All Chapters of 2'20: Chapter 31 - Chapter 40
60 Chapters
31 - Pertemuan
Citra menatap sekelilingnya. Banyak tenda berjejeran yang berhadapan langsung dengan sebuah danau, daratan ini dikelilingi oleh bukit-bukit kecil, udara yang terasa menipis, angin malam yang begitu tenang, hingga embun tipis yang menutupi mata kakinya membuat Citra memilih untuk mengambil jaket di tas dan mengenakannya untuk menghangatkan tubuh.Setelah kembali mengenakan tasnya dan merapatkan jaketnya, gadis itu berkeliling sejenak. Memerhatikan isi tiap tenda yang ada disana untuk memastikan bahwa dia tak benar-benar sendirian.Namun sayangnya, gadis itu tak menemukan siapapun.Dia tak begitu suka tempat ini.Malam hari terasa sangat cerah dengan bulan berwarna merah kebiruan dan puluhan bintang disekitarnya. Citra akhirnya mengambil salah satu lampu gantung di salah satu tenda dan membawanya menuju tepi danau tersebut, menatap ke ujung danau berharap bahwa dia bisa menemukan sedikit keributan yang bisa dia anggap sebagai ulah Jane dan Putra, ataupun Ar
Read more
32 - Terperangkap
“GAK BAKAL BERHENTI JARUM SAMA SETAN-SETAN INI NGEJAR KALO KITA GAK PAKAI TOPENG!” teriak Jane tanpa sadar.“YAUDAH AYO PAKAI TOPENG!” balas Putra tanpa memelankan langkah kakinya yang kian lama kian melaju.“TOPENGNYA KAN TADI DIBUANG ANJING!” amuk gadis itu dengan emosi.“KAU YANG NGIDE BANGSAT!!”“AKH!” jerit gadis itu histeris ketika merasakan sebuah jari nyaris menyentuh punggungnya, dia lantas dengan cepat kembali melajukan langkahnya, membuat Putra sedikit tertinggal di belakang. “LAKUKAN SESUATU! KAU KAN WRENA!”“Lah, bener. Aku kan wrena?” gumam Putra seakan baru benar-benar tersadar bahwa dia tak lagi sama dengan manusia.Pemuda itu lantas mengubah satu lengannya menjadi tumpukkan tulang yang meruncing, membiarkan Jane terus lari mencari jalan keluar dari hutan itu sambil menghindari duri-duri yang berterbangan, sedangkan Putra mulai mengayunkan tan
Read more
33 - Pengorbanan
Malam itu, Mala mungkin tidak akan kembali, akan tetapi Citra tahu pasti bahwa kakak kesayangannya itu tidak akan benar-benar mati. Dia benci mengakui bahwa Mala tak menepati janjinya, namun pada akhirnya dia juga paham bahwa apapun yang terjadi pada Mala setelah kepergiannya, mungkin bukanlah hal yang indah. Ia bisa memastikan bahwa kakaknya itu takkan pernah tunduk pada budaya-budaya fiktif yang sengaja di kembangkan para tetua hanya demi memenuhi harsat membunuh mereka saja. Dia tahu Mala takkan pernah tunduk pada tradisi tak manusiawi seperti itu. Kamis, 08 Februari 2008, usia Citra baru saja menginjak ke angka 13 saat Mala pertamakali berkata padanya bahwa itu adalah umur yang tepat, umur yang pas baginya untuk segera pergi dari desa mereka. Mala bilang, dia akan menyusul Citra nantinya. Mereka akan tinggal bersama, di Bali, di rumah kenalan Mala. Menjauh dari desa, memutuskan hubungan dengan keluarga dan kerabat mereka, membuat berbagai skenario
Read more
34 - Lawan!
Putra memerhatikan beberapa gelembung yang berjejer di sana. Dari sekian banyak gelembung yang ada di belakang Lingga, ada gelembung yang berisikan sosok Citra, sedangkan di samping gadis itu ada gelembung yang berisikan anak kecil, dan satunya lagi adalah seorang pemuda dengan pedang yang sedikit berkarat di genggamannya.Dia terdiam, menyadari bahwa mungkin sebagian dari prajurit Bérawa yang melakukan patroli di Nusantara selama hari itu juga berhadapan dengan para Wrena, seperti dirinya dengan Citra dan Arta di Jogja, ataupun mereka yang kini ada di dalam gelembung itu; Okta dan Joyla.Padahal anak itu masih berusia 15 tahun namun dia sudah langsung dihadapkan dengan masalah seperti ini dipenugasan pertamanya.Hal yang dia ingat, Okta dan Joyla bertugas di Jakarta karena kakaknya Joyla berada di sana untuk urusan lomba. Entah perlombaan seperti apa juga dia tak tahu karena saat itu mereka sudah terburu-buru untuk pergi ke Jogja.‘Kenap
Read more
35 - Joyla Binagara
“Jadi ... ini adalah dimensi dimana kita dipertemukan dengan orang yang berarti dalam hidup kita?” gumam Joyla tanpa sadar. “Ini dimensi dimana kau bertemu dengan orang yang sudah mati, dan masih menyayangimu.” Gadis kecil itu terdiam mendengar balasan Hanbin, matanya masih menatap sorot tulus dari kakak kandungnya tersebut. “Jadi ... itu adalah alasan mengapa aku tak bisa menemukanmu di Jakarta?” Hanbin mengangguk kecil, “Maaf ....” “Apa kau menang?” “Entahlah,” balasnya pelan, “Gempa terjadi saat pengumuman pemenang akan dilontarkan.” Joyla sama sekali tak membuka suara mendengar hal itu, membuat Hanbin kembali meliriknya dan tersenyum tipis. “Kau tak sedih?” “Sedih, aku hanya tak bisa menangis.” Hanbin terkekeh kecil mendengar hal itu, “Kau memang tak pernah menangis, Joy.” Kematian kedua orang tua mereka bahkan tak membuat Joy meneteskan air mata, karena itu juga Hanbin sama sekali tak heran jika adiknya itu tak bisa menang
Read more
36 - Runtuhnya Tanah Ibu Kota
*Kuta Selatan, 19 Februari 2020.*Sehari sebelum insiden tornado beruntun di pulau Jawa. Hari itu Budiandra bersama Dirga mengumpulkan kesembilan Pilar Merah milik Bérawa untuk patroli tahunan mereka ke tiga gerbang yang tersebar di sekitar pulau Jawa. Mereka adalah Arta, Okta, Joyla, Joe, Ilyas, Kintan, Putra, Citra, dan Rolla. Pulau Jawa memiliki tiga gerbang sakral yang sebenarnya dijaga oleh banyak energi para tetua dari masalalu, namun Bérawa tetaplah salah satu komunitas lawas yang memiliki kewajiban untuk memastikan keamanan gerbang-gerbang itu.Tiga gerbang tersebut berada di laut perbatasan antara Cilegon - Bakau, di Alun-alun Yogyakarta,  dan di laut perbatasan antara Alas Purwo - Denpasar. Joyla –yang dihitung dua orang karena bersama Joe sebagai roh yang tinggal di tubuhnya— dan Okta memegang kendali dalam patroli di sekitar Banten untuk melihat gerbang di la
Read more
37 - Pecahan Kaca Violet
Malang tidak dijatuhi tornado ketika nyaris seluruh tanah di Jawa hancur karena pusaran angin raksasa itu. Di hari yang sama, saat siang datang ketika matahari berdiri tepat di atas kepala, dengan sekali kedipan mata, kota itu seketika berubah menjadi gelap gulita.Purnama muncul dengan warna violetnya, membuat semua kegiatan terhenti, membuat orang-orang yang lari berlalu-lalang karena panik kebingungan kini terdiam, menahan napas menatap rembulan itu. Tak semua orang menyadarinya, namun saat seseorang mencoba melihat lebih jeli bentuk bulan tersebut, ia bisa menyadari adanya tumpukkan ribuan manusia tergantung di sana, dengan tiap dahi yang ditancapi paku-paku besar, dengan kaki-kaki pucat yang terayun di udara. Dia tak tahu jelas, itu benar-benar manusia atau roh yang telah mendapatkan hukuman mematikan dari para Dewa. Namun ... ribuan? Tidak, dengan ukuran bulan yang sebesar itu, jumlahnya pasti jutaan.Apa yang sedang terjadi?Pertanyaan itu masih tergantun
Read more
38 - Rencana Okta
Tindakkan Cuna yang hanya berlangsung sepersekian detik membuat fokus semua orang teralih pada retakan yang dia buat. Okta yang menyadari kesempatan kecil itu lantas menyeringai, memperkuat pijakan di kakinya dan meloncat kencang hingga dia sampai di samping Lingga, lalu dalam kurun waktu kurang dari sedetik, dia sudah mengeluarkan pedang berlapis api biru yang sedikit berkarat ujungnya, dan lantas memotong tangan Lingga yang sedang mencengkram leher Joe. Membuat gadis itu mampu lolos dan langsung kembali memasuki tubuh Joyla.“Kau kembali membiarkan mereka melakukan itu?” sinis Grilya pelan, terdengar cukup kesal karena tingkah Lingga yang seakan sedang mempermudah segala akses orang-orang itu untuk menganggap mereka lemah.“Lagi pula mereka takkan bisa kemanapun.” Lingga membalas dengan tenang sambil memerhatikan lengannya yang kembali tumbuh dalam sekejap.Okta kembali ke sisi Joyla tanpa halangan apapun, sedangkan mereka semua masih t
Read more
39 - Terbongkar
Mereka terbang kian lama kian meninggi dengan Okta ⸺yang membawa Joyla⸺ di bagian teratas, lalu Arta, Citra, Cuna, dan Putra yang membawa Jane di atas bahunya. Gadis itu merasa benar-benar terbodohi karena dia mengira bahwa para prajurit Bérawa ini akan mengeluarkan formasi keren mereka ala di film-film fantasy action kebanyakan, nyatanya, rencana yang mereka maksud adalah rencana kabur bersama. “APA CUMA AKU YANG TAK TAHU?!” teriak Jane terdengar kesal, bahkan Cuna terlihat tak terkejut dengan aksi dadakan itu. Berbeda jauh dengan reaksinya. “Cuna punya reflek yang bagus, sedangkan kau lebih sering telat menyadari sesuatu.” Putra membalas dengan cepat, “Dan sepertinya Okta menyadari kesempatan untuk kabur ketika melihat retakkan yang telah Cuna ciptakan.” “Apa maksudmu?” tanya Jane menyadari bahwa mereka masih terbang ke arah atas, semakin jauh dari tempat Lingga dan Grilya berada. “Kuku itu bisa membuat retakkan dari dalam, artinya kita bis
Read more
40 - Pertemuan di Yamani
Lingga dan Grilya sampai di Alas Purwo ketika matahari mulai terbenam. Hutan raksasa yang sudah sangat tua itu memiliki banyak sekali nilai sejarah dari abad ke abad, di tempat ini juga memiliki banyak sekali goa dan tentunya, sebuah pintu masuk khusus yang dijaga oleh para Peri untuk membawa mereka ke Yamani.Tempat dimana para Pure Wrena, Cendrasa, hingga Ratu tinggal.Mereka akhirnya masuk ke dalam pintu yang memiliki cahaya biru gelap itu, setelah dipersilahkan masuk oleh para Peri penjaga. Sebuah pintu merah raksasa dengan ukiran bunga kenanga berwarna emas kini menyambutnya, bebauan khusus melati bercampur anyir darah mulai memenuhi indra penciuman mereka berdua. Itu harum, sangat menyegarkan bagi kaum mereka karna dianggap sebagai bau yang sangat sakral. Ukiran bunga kenanga berwarna emas yang ada di pintu raksasa itu mulai mekar bersamaan dengan pintu yang terbuka, menandakan bahwa mereka telah dipersilahkan masuk ke dalam ruang pertemuan, tempat dimana mereka
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status