sang suami. Menyalurkan kekuatan. Tapi kekuatan untuk apa? Kimberly pun tak tahu jawabannya, yang pasti ia merasa harus melakukan itu. Mungkin panggilan hati seorang istri. "Bryan!" panggil Kimberly. Bryan belum menjawabnya. Pria itu masih terdiam dengan mengingat banyak kenangan di da
Read more
Hitam?
Lima belas menit sudah mereka berkendara, tibalah keduanya di tempat yang dimaksud oleh Bryan. Pria itu menghentikan kendaraan mewahnya di tepi jalan. Jalan siang itu terlihat lengang, tak banyak aktivitas pengemudi yang meramaikan jalanan kota. Mungkin dikarenakan cuaca sedang tak mendukung, terlihat tak jauh dari keduanya saat ini tampaklah awan hitam berarak yang siap mengguyur bumi. "Kenapa kita berhenti di sini, Sa-sayang?" tanya Kimberly yang sedikit keseleo lidah saat berusaha melafalkan penyebutan kata keramat tersebut pada sang suami. Bryan menoleh sekilas lalu membuka pintu mobil bagian samping untuknya. Pria itu berjalan setengah memutar dan membukakan pintu untuk sang istri. Dengan penuh kelembutan, Bryan melepaskan ikatan seat belt yang mengikat kebebasan sang istri dalam berkendara beberapa saat lalu, kemudian pria itu mengulurkan tangan pada Kimberly. Perempuan cantik itu keluar dengan perlahan-lahan dar
Read more
Habislah Kau!
Kimberly tersadar mengenai warna yang baru saja terucap dari bibir seksi seorang Bryan. Tentu saja itu adalah… Warna.. Astaga! Kimberly segera bangun dari posisinya dan memperbaiki gaun yang ia kenakan. Ternyata benar, roknya sedikit tersingkap dan menunjukkan sebuah harta karun di dalam sana. Melihat cara Bryan mengucapkan hal itu ditambah seringai aneh di wajahnya tentu saja pria itu telah melihat secara jelas. "Hei, pria mesum! Apa lagi yang kau lihat? Tidak bisakah kau berpikir mengenai hal yang lebih positif?" "Ada!" "Apa? Coba katakan, aku ingin sekali mendengarnya! Aku sangat penasaran!" "Membuat anak denganmu!" jawab Bryan sembari mengedipkan sebelah matanya. Ia memang senang sekali menggoda Kimberly. "Ka-kau!!" "Loh, itu adalah hal positif. Lalu, salahku di mana?" tanya balik Bryan. "Ah sudahlah, berdebat denganmu memang menghabiskan tenaga dan pikiran
Read more
Meminta Ijin
Sudah lebih dari seminggu kebersamaan Kimberly dan Bryan tercipta dengan sendirinya. Sejak kejadian di Bege Resort, keduanya tak segan memperlihatkan intensitas mereka dalam segala hal. Gerald dan George sudah bisa bernapas lebih lega karena putra-putri mereka sudah bisa saling menerima. Lebih tepatnya, Kimberly yang sudah mulai bisa menerima keberadaan sang suami di sampingnya. Pagi ini, usai masa honeymoon yang hanya dihabiskan di resort dan beres-beres apartemen baru sepasang pengantin tersebut, kini keduanya melakukan rutinitas harian. Kimberly mulai kuliah seperti biasa dan fokus pada kampusnya, sementara itu Bryan mulai aktif bekerja kembali. Hari ini, setiap paginya mulai keduanya resmi menjadi suami istri, Bryan mengantar jemput kuliah Kimberly. CiiiiiiitttSuara ban berdecit. Mobil yang mereka tumpangi telah berada di depan pintu gerbang kampus. Bryan membuka pintu mobil lebih dulu dan berjalan memutar
Read more
Jeff
Kimberly menunggu jawaban dari sang suami. Tak perlu membuang waktu, Bryan berdehem di ujung sana. "Baiklah, kau boleh pergi bersama teman-temanmu. Asal dengan satu syarat!" sahut Bryan dengan sebuah persyaratan. Kimberly mengingat beberapa saat lalu, ia juga memberikan syarat pada kedua sahabatnya. Kini ia mendapat perlakuan yang sama dari suaminya. Apakah ini karma? Senyum getir tampak di wajahnya. Hal itu hanya berlangsung selama beberapa detik saja. "Asal kau makan dengan baik dan segera hubungi aku kalau kau sudah selesai. Mengerti?" Senyum Kimberly mengembang dengan sempurna. "Ya! Aku akan makan dengan lahap dan tentu saja bergizi. Ya sudah, nanti aku akan mengabarimu lagi kalau aku sudah selesai makan siang dengan Dave dan Mona. Aku pergi dulu, sampai jumpa!" pamit Kimberly. "Eh, tunggu dulu!" "Apa lagi?" "Kau melupakan sesuatu!" "Apa
Read more
Kau Mencariku?
Jeff berdiri dari tempat duduknya. Ia berjalan mondar-mandir dengan hati tak karuan. Sempat ia ingin bungkam, tapi Kimberly harus tahu apa yang terjadi di malam itu. Siapa tahu beban di hatinya akan berkurang jika ia menceritakan hal ini pada gadis cantik tersebut. Jeff kembali duduk di hadapan Kimberly. Mereka saling bersitatap sebelum akhirnya Jeff buka suara. "Jenica berselingkuh dengan sahabatku!" tegas Jeff pada akhirnya menumpahkan segala rasa sakit di hatinya. "Kak Jenica berselingkuh? Tapi kenapa? Kenapa aku baru mengetahuinya? Bagaimana bisa begitu?" tanya Kimberly tak percaya. Seburuk apa pun sikap Jenica padanya beberapa waktu lalu tak membuatnya menganggap sang sepupu sanggup melakukan hal demikian. "Tapi itulah kenyataannya! Aku sangat kecewa dan sakit hati. Ia bisa melakukan hal sekejam itu padaku. Kukira hanya akulah yang menyentuhnya, tapi ternyata dia juga melakukan hal itu dengan sahabatku secara diam-diam karena&
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status