All Chapters of My Hot Supervisor: Chapter 41 - Chapter 50
54 Chapters
Frustasi
Author POV~ Dunia seakan berhenti berputar bagi gadis cantik bermata sendu itu. Dia berharap kalau tadi pendengarannya keliru. Namun, Bryan kembali meyakinkan dirinya. Membuat dirinya sadar kalau ini bukanlah mimpi. Anandita, harus menerima kenyataan bahwa dirinya sedang mengandung. Dia hamil. Dan itu bukanlah hal yang dia inginkan. Pernah bermimpi menjadi seorang ibu yang baik untuk anak-anaknya kelak, tapi tidak untuk saat ini. Saat dirinya sama sekali tidak memiliki ikatan pernikahan. Meski laki-laki yang menghamilinya bersedia bertanggungjawab atas perbuatannya. Tapi Anandita tetap tidak bisa menerimanya semudah itu. Dan, bulir-bulir bening itu pun lolos dari mata gadis itu tanpa dia harus susah-susah berkedip. Sorot matanya masih lurus memandang mata Bryan dengan luapan emosi yang berkecamuk. Sepasang manik matanya masih bergulat dalam kubangan mata Bryan yang membiarkan mata gadis itu seakan ingin menerkam.
Read more
Takdir Anandita
Derai air mata Anandita tidak juga kunjung berhenti. Ditengah-tengah kefrustasiannya, dia terisak pilu. Tidak percaya kalau dirinya sedang berbadan dua. Tidak percaya kalau dia berstatus calon ibu. Namun, satu yang dia percaya, hidupnya kini sudah benar-benar HANCUR!Sempurna!Lengkap sudah penderitaan yang ditanggungnya. Menjadi korban pemerkosaan, harus menerima kenyataan bahwa mahkotanya sudah terenggut, dihina dan direndahkan oleh sang mantan pacar yang meski sekalipun tidak pernah ia akui sebagai kekasih. Dan kini kembali dihadapi dengan kenyataan pahit yang membuat dirinya kecewa. Secara terpaksa harus menerima kalau rahimnya sedang dihuni makhluk kecil.Ada janin yang berkembang dalam tubuhnya. Ada kehidupan di sana. Meski belum menunjukkan tanda-tanda pergerakan, tapi janin tersebut meresponnya dengan rasa tidak nyaman yang dia rasakan sejak dua minggu belakangan ini. Sebab itu, Anandita tidak dapat lagi mengelak. Anandita tidak bisa membohongi dirinya s
Read more
Sah!
'Sayang, mungkin ini sudah jalanmu. Kamu berjodoh dengan orang yang belum lama kamu kenal. Mau tidak mau, kamu harus segera menikah dengannya. Agar kelak anakmu tidak menyandang status tak jelas karena tidak tahu siapa ayahnya. Jadi, Ibu sangat berharap agar kamu mau menyambut uluran tangannya. Bersedialah menikah dengannya. Terimalah niat baiknya. Meski ini sangat memukul perasaanmu, meski kamu tidak bisa menerimanya, Ibu mohon ... jangan lagi menolak keinginannya untuk menikahimu. Agar kamu tidak menanggung malu. Agar nama baik keluarga kita tetap terjaga.'   Agar nama baik keluarga kita tetap terjaga!   Anandita memejamkan matanya semakin dalam. Jelas masih terngiang di telinganya ucapan sang ibu yang menyarankan agar dirinya segera menikah. Memintanya untuk menerima apa yang diinginkan Bryan. Agar masa depannya tidak terombang-ambing. Agar dia terlindung dari hinaan orang, meski yang dia tahu hidupnya sudah hancur, tidak ada gunanya lagi
Read more
Ulah Siapa?
Anandita tercengang. Kelopak matanya semakin melebar. Mendengar ucapan Bryan yang tidak peduli akan kekesalannya. Namun, tubuhnya terasa kaku. Sulit untuk bernafas bahkan bergerak. Tubuhnya seakan terhipnotis oleh perlakuan Bryan.Baru ketika Anandita tersadar dari lamunannya, segera tangannya menjambak kasar rambut Bryan dan mendorongnya. Sekarang, giliran Bryan yang tersentak kaget."Ada apa? Apa yang salah?" Seperti tidak tahu akan kesalahannya, Bryan menanyakan itu pada istrinya."Beraninya kau berkata seperti itu pada janin yang ada di kandunganku! Apa kau tidak berpikir dulu sebelum mengucapkannya!""Apa yang harus aku pikirkan terlebih dahulu Anandita! Apa yang salah dari ucapanku tolong jelaskan!""Jangan berpura-pura bodoh! Jelas-jelas tadi kau mengucapkan kalau malam ini adalah malam ... em ... malam ...."Kalimat yang ingin di sampaikan Anandita terhenti. Bibirnya tiba-tiba bergetar. Tak kuasa melanjutkan ucapannya.Bryan m
Read more
Peringatan Bryan
Bryan tak lagi dapat berkata apapun saat Anandita mengultimatum dirinya tadi. Dia juga tidak mengerti kenapa ucapan itu lolos begitu saja dari mulutnya. Baginya, Anandita seperti magnet yang dapat menariknya kapan saja.Hanya dengan melihat wajah baby face Anandita, dirinya sudah terhipnotis. Merasa  ingin terus berdekatan. Apalagi melihat lekuk tubuh indahnya. Membuat kepalanya serasa diremas. Sakit tak berujung. Semua yang ada di diri Anandita, sudah seperti racun baginya. Racun yang dapat membunuh jiwanya hanya dalam beberapa detik. Karena aroma tubuh gadis itu selalu saja menjerat birahinya yang tidak bisa dia salurkan.Bryan, menunggu istrinya yang sedang berganti pakaian di dalam kamar mandi. Lebih tepatnya gadis itu sedang membersihkan tubuh, lalu mengganti gaun kebayanya dengan pakaian biasa.Menunggu?Mungkin tidak. Untuk apa dia menunggu kalau ujung-ujungnya Anandita tidak mau disentuh apalagi disetubuhi. Gadis itu tetap mempertahankan pend
Read more
Seranjang
Anandita POV~Tak terbayangkan betapa kesalnya rasa hatiku kepada pria yang notabennya sudah resmi menjadi suamiku ini. Bertindak sesuka hati tanpa memikirkan ketakutanku. Aku juga bodoh. Kenapa harus takut pada laki-laki yang telah berbuat jahat kepadaku. Bukankah seharusnya dia yang harus waspada terhadapku? Lalu, kenapa semuanya seakan ... terbalik!Dan karena jeritanku yang tertahan tadi, membuatnya cekikikan dan kembali menutup pintu kamar mandi. Sayup-sayup kudengar dia bernyanyi. Sebuah nyanyian riang. Enjoy di dalam sana seperti orang yang tak pernah melakukan kesalahan apapun terhadapku. Sebal!Well, biarkan saja dia mau melakukan apa. Asal dia tidak menggangguku. Asal dia tidak merepotkanku. Asal dia tidak macam-macam padaku, apalagi sampai menyentuhku. Kalau itu terjadi, aku pastikan dia takkan lagi menempati kamar yang sama denganku.What???Kamar yang sama? Oh, God! Kenapa aku tidak menyadari hal ini sejak tadi. Sejak Oma membawanya ke
Read more
Dimana Dia?
Bryan POV~Pagi ini, tidak seperti pagi-pagi biasa. Sebab pagi ini adalah pagi pertamaku bersama wanita yang telah sah menjadi istriku.Aku mengerjap-ngerjapkan mata. Berusaha menyesuaikan cahaya yang menyerang retinaku. Sebelum akhirnya aku menemukan wajah cantik yang berada di dekatku. Kami sama-sama terbaring miring berhadapan. Reflek aku tersenyum ketika menyadari wajah cantik istriku menempel di dadaku.Wajah mulus yang nyaris tidak ada cela ini membuatku terhipnotis. Tuhan ... begitu cantiknya istriku ini. Tak tahan rasanya aku untuk tidak menyentuhnya. Maka, tanganku mulai menghampiri lekuk wajahnya yang terpahat rapi.Kecantikannya tidak berkurang meski dalam keadaan mata terpejam. Anandita, gadisku! Sampai kapan aku bisa menahan untuk tidak menyentuhmu, Sayang. Aku tidak yakin kau akan selamat dari jeratan birahiku. Mungkin aku akan melakukannya lagi saat kau sudah agak tenang. Dan disaat itu, kau akan menyadari betapa sayangnya aku padamu.
Read more
Kangen Masakanmu
Ada perasaan yang berbeda bagi Anandita ketika mencicipi masakan bi Sumi. Nasi goreng yang dikunyahnya tidak seperti yang pernah dibuatkan oleh Bryan untuknya, meski nasi goreng itu masih terasa enak, tapi lidah Anandita merindukan nasi goreng buatan suaminya.Pelan Anandita mengunyah makanannya seperti tidak rela makanan itu berada di mulutnya. Bi Sumi yang melihat itu dari kejauhan merasa keheranan. Diamatinya Anandita lekat-lekat. Sambil membawa segelas air putih yang diambilnya dari kulkas."Ada apa Non? Kenapa ngunyahnya kayak gak ikhlas gitu? Apa masakan bibi gak enak ya?" tanya bi Sumi. Meletakkan gelas ke hadapan Anandita."Oh, enggak kok Bi. Nasi gorengnya enak. Cuma ....""Cuma ...??" Bi Sumi membeo."Umm ... cuma ... cuma ... cuma ... entahlah Bi. Entah kenapa rasanya tenggorokanku pahit. Gak nyaman kalo nelan makanan." Anandita beralasan."Oh ... wajar sih Non. Emang gitu kalo lagi hamil. Apalagi Non sedang hamil muda. Wajar kala
Read more
Devan Datang Lagi
Anandita POV~Perutku terasa begah karena memaksakan diri menghabiskan sepiring nasi goreng. Posisiku masih sama seperti tadi. Berhadapan dengannya yang juga telah selesai menyantap sajian bi Sumi. Bahkan saat makan pun, dia tetap fokus melihatku. Mengawasiku agar aku menghabiskan makanan ini. Anehnya, kenapa aku harus takut? Aku benar-benar payah! Sangat pengecut, seperti anak kecil yang takut dimarahi oleh orang tuanya. Oh ... God!Aku mendorong kursi, bangkit dari duduk."Aku mau mandi. Kau tetaplah di sini sampai aku selesai!" titahku pada Bryan.Bryan yang baru saja meneguk segelas air putih, langsung mendongak melihatku."Ngapain aku di sini? Kalau aku ikut denganmu, emang kenapa?" tanyanya menyelidik.Aku mendesah. Melipat kedua tangan ke dada."Kalo kau ikut masuk ke kamar, bagaimana bisa aku memakai pakaianku! Aku tidak terbiasa memakai baju di dalam toilet!" keluhku. Berharap dia mau memahami.Bryan berdehem, menyerin
Read more
Luluhnya Anandita
Bryan POV~ "Kau sudah sadar?" tanyaku ketika Anandita sudah sempurna membuka matanya. Anandita langsung kaget ketika menyadari keberadaanku yang tepat berada di atasnya. Aku duduk di tepi ranjang dengan separuh badan yang mengurung tubuh mungilnya. "Kau?" "Ssshh ...." Cepat aku menahannya, menenangkannya agar tidak mengamuk seperti biasa. Dan untungnya, dia menurut. Anandita kembali tenang. Meski matanya menyiratkan sebuah ketakutan yang tak menutup kemungkinan adanya pertanyaan di sana. "Tenanglah! Kau jangan terlalu banyak bergerak," ucapanku pelan. Mengelus kening atasnya dengan lembut. "A-apa yang terjadi padaku? Dan kenapa aku tiba-tiba bisa ada di kamar ini?" tanyanya dengan suara parau. "Kau pingsan. Makanya aku membaringkanmu di ranjang." "Pingsan?" Aku mengangguk cepa
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status