All Chapters of Bos Playboy Itu Suamiku : Chapter 61 - Chapter 70
104 Chapters
Ancaman Kimberly
Meninggalkan Kimberly sejenak dengan segala perjuangannya melindungi harga diri dari hasrat meledak-ledak Nick padanya. Kini, beralih pada Bryan yang tampak begitu serius mengendarai mobil mewahnya mengejar ke mana Nick membawa calon istrinya. Usai mendengar informasi dari mata-matanya, ia segera bergegas melesat dengan kendaraan mewahnya tersebut menuju suatu tempat. "Awas kau anak kecil! Beraninya kau menculik calon istriku! Pantas saja wajahmu terlihat tidak asing, ternyata kau pelayan di restoran waktu itu. Harusnya aku menghajarmu saat itu juga kalau ternyata kau berani berbuat seperti ini padaku! Brengsek!" umpat Bryan sambil memukul stang bundar di hadapannya. Ia geram bukan main. Leon yang masih merasakan efek pusing karena minuman dari pelayan tadi hanya bisa menjadi pendengar setia sang sahabat mengumpat di kursi kemudi.Ia yang tadi terbangun penuh rasa kebingungan di dalam ruangan khusus mempelai laki-laki hanya bisa menyapuk
Read more
Berdebar
Nick terperangah. Mengapa gadis itu lebih memilih mengakhiri hidupnya ketimbang kembali padanya? Apakah ia tak layak bersanding dengan gadis pujaannya? Terlalu naif kah dirinya mengharapkan Kimberly kembali merajut kasih bersamanya? "Kim, kenapa kau mengancamku dengan trik sederhana itu? Aku tahu kau pasti sedang bercanda, kan? Kembalilah padaku, Kimberly!" pekik Nick yang berjalan semakin mendekat. "Berhenti di sana atau aku akan benar-benar lompat! Aku tidak bercanda, Nick!" teriak Kimberly dengan lantang. Ia tak main-main. Tak ada candaan dalam setiap kalimat yang keluar dari bibirnya. Nick menghentikan langkahnya. "Oke, aku berhenti! Tolong jangan lakukan itu! Aku hanya ingin menanyakan sesuatu padamu," ucap Nick bernegosiasi sembari menatap dalam ke arah gadis yang berdiri tepat di samping batas pegangan jembatan tua. "Tanyakan saja apa yang kau mau!" "Kenapa kau rela melakukan ini, Kimbe
Read more
Cantik!
Bryan dengan sabar menanti jawaban yang akan keluar dari bibir Kimberly. Gadis itu tampak menggigit bibir bawahnya, berusaha menghilangkan rasa gugup yang menderanya. "Jawab Kimmy! Katakan pada putraku yang menyebalkan ini bahwa kau ingin segera menikah dengannya dan sah menjadi menantu Gerald Malik!" sela Gerald santai. Kimberly tersenyum kikuk. Tak urung hal itu membuatnya segera mengangguk malas. "Baiklah kalau begitu, hei kalian! Lekas dandani calon menantuku secantik mungkin!" panggil Gerald pada beberapa orang yang ditugaskan untuk melakukan touch up pada Kimberly. Tiga orang wanita matang berusia di atas tiga puluh tahunan segera menyulap penampilan calon mempelai perempuan tersebut dengan kecepatan kilat. Waktu terus berjalan. Lima jam lebih sudah acara tertunda. Pernikahan yang seharusnya berlangsung pukul 09.00 waktu setempat, kini mundur dikarenakan penculikan yang dilakukan Nick pada Kimberly. 
Read more
Mandi Malam
Setelah hal konyol terjadi di altar pernikahan, Kimberly mau tak mau menyembunyikan wajah cantiknya dari hadapan para tamu. Jujur, ia sangat malu. Pikirannya sudah terbang entah ke mana. Ternyata, sang pendeta hanya meminta Bryan mengecup keningnya, tapi kembali lagi pada keinginan pasangan pengantin tersebut. Ingin mengecup kening, pipi atau pun bibir, sudah bukan urusan sang pendeta. Akhirnya, Bryan mengecup kening Kimberly dengan penuh kelembutan. Seolah menjaga kening itu agar tak terluka bak mutiara terindah nan langka yang harus dijaga sedemikian rupa. Kecupan itu hanya berlangsung beberapa detik saja. Namun, yang terjadi berikutnya adalah… "Jangan terlalu gugup untuk malam pertama kita nanti! Aku sudah tak sabar menikmatinya!" bisiknya penuh goda dengan gaya sensual di telinga sang istri. "Jangan bermimpi!" jawab Kimberly dengan gerak bibir tanpa suara. Keduanya menjadi pusat perhatian. Bryan
Read more
Sakit Hati
Bryan tak menjawab pertanyaan yang diajukan sang istri padanya. Ia terus menyemburkan air dari shower ke tubuh Kimberly. Basah kuyup. Piyama berbahan satin mahal itu memperjelas tonjolan lekuk tubuh Kimberly. Sontak hal itu membuat Bryan kesusahan menelan salivanya. Berharap ia melakukan ini agar perempuan itu bisa melupakan bayang-bayang sang mantan justru membuatnya kalang kabut tak karuan. Bryan tidak bodoh. Ia sangat tahu bahwa perempuan ini belum siap melakukan hubungan yang lebih dari sebatas peluk cium. "Mandilah dulu! Lekaslah tidur, aku tak akan menyentuhmu malam ini! Aku hanya akan menyerangmu saat kau siap. Aku tidak mau dianggap memperkosa istri sendiri." DeggKimberly terkejut. Pria itu bisa melakukannya? Bisa menahan hasratnya demi dirinya? Astaga! Apakah ini mimpi? Kimberly mengangguk patuh. "Bersihkan tubuhmu dari bekas sentuhan man
Read more
Taruhan?
Kimberly merasakan sakit di bagian ulu hatinya. Benarkah pria yang beberapa saat begitu bijak dan baik padanya hanya memanfaatkan dirinya?  Apakah dirinya hanya sebatas taruhan layaknya sebuah barang dalam hidup seorang Bryan?  Langkah kaki penuh emosi telah membawa dirinya menuju kamar, mengeluarkan segala emosi yang membuncah di dada.  Kimberly meraih bantal di atas ranjang dan menangis sembari memeluknya. Ia merasa aneh, padahal ia dan Bryan hanya terikat perjodohan paksa karena permintaan George. Tapi kenapa rasanya sesakit ini? Apa hatinya telah ikut andil dalam pernikahan ini?  "Bryan, kau jahat! Tidak punya hati! Manusia brengsek!" umpat Kimberly sembari terisak.  Perempuan itu melihat bantal layaknya musuh. Ia begitu membenci benda empuk dalam genggamannya saat ini.  Bukk Bukk  "Aaaaaaarrggg! Aku membencimu!"  Kimberly berulang kali memukuli bantal tersebut demi meluapkan
Read more
Risau
Bryan menyipitkan mata. "Apa yang sedang kau pertanyakan? Aku tidak mengerti maksud dari pertanyaanmu barusan. Sepertinya pikiranmu sedang bermasalah. Lebih baik kau tenangkan saja dulu pikiranmu! Aku akan pergi ke luar sebentar dan tidak akan mengganggumu!" sahut Bryan sembari menggelengkan kepalanya. Bingung. Heran setengah mati dengan sikap aneh Kimberly. Kimberly terdiam selama beberapa saat, membiarkan otaknya bekerja cepat dan tetap jernih dalam keadaan seperti ini. Bragg Bryan kembali membanting pintu. Bukan maksudnya sengaja untuk melakukan itu. Refleks. Pria itu mengelus dagu runcingnya sembari bergumam seorang diri di depan pintu, "Ada apa dengannya? Aneh sekali!" ******"Ke mana sahabat kita yang satu itu? Katanya, hanya mengambil ponsel. Kenapa lama sekali? Apa dia sedang bercinta dengan gadis cantik itu?" tanya Gilbert pada Leon yang santai menikmati seteguk demi seteguk Hu
Read more
Meminta Bantuan
Di dalam ruangan dengan pengatur suhu yang tepat dan terasa hangat, sepasang manusia tengah duduk bersebelahan di sofa panjang berusaha membicarakan masalah dari hati ke hati. Kimberly tertunduk lesu, ia menautkan jemarinya sambil sesekali menggigit bibir bawahnya. George tersenyum hangat dan mencoba bersikap bijak sebagai orang tua tunggal yang membesarkan sang putri seorang diri selama beberapa tahun ini. Pria paruh baya itu mengangkat dagu putrinya hingga pandangan mereka bersua. "Sekarang katakan pada Papa mengenai sesuatu hal yang mengganjal pikiranmu? Papa akan mendengarkan sampai selesai dan saatnya kau bertanya, Papa akan menjawabnya." George mengulas senyum tipis usai memberikan penawaran pada Kimberly. Kimberly mengangguk sesekali lalu menghela napas panjang sebelum buka suara. "Papa, bisakah aku mendapatkan penjelasan nyata mengenai keinginan Papa dengan menikahkan aku dan Bryan? Aku butuh penje
Read more
Penasaran
Leon dan Gilbert menunggu sang sahabat menjelaskan pengertian bantuan yang ia bicarakan. Penasaran, ya rasa itu yang menyeruak dalam hati dua pria tersebut.  Bryan menggaruk kepalanya yang tak gatal. Jujur, ia bingung bagaimana harus memulainya.  "Aku ingin meminta bantuan ide dari kalian. Apakah kalian bisa? Tapi, tolong berikan jawaban yang masuk akal! Paham?"  Leon dan Gilbert kompak terkekeh.  "Masalah apa sih yang bisa membuat seorang Bryan kebingungan dan meminta bantuan pada kita? Aku jadi semakin penasaran." Leon mengomentari sikap Bryan yang mendadak aneh.  "Tapi kalian bisa membantu atau tidak? Sebenarnya aku tidak yakin meminta bantuan pada kalian." Bryan menimpali ucapan Leon dengan berjalan mondar-mandir tak jelas juntrungannya.  "Tenang saja. Serahkan semua padaku, kalau Gilbert aku sangat meragukannya. Di dalam pikiran Gilbert hanya ada wanita, ranjang dan berputar di lingkaran itu terus!" s
Read more
Jangan Sebut Namaku!
Di kediaman Luke Dawson.  Pagi hari, pukul 07.00 waktu Edensor.  Seorang pria paruh baya tengah sibuk membaca sebuah artikel online dari gadget mahalnya. Matanya hampir membola sempurna, membaca setiap rangkaian kata demi kata yang terpajang di sana.  Sudah bukan lagi rahasia umum, melainkan sudah menjadi konsumsi publik di mana detik-detik pernikahan anak dari konglomerat Edensor dan putri dari George Michael diwarnai sebuah drama penculikan.  Beruntung memang, Jenica tidak disangkutpautkan dalam kejadian tersebut.  Padahal kenyataannya, ia pun turut andil dalam penjebakan saudara sepupunya itu untuk membantu Nick melakukan aksinya. Meskipun pada akhirnya Nick merubah skenario yang telah dirancang oleh Jenica.  Seharusnya perempuan itu bisa introspeksi diri sendiri setelah apa yang terjadi. Ini semua pasti ada campur tangan George Michael demi menutupi kebusukan Jenica dan tidak membawa perempuan
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status