All Chapters of Eleanor: Chapter 91 - Chapter 100
103 Chapters
91-Suasana Hati
Alva menekan beberapa tombol pin unit apartemennya dengan tangan lain yang masih menggenggam pergelangan tangan Elena. Pintu itu terbuka, Alva kembali menarik Elena untuk masuk ke dalam setelah itu membiarkan pintu tertutup dengan sendirinya sampai suaranya terdengar. Sofa lebar berwarna coklat menjadi tujuan kaki keduanya melangkah. Alva mendudukan Elena disana dan ia pun ikut duduk menghadap Elena.“Kamu gak serius dengan ucapanmu kan?” Elena mulai bertanya.“Tentang?” Alva balik bertanya.“Emm untuk tak mengizinkanku pulang.” Elena berucap dengan kegugupan yang menyertainya karena Alva yang menggenggam seraya memainkan jemarinya di bawah sana.Alva tersenyum miring, ia pun menunduk. “Aku serius,” jawabnya. Nafas Elena tertahan saat mendengar itu, ia ikut menunduk memperhatikan kedua tangan yang saling berpautan dengan kegugupan yang ia rasakan.“Aku ingin bersama mu malam ini,&rd
Read more
92-Menunggu Lama
Mobil hitam itu berhenti tepat di depan pagar rumah Rachel yang beberapa hari lalu Alva datangi. Belum ada tanda-tanda Rachel akan beranjak dari kursi samping kemudi, Alva pun menoleh dan mendapati Rachel yang menunduk memainkan jemarinya.“Sudah sampai,” ucap Alva yang mengira bahwa Rachel sedang melamun.“Masuklah dulu.” Rachel menoleh membalas tatapan Alva.“Gak perlu, gue mau langsung pulang.”“Aku sendirian di rumah, bisa temani aku sebentar?” Rachel terdengar begitu ingin Alva mengunjungi rumahnya, rumah yang dimana dulu tinggalah seseorang yang Alva cari. Seseorang yang kini telah meninggalkannya.“Gue-““Aku mohon.” Alva hendak kembali menolak, tapi Rachel lagi-lagi memohon.Setelah mengetahui Rachel adalah adiknya, perasaan Alva kini berubah. Sikap cuek dan tak peduli begitu saja terkikis, apa karena Rachel adalah anak dari Kalina juga. Alva merasa ia mem
Read more
93-Salah Paham
Elena kesal melihat Alva yang sedang mempermainkannya. Ia butuh kepastian apakah semalam dirinya dan Alva tidur seranjang atau tidak. Jawaban tidak sangat Elena harapkan, entahlah kalau jawabannya tak sesuai keinginan sungguh Elena merasa sangat bersalah. Tapi Alva lah orang yang perlu ia salahkan karena yang memindahkannya ke tempat ini kan Alva.“Jangan mempermainkanku Alva! Cepat jawab!” Elena melipatkan kedua tangannya di depan dada, dengan mata yang menatap tajam laki-laki yang terus tersenyum menyebalkan.Alva mulai beranjak dari ranjang, mendekat ke arah Elena dan ikut melipatkan kedua tangannya. Elena masih menatapnya tajam, tapi sama sekali tak membuatnya takut. Mata kecil Elena yang membulat begitu menggemaskan.“Memang kenapa kalau kita tidur seranjang?” tanya Alva kemudian, menantang Elena dengan sorot matanya.Elena yang tak dapat mempertahankan posisinya itu mulai mengerjap. “Ya, i..itu gak boleh Va,” jawa
Read more
94-Rumor
“El.” Alva kembali memanggil Elena yang memandang ke arah luar. Elena masih diam belum menjawab pertanyaannya tentang permasalahan yang sedang mereka alami saat ini. Elena bilang tak ada masalah, tapi gadisnya ini mendiamkannya. Alva tak mengerti, apakah ada yang salah dengan dirinya?“Yang.” Kini Alva merengek, ia tak tahan jika Elena mendiamkannya seperti ini. Alva menarik-narik pakaian Elena, mencari perhatian agar Elena mau berbicara padanya.“El,” kini Alva menarik pipi Elena dan hal itu berhasil membuat Elena menggeram kesal.“Sakit Alva!” seru Elena marah.“Beritahu salahku apa El,” desak Alva agar Elena mau memberitahunya.“Ish! Aku kesel kamu yang malah memperburuk keadaan bukannya kasih penjelasan ke Felic kalau kita gak macam-macam!” Elena berbicara dengan nada ketusnya.“Memperburuk keadaan gimana?” Elena memutar bola matanya malas.“
Read more
95-Pilu
Dua orang yang menempati meja dekat jendela itu masih saling diam. Rosie yang memandang keluar jendela memperhatikan keadaan di luar sana, sedangkan Rachel yang menunduk seraya mengaduk minumannya. Mulai tak nyaman dengan keadaan ini, Rachel pun menghembuskan nafas pelan seraya menempelkan punggungnya pada sandaran kursi. Ia mulai memandang lurus ke arah Rosie yang belum mengatakan alasannya kenapa mengajak bertemu pagi ini juga.“Apa yang anda ingin sampaikan Nyonya Rosie?” tanya Rachel yang sudah tak tahan dengan keadaan saling diam.Helaan nafas Rosie terdengar, masih dengan memandang keluar ia pun menjawab, “Aku penasaran kenapa kamu dan Alva bisa ada di pemakaman itu?” akhirnya Rosie mengatakan maksudnya.Hal yang sudah Rachel duga sebelumnya, dan dugaan itu benar rupanya. Beberapa saat Rachel terdiam, sampai Rosie mulai menoleh ke arahnya karena gadis itu yang tak langsung menjawab.“Kenyataan ini sangat mengejutkan, ha
Read more
96-Publik
“Ya, aku memiliki hubungan yang cukup dekat dengannya.”“Apa kalian pacaran? Kamu terlihat memasuki rumah Rachel Aditya malam tadi. Apakah itu benar kamu Alva?”Alva tersenyum tipis, ia menunduk sebentar dan kembali memperlihatkan wajahnya pada kamera. “Dia adikku,” jawaban itu mengejutkan semua awak media.“Adik? Bukannya adikmu adalah Felicia?” tanya salah satu reporter yang ada di sana. Alva tak langsung menjawab, ia hanya menampilkan senyumnya di sana membuat semuanya penasaran akan apa yang Alva katakan selanjutnya.“Aku baru mengetahui kenyataan yang cukup mengejutkan.” Apa yang Alva utarakan begitu membuat riuh.“Nyonya Rosie, pemilik Rosie boutique yang cukup terkenal dikalangan para selebriti itu adalah ibumu, bukan begitu?” Alva menoleh pada reporter yang baru saja bertanya dan kembali menampilkan senyum tipisnya di sana.“Ibu kandungku bernama Kalina,&rd
Read more
97-Penerimaan
Roy mengusap bahu Rosie beberapa kali, ia mencoba menenangkan Rosie yang tak tenang semenjak penyampaian Alva pada media. Ponselnya berdering sejak tadi, beberapa pesan sempat Rosie terima tak lain mereka menanyakan kebenaran atas apa yang Alva sampaikan dan beberapa lainnya kembali mengulang masa lalu. Hal yang sangat Rosie khawatirkan saat ini, mereka yang tahu kembali mengungkit apa yang telah terjadi. Keterpurukan yang sudah Rosie kubur dalam-dalam dan menggantikannya dengan gemerlap yang merubah segalanya. Sungguh ia tak ingin masa itu kembali datang.Suara pintu terbuka membuat keduanya menoleh. Terlihat Reno yang hanya datang seorang diri tidak bersama seseorang yang ingin mereka temui saat ini.“Mana Alva?” tanya Rosie yang tak melihat keberadaan Alva memasuki ruang tunggu agensi musik itu.“Dia masih di studio, baru bisa ditemui 15 menit lagi. Maaf membuat Tuan dan Nyonya menunggu lama.” Reno menunduk memperlihatkan rasa hormatny
Read more
98-Jangan Pergi
Perasaan apa ini? Kenapa begitu sakit? Seharusnya aku tak merasa kecewa, kenapa malah sebaliknya, batin Elena dengan tangan yang terus menggenggam erat pegangan pintu. Emosi yang ia rasakan sedang tak dapat bekerja sama. Tangan Elena menutup pintu dengan kasar, gerakan di luar kendalinya membuat ia sendiri terkejut.Takut ketahuan, Elena pun bergegas menjauhi pintu dan masuk ke kamar mandi. Berharap kedua orang yang ada di luar tak mendengar suara itu. Tenang El, mereka pasti gak denger, batin Elena menenangkan diri sendiri.Elena menghadapkan tubuhnya ke arah cermin wastafel yang ada di kamar mandi. Ia mengusap wajahnya, memejamkan mata sebentar seraya menarik nafas panjang dan menghembuskannya kasar.“Kenapa sesakit ini sih liat mereka pelukan.”“Gak boleh El, kamu gak boleh kayak gini. Mereka saudara, tapi kenapa tatapan Rachel…” Elena menggelengkan kepalanya, ia membuang pikiran buruknya terhadap Rachel. Bayangan akan Al
Read more
99-Rasa Nyaman
Punggungnya terasa pegal, padahal sudah diganjal oleh bantal. Elena mulai membuka matanya, ia menunduk melihat Alva yang begitu pulas dipelukannya. Lengannya yang Alva tindih ingin sekali Elena gerakan tapi takut Alva terbangun. Elena mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan jam dinding. Pukul dua dini hari, waktu saat ini. Rupanya sudah beberapa jam mereka dalam posisi seperti ini. Sebelumnya Elena meminta Alva untuk tidur di kamar, tapi Alva ingin Elena menemaninya. Karena enggan dan tak enak jika harus berduaan di dalam kamar Elena pun menolak. Bersikukuh tak ingin tidur tanpa Elena, Alva pun mengatur posisi tidur dan hasil akhirnya seperti ini. Elena pikir Alva hanya akan bertahan sebentar saja dengan posisi tidur itu, tapi nyatanya tidak. Ia begitu pulas tidur di lengan Elena dengan tangan yang melingkar di pinggang Elena. Sungguh, Elena merasa memiliki bayi besar.Bagaimana tidak pulas, kalau di lihat-lihat Alva tidur dengan posisi cukup nyaman. Kakinya ia selonjork
Read more
100-Restu Rosie
Ini pertama kalinya Elena memasuki ruang kerja Rosie, ia mengagumi ruangan yang didesain sangat cantik dengan perpaduan warna putih dan gold yang memang merupakan tema warna butik Rosie. Namun, hal itu bukan yang menjadi fokusnya saat ini, tetapi tujuan Rosie melibatkan dirinya atas pertemuannya dengan Alva memberikan tanda tanda tanya besar untuknya. Ada apa ini, tidak seperti biasanya.“Jangan khawatir, ada aku disini,” ucap Alva tiba-tiba. Sepertinya ia mengetahui kekhawatiran dari raut wajah Elena.Elena tersenyum tipis, ia menunduk seraya mengulum bibirnya. Sungguh ini menegangkan baginya. Rasa penasaran membuatnya semakin tegang, apa kabar nanti? Elena berharap masih dapat bernafas dengan lancar.Pintu ruangan terbuka. Rosie yang tadi izin keluar sebentar kini sudah kembali. Elena semakin menunduk, rasanya ia segan untuk mengangkat wajahnya. Berbeda dengan Alva yang duduk santai dan terlihat biasa saja.“Maaf menunggu lama,”
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status