Semua Bab Handsome CEO: Bab 21 - Bab 30
35 Bab
twenty one; heartbreak girl
Besok absen dulu ya~ HCnya gaada stok.Nadiar menggigit bibir bawahnya dengan gugup saat lelaki di depannya menatap intens kepada Nadiar, dan tidak berkedip sedetik saja. Seolah, lelaki di hadapan Nadiar kini memang menginginkan Nadiar ketakutan dan terintimidasi.Mereka berdua duduk di kursi salah satu warung pinggiran yang berada di depan gedung olahraga memanah dan menembak itu. Setelah meminta izin pada Alvis dan menjelaskan siapa itu Calvin, Alvis terlihat mengerti namun sesaat sebelumnya terdapat kilatan heran di mata Alvis. Nadiar mengabaikannya karena anggukan kepala Alvis lebih penting di banding kilatan heran Alvis.Lelaki di depannya, adalah Calvin, salah satu dari ke-4 pacar Nadiar. Calvin itu seumuran dengan Nadiar, namun benar-benar kekanakan karena sifatnya yang cemburuan dan posesif tapi cuek. Hmm, bagaimana ya cara menjelaskannya? Bisa di bilang, Calvin itu agak masa bodo pad
Baca selengkapnya
twenty two; story of my life
Ngeh, gak, sih, kalo setiap judul di chapter HC pada judul lagu semua?"AYAH!! BUNDA!! BANG ALDEN!! KABAR GEMBIRA UNTUK KITA SEMUA!! BUKAN TENTANG KULIT MANGGIS, TAPI TENTANG HAPE NADIAR YANG DI KASIH GRATIS SAMA CEO NADIAR YANG BAIK HATI DAN TIDAK SOMBONG ITU!!"Nadiar langsung berteriak heboh dan mencari-cari ketiga anggota keluarga di rumahnya. Namun, Nadiar tidak menemukan siapapun di ruang makan rumahnya. Nadiar mengerenyit heran, lalu mencari-cari tiga anggota keluarga di rumahnya. Nadiar menemukan 3 anggota keluarga disana ternyata sedang berkumpul mengelilingi satu objek di tengah-tengah, yang entah apa itu Nadiar pun tidak tahu. Nadiar lalu menghampiri mereka. "Bun, Yah, Bang, lagi ngapain?"Ketiga orang di sana mengangkat wajah, lalu tersenyum pada Nadiar."Sayang, kamu sudah pulang?" tanya sang Ayah dengan senyum cerah, yang terlihat kilatan jahil di matanya.Nadiar
Baca selengkapnya
twenty three; she looks so perfect
Banyak pertanyaan yang bersarang di kepala Alvis. Benar-benar banyak. Sangat banyak. Alvis menghela napas panjang, benar-benar tidak menyangka bahwa Nadiar bisa memenuhi pikirannya seperti ini. Alvis benar-benar sama sekali tidak memikirkan Irene dan kesedihan Alvis. Benar-benar penuh dengan pikiran tentang Nadiar. Nadiar. Dan Nadiar.Alvis menggeram kencang, lalu memukul meja kerjanya, menumpahkan kefrustasiannya akibat memikirkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di kepalanya. Matanya lalu menatap Nadiar di balik jendela ruangannya. Perempuan itu terlihat sesekali menguap lebar, kemudian kembali berkutat dengan komputer di tempatnya. Alvis mendengus keras. Tak lama, ia melihat Nadiar seolah tersentak langsung berdiri, lalu berbicara dengan seseorang. Nadiar terlihat mengambil gagang telfon, dan tahu-tahu saja, telfon milik Alvis berdering.Alvis mengangkat gagang telfonnya, lalu menyimpannya di telinga. "Halo?""Bos, a
Baca selengkapnya
twenty three; she looks so perfect
Banyak pertanyaan yang bersarang di kepala Alvis. Benar-benar banyak. Sangat banyak. Alvis menghela napas panjang, benar-benar tidak menyangka bahwa Nadiar bisa memenuhi pikirannya seperti ini. Alvis benar-benar sama sekali tidak memikirkan Irene dan kesedihan Alvis. Benar-benar penuh dengan pikiran tentang Nadiar. Nadiar. Dan Nadiar.Alvis menggeram kencang, lalu memukul meja kerjanya, menumpahkan kefrustasiannya akibat memikirkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di kepalanya. Matanya lalu menatap Nadiar di balik jendela ruangannya. Perempuan itu terlihat sesekali menguap lebar, kemudian kembali berkutat dengan komputer di tempatnya. Alvis mendengus keras. Tak lama, ia melihat Nadiar seolah tersentak langsung berdiri, lalu berbicara dengan seseorang. Nadiar terlihat mengambil gagang telfon, dan tahu-tahu saja, telfon milik Alvis berdering.Alvis mengangkat gagang telfonnya, lalu menyimpannya di telinga. "Halo?""Bos, a
Baca selengkapnya
twenty four; thingking out loud
Pekikan cempreng di luar ruangan, membuat lamunan Alvis tentang Nadiar terhenti. Mata Alvis melihat di balik kaca ketika mengetahui bahwa itu adalah teriakan riang dari Nadiar yang sedang memeluk perempuan, lalu cipika cipiki. Setelah itu, Nadiar melihat ke arah samping perempuan itu, lalu tersenyum lebar dengan mata melotot. Nadiar kembali memekik, lalu memeluk perempuan itu lagi. Kali ini, terlihat lebih erat dan lebih lama.Alvis menelan ludahnya saat jantungnya berdetak kencang sesaat, lalu kembali normal. Hal itu di karenakan Alvis yang mengingat pelukan Nadiar pada tempo hari. Pintu ruangan Alvis lalu di ketuk, membuat Alvis dan detektif swasta itu mengalihkan pandangannya ke pintu. Tanpa Alvis perintah, pintu itu terbuka, dan menampilkan wajah sahabat Alvis dari celahnya.Devan tersenyum lebar. "Yo, Vis!""Devan?" Alvis membalas sapaan Devan sambil melotot, membuat nama yang di panggil itu tertawa lalu masuk ke dalam k
Baca selengkapnya
twenty five; skyscraper
Nadiar sedang tiduran di sofa sambil memainkan ponselnya saat tiba-tiba layar ponselnya berubah dengan tampilan panggilan dari nomor yang tidak di kenalnya. Nadiar buru-buru mengangkat panggilan tersebut. "Halo? Dengan Nadiar disini. Ini siapa ya?""Hai sayang!"Nadiar terduduk di sofa dengan ekspresi kaget. "Dito!"Terdengar kekehan di sebrang sana. "Kamu kemana aja, sih? Aku hubungin kamu udah lama, tau. Untung aja Dizi ngasih tau aku nomor kamu yang baru. Dia udah ceritain semuanya."Nadiar cemberut, walaupun sebenarnya tidak berguna juga karena Dito takkan melihatnya. "Aku kangen kamu juga, tau ..., ah, untung tadi aku ketemu Dizi di kantor dan ngasih tau nomor baru aku. Maaf ya, aku lagi gak buka-buka sosmed sekarang."Dito terkekeh lagi. "Gak papa, kok. Tapi, aku bener-bener pengen liat muka kamu. Kita kan LDR.""Oh iya! Disana malam, siang, sore
Baca selengkapnya
twenty six; love yourself
Alden memarikirkan mobilnya di depan rumah kediaman keluarga Inandra, saat ternyata tidak ada satpam yang sigap dan biasanya langsung membuka pagar untuk kendaraan masuk. Mereka lalu keluar dari mobil dengan tangan Alden yang menggenggam erat tangan Nadiar. Alden berjalan perlahan ke arah pagar, dan ternyata pagar tersebut tidak tertutup. Alden menggeram karena keteledoran satpam rumah tersebut.Alden berjalan masuk dengan tangannya yang semakin erat mengenggam tangan Nadiar. Dapat Alden rasakan tangan Nadiar panas dingin dan embusan napas Nadiar yang juga terasa bergerak cepat akibat takut. Alden menelan ludah, lalu menghampiri pos satpam. Dan Alden terlonjak saat kepala satpam tersebut tepat berada di satu jengkal ujung sepatunya."ABANG!" Nadiar memekik, lalu langsung menutup mulutnya saat Alden menatap Nadiar dengan mata tajamnya.Mereka kembali meneruskan langkah saat melihat perut satpam itu bergerak dan menunjukan bahw
Baca selengkapnya
twenty seven; can't stop the feeling
Ada yang aneh dengan Nadiar 2 hari ini. Ya, 2 hari ini. Nadiar terlihat jadi lebih diam, dan sering melamun menatap ponsel atau layar komputer. Setelah itu, Nadiar hanya diam lesu di tempatnya dengan bahu yang merosot. Nadiar juga jadi tidak fokus dalam pekerjaannya. Alvis yang merasa agak aneh pun langsung memanggil detektif swasta yang waktu itu ia sewa. Namun, laporan mengatakan bahwa tidak ada yang salah dengan kegiatan Nadiar dan semuanya sama saja. Sehabis bekerja, gadis itu langsung pulang dan tidak keluar lagi ataupun kemana-mana lagi. Lalu, kenapa? Apa yang membuat Nadiar tidak seceria biasanya? Apa yang membuat Nadiar tidak menampilkan senyumnya lagi?Alvis mendengus karenanya. Ia lalu mengangkat gagang telfonnya, kemudian menekan satu nomor di sana. Lama, namun tidak ada jawaban di sebrang sana. Mata Alvis memincing, menatap Nadiar yang ternyata sedang duduk diam menatap kosong ke depan. Alvis menghela napas panjang melihatnya. Ia kemudian berdir
Baca selengkapnya
twenty eight; kid in love
Kasih aku satu alasan, kenapa kalian pengen banget Alvis sama Nadiar bersatu?Alvis duduk lesu di tempatnya sambil membiarkan Devan berjalan mondar mandir dengan bahu yang bergetar hebat akibat tertawa, menertawakan Alvis. Ya, menertawakan kebodohan Alvis, dan entahlah. Kenapa juga Devan harus tertawa selama itu hanya untuk menertawakan kebodohan Alvis? Ayolah, ini sudah 5 menit terjadi."Oke," Devan berhenti mondar mandir dan mulai bersuara dengan nada orang menahan tawa. Devan lalu mengembuskan napas panjang, dan mencoba untuk tidak membiarkan bibirnya melengkung ke atas. "Coba lo ulangi? Apa tadi? Lo? Lepasin si Andra demi Nadiar?""Lo salah paham-""Lo sendiri yang bilang kalo 2 hari ini Nadiar gak seceria dulu, dan bikin lo terpaksa lepas si Andra," Devan memotong cepat, membuat Alvis bungkam dengan rahang yang mengeras. Devan kembali tertawa. "Ayolah, dude. Lo akui aja kalo lo d
Baca selengkapnya
twenty nine; sorry
Basah, dan berat. Nadiar merasa tidak mampu membuka matanya. Ia merasa dirinya sudah bangun dari tidur, namun matanya sulit untuk di buka. Perlahan, Nadiar membuka kelopak matanya sedikit, lalu kembali menutup matanya saat cahaya menyerobot masuk memenuhi penglihatannya. Sekali lagi, Nadiar berusaha membuka matanya saat ada panggilan dari sana sini. Nadiar penasaran, suara siapa dan berapa banyak orang yang memanggilnya. Mengapa terdengar banyak? Ada berapa kira-kira?Mata Nadiar akhirnya sepenuhnya terbuka. Awalnya, penglihatan Nadiar buram, namun setelah berkedip beberapa kali dan melihat siluet yang menutupi cahaya, pandangan Nadiar menjadi jelas dan ia dapat melihat wajah khawatir Bundanya yang berlinang air mata."Nadiar! Syukurlah ..." ucap sang Bunda, lalu memeluk Nadiar dengan erat, hingga Nadiar merasa tubuh bagian atasnya sedikit terangkat. Bunda lalu melepaskan pelukannya, kemudian mengelus pipi Nadiar penuh haru. "Kamu tidak apa-
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status