All Chapters of Istri Kedua Untuk Suami: Chapter 61 - Chapter 70
148 Chapters
Bab 61 Special Day
  Hari-hari yang menegangkan telah berlalu. Rayan dan Allura kembali menjalani hari-hari sebagai suami istri dengan bahagia. Mereka berdua sudah melupakan semua masalah yang sudah terjadi. Saling memaafkan dan kembali beraktifitas dengan penuh cinta. Rayan semakin perhatian pada istrinya, begitu pun Allura yang semakin mencintai Rayan. Tidak hanya itu, mereka berdua pun kembali memperbaiki pribadi masing-masing sebagai umat islam. Seperti pagi buta tadi, Allura membangunkan Rayan untuk sholat subuh berjamaah. Allura terbangun seperti biasa setiap jam tiga pagi. Wanita itu memang rutin bangun tanpa menggunakan alarm. Mungkin Allah memang sangat menyayanginya sehingga Allura selalu dibangunkan sebelum adzan subuh berkumandang. "Sayang ... bangun, sebentar lagi azdan subuh." Allura menepuk lembut pundak suaminya. Ia mengalihkan tangannya untuk menyisir rambut Rayan menggunakan jemarinya."Mmm," gumam Rayan.
Read more
Bab 62 Lebih Dari Kasihan
  Masih dengan keadaan memar di wajah sebelah kiri --karena pukulan Rayan yang membabi buta-- Badai pergi menemui pamannya. Dia harus tahu bagaimana kondisi Allura saat ini. Apa wanita itu masih bisa bertahan. Berapa kemungkinan waktu untuk Allura bisa berada di dunia ini. Sungguh, jika mengingat keputusan bodoh Allura --menurut Badai-- dia sangat kesal. Apalagi laki-laki yang dicintai oleh Allura sangat tidak pantas mendapatkan pengorbanan sebesar itu. Lagi-lagi, ini menurut Badai.Dengan napas memburu, Badai mengetuk pintu ruangan pamannya.Tok tok tok!"Masuk!" Terdengar jawaban dari dalam sana. Badai menghela napas sebelum memutar kenop lalu mendorong benda yang terbuat dari kayu itu."Badai?" Dokter Albert cukup terkejut melihat keponakannya. Bukan karena Badai tak pernah menemuinya --justru sebaliknya-- melainkan sesuatu yang baru di wajah Badai mencuri perhatiannya. "Kenapa dengan wajahmu? Kau berkelahi?" Dokter Albert lan
Read more
Bab 63 Rasanya Jatuh Cinta
  Pulang dari pemotretan yang sama sekali tidak menghasilkan apa pun, Badai tidak langsung ke apartemennya, dia justru pergi ke klub malam untuk menghilangkan pikiran tentang Allura yang terus mengisi kepalanya.Kebetulan tadi ---Ibnu--- sahabat karibnya menghubungi, Badai segera membawa mobilnya untuk membelah jalanan malam Jakarta.Suara dentuman musik yang memekakkan telinga mengisi seluruh ruangan itu. Lampu kerlap-kerlip seakan menambah semaraknya malam. Semakin waktu menuju pagi, semakin meriah pula keadaannya, orang-orang yang terbiasa bergumul dalam kepenatan hidup seakan memenuhi tempat itu hanya untuk sekedar menenangkan pikiran. Termasuk Badai. Dia menatap lega saat melihat Ibnu datang lebih dulu darinya, hingga ia langsung menghampirinya."Bro! Sudah lama?!" tanyanya sambil memukul pelan punggung Ibnu dengan suara yang cukup keras.Ibnu menoleh sebentar lalu tersenyum dan menyambut uluran tangan Badai."Belum l
Read more
Bab 64 Tindakan Memalukan
    Karena Ibnu tahu Badai sudah sangat mabuk, dia memutuskan berhenti minum saat kesadarannya masih ada. Karena itu, ketika Badai sudah benar-benar teler, dia membawa temannya itu untuk pulang. Mencari kunci mobil Badai, Ibnu segera mengambil alih kendaraan beroda empat itu. Dia sengaja menelepon sopir bayaran untuk mengantar mobilnya sendiri ke rumahnya. Dalam perjalanan pulang, dia melihat Badai setengah tidur. Jalanan malam cukup lengang hingga tak ada kendala berarti untuk mereka segera sampai di apartemen milik Badai. Namun, saat memasuki apartemen itu, Badai menolak saat Ibnu hendak memapahnya ke dalam kamar, dia meminta duduk di sofa ruang tamu saja. Maka dengan baik hatinya, Ibnu melakukan itu. Dia juga segera mengambilkan Badai air putih di dapur. Sayangnya, saat dia kembali Badai tengah sibuk mengotak-atik ponselnya hingga mengabaikan Ibnu. Entah apa yang tengah dia lakukan, yang pasti Ibnu pikir Badai sudah baik-baik saja. "Badai
Read more
Bab 65 Sakit yang Menghujam
    Allura baru saja mengantar suaminya ke depan rumah untuk berangkat kerja setelah menyiapkan serta menemaninya sarapan. Sebagai istri yang baik, dia memeluk serta mencium punggung tangan Rayan hingga membuat suaminya memberikan kecupan sayang di dahinya. "Mas, berangkat dulu ya, Sayang?" Allura mengangguk lalu melambaikan tangan saat mobil Rayan membawanya meninggalkan pekarangan rumah mereka. Dengan wajah sendu, Allura memasuki rumah kembali. Lalu dia mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang, tapi notifikasi yang ia lihat pertama kali adalah pesan dari Badai. Allura mengernyit, namun dia mencoba untuk membukanya. Terdapat banyak sekali permintaan maaf dari Badai yang mengatakan bahwa laki-laki itu tidak bermaksud apa pun dengan mengirimkan chat serta voice note. Semalam dia sedang mabuk hingga mengirim pesan tidak jelas. Yang membuat Allura tiba-tiba tersenyum adalah, penjelasan Badai yang mengatakan jika
Read more
Bab 66 Sekeras Baja
    Setelah makan siang bersama, Allura mengajak Safiya untuk salat dzuhur di masjid yang tak jauh dari kafe. Karena Safiya memang belum sempat melakukan kewajibannya sebagai umat muslim itu, dia mengangguk setuju. Saat ini sepertinya dia memang butuh mengadu pada sang pemilik hati agar hatinya yang sedang dilema saat ini menemukan titik terang. Duduk bersimpuh di atas sajadah dengan mukena yang selalu dia bawa dalam tasnya, Safiya meminta pada pemilik hati agar bisa mengatakan kejujuran pada Allura. Meskipun semua ini terjadi atas permintaan wanita itu sendiri, namun, hati Safiya adalah miliknya. Jadi, dia yang sudah lancang jatuh hati pada Rayan merasa bersalah pada Allura. Seusai berdo'a, Safiya menoleh pada Allura yang juga sudah melakukan hal yang sama. Wanita itu bahkan menyeka air matanya lalu membalas tatapan Safiya. Sontak saja, Safiya bersimpuh di lutut Allura sambil menangis. Dia tak peduli jika jama'ah lain di ma
Read more
Bab 67 Semakin Memburuk
    Beberapa hari kemarin Allura menjalani hari yang cukup sulit. Saat berada di rumah sendirian dia merasakan kepalanya sering sakit, dan persediaan obatnya mulai menipis. Karena janji temu dengan dokter Albert ditetapkan hari ini, setelah Rayan pergi ke kantor, Allura bergegas mengganti pakaian rumahannya dengan dress bunga-bunga serta kerudung polos berwarna senada. Dia tahu jika pergi keluar rumah tanpa memberitahu suami adalah dosa, maka dia mengirimkan pesan pada Rayan bahwa dia akan pergi untuk membeli persediaan bulan ini untuk mengisi kulkas. Tentu saja Allura tak berbohong, karena niatnya memang seperti itu setelah pulang dari klinik dokter Albert nanti. Bergegas mengambil tas tangannya, Allura menaiki mobil taksi yang tadi ia pesan, dengan perlahan kendaraan itu membawanya meninggalkan perkarangan rumah lalu menembus jalanan yang lumayan ramai. Sepanjang perjalanan Allura berusaha untuk berkonsentrasi, dia menepis
Read more
Bab 68 Dunia yang Berbeda 
  Menyadari kedekatannya dengan Badai yang tak seharusnya, Allura jadi sedikit murung dan tak seleluasa tadi. Setelah makan siang mereka selesai, dia pun jadi tak banyak bicara. Namun, saat Badai mengajaknya masuk ke ruangan gelap di mana tempat ia mencuci cetak hasil fotonya secara manual, Allura merasa kembali bersemangat. Dia seakan memasuki dunia baru, dunia yang berbeda dengan apa yang selama ini ia tahu. "Ini sangat menakjubkan, Badai," pujinya dengan mata berbinar. Badai memang tak bisa melihat itu karena kondisi ruangan yang minim penerangan, tapi dari suara Allura yang sangat bersemangat, dia tahu wanita yang berada di dekatnya saat ini merasa bahagia. "Mbak, ingin mencobanya?" tawar Badai sambil menunjukkan cara mencetak foto. Tentu saja, Allura langsung mengiakan dengan sangat riang. Karena pada dasarnya, Allura adalah wanita yang selalu penasaran akan banyak hal menarik. Seandainya dia tak harus berada di rumah demi ke
Read more
Bab 69 Belum Terbiasa
    Dalam perjalanan pulang, Allura jadi banyak bicara hingga membuat Badai tak henti tersenyum. Sungguh berbeda saat di studio setelah mereka makan siang bersama tadi. Sekarang, Allura seolah kembali nyaman berada di sampingnya. "Nanti saat bertemu wanita beruntung itu kau harus menunjukkan perhatianmu, Badai," katanya sambil menatap Badai dengan serius. "Perhatian? Contohnya?" tanya Badai sambil memutar setir mobil saat berada di belokan. "Cari tahu apa makanan favoritnya, lagu, hobi, dan film kesukaannya. Dan, oh, iya. Ajak dia nonton film, atau ke taman, jalan-jalan berdua. Dengan begitu dia pasti akan sadar dengan perasaanmu meskipun kau belum mengungkapkannya." Allura menjelaskan panjang lebar karena dulu saat Rayan mendekatinya, suaminya itu melakukan hal yang sama. "Begitu? Kapan-kapan akan aku coba," jawab Badai tak berminat sama sekali. Dia bahkan belum membalas tatapan Allura karena fokus pada jalanan.
Read more
Bab 70 Kecanggungan
    Rayan baru saja keluar dari kantor dan bergegas hendak pulang, tapi dia mendesah saat melihat ban mobilnya kempes. Rasanya saat pergi tadi kendaraan beroda empat miliknya itu baik-baik saja, kenapa tiba-tiba bisa kempes begitu. Baru saja dia mengambil ponsel hendak menghubungi bengkel langganannya, suara klakson mobil membuatnya menoleh. Safiya terlihat menurunkan kaca mobilnya yang melintas di depan Rayan. "Kenapa, Mas?" tanya Safiya yang melihat wajah bingung Rayan. "Ban mobilku kempes, sepertinya aku harus pulang naik taksi," jawab Rayan lesuh. "Taksi? Ah, itu pasti butuh waktu lumayan lama, Mas. Karena di jam pulang kerja begini di mana-mana akan macet. Bagaimana kalau Mas ikut mobilku saja? Sekalian aku memang ingin ke rumah Mas untuk bertemu Mbak Allura." Rayan mengernyit. "Bertemu Allura? Kenapa?" "Kami ada janji, Mas. Kata Mbak Allura langsung ke rumah saja. Jadi, karena kita satu
Read more
PREV
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status