All Chapters of Pesona Dosen Killer: Chapter 21 - Chapter 30
101 Chapters
Bab 21 Malam Minggu
Raina terus memukul Anes dengan guling. Perang dimulai! Tak ada ampun untuk Anesya Paramitha. Anes mengaduh. Namun, mulutnya tertawa. Dia terpojok di atas ranjang. Sore ini, mereka baru selesai belajar bersama di rumah Raina. Minggu depan akan ada Ujian Pengendali Mutu. "Udah, dong, udah! Nyonya Nusakambangan dendam banget orangnya!" Raina mengayunkan gulingnya semakin tinggi. "A-ampun!" Anes mengangkat kedua tangan. "Semua tentang gue lo sampaikan ke Si Bapak Nusakambangan itu?" tanyanya gregetan. "Nggak, nggak! Nggak semua. Yang ditanya aja!" "Dia tanya semua hal?" tanya Raina dengan mata berkilat. Gulingnya sudah diempaskan. "Hmmm, i-iya, kadang." Anes takut diamuk lagi oleh sahabatnya. "Jangan, dong, Nes! Lo ada di pihak gue, dong! Berhenti aja lo jadi temen gue kalo masih ember sama dia!" Raina sedang rebahan. Dia menyedekapkan tangan. Anes ikut merebahkan diri di sebelah Raina. "Iya, iya, nggak lagi! Padahal lo harusnya terima kasih sama gue! Kan jadi punya ide tambahan
Read more
Bab 22 Make Over
"Kamu ngapain? Masa kecil kurang ngeliat cowok ganteng jadinya liatin pasir?" tanya Irham sambil tersenyum. Irham hampir saja menanyakan masa kecil kurang bahagia seperti yang suka diguyonkan kebanyakan orang. Hampir saja! Bagaimana kalau Raina menjawab iya? Wanita di hadapannya memang tampak ceria, tapi pasti jauh di dalam hatinya penuh kerapuhan. Irham tidak menyesal sudah menyampaikan kalimat aneh seperti itu. Tentu masih lebih baik daripada dia bertanya apakah masa kecil kurang bahagia. Pria itu mengembuskan napas pelan. ""Besok siang, kamu mau menemani saya, 'kan?" Pertanyaan ini kenapa terdengar norak di telinga Irham sendiri. "Nggak mau, Pak!" "Padahal saya sudah belikan baju bagus!" Irham menyandarkan tubuh jangkungnya pada mobil. "Bapak kasih ke Anes aja." Raina memutar mata. Siapa juga yang suruh beli baju? "Mana muat dia pakai baju ini!" Irham menikmati segala cara penolakan dari wanita di hadapannya. "Jadi, nilai tugas pra ujian kemarin pakai nilai asli saja?" Rain
Read more
Bab 23. Heels Swarovsky
Raina menatap Anes bingung. "Lo ngajak Adli?"Mereka memang bersahabat dengan Adli. Namun, tidak di tahap Anes bisa mengajak pria itu ke undangan. Demi apa pun, Anes tidak pernah melakukannya selama hampir tiga tahun berteman dengan Adli."Jangan melotot gitu, dong! Nggak seperti yang lo pikirin," gumam Anes.Mereka mengakhiri pembicaraan tentang Adli Winata karena pria itu membuka pintu dan duduk manis di jok belakang. Mobil pun kembali melaju menuju tempat acara."Rai, lo suka mawar putih, 'kan?" Adli menyodorkan satu buket mawar ke tangan Raina.Wanita itu belum selesai memikirkan apa hubungan Anes dan pria yang dicap sebagai pacar bohongan. Sekarang, dia harus bahagia atau takut menerima bunga dari Adli? Kalau Anes menyukai Adli, tentu dia tidak pantas melakukannya."Astaga, jadi lo ke toko bunga buat beli bunga itu?" Anes menoleh ke belakang, menatap Adli geli."Terus gue harus beli apaan?" tanya Adli kesal. "Rai, terima, dong! Apa-apaan lo nolak buket bunga dari cowok paling gan
Read more
Bab 24 Ayo, Segera Menikah!
"Mandangin pelaminan terus! Kan gue belum lulus kuliah." Adli sudah berdiri di samping Raina "Geli banget omongan lo!" seru Raina setelah menoleh kepadanya. Adli cekikikan mendengar itu. Dia paham betul bahwa Raina adalah tipe wanita yang terkadang tidak suka romantisme. "Anes mana?" "Anes ke kamar mandi. Lagi apa?" "Lagi mikir. Emangnya menikah sebahagia mereka?" Raina kembali mengarahkan pandangan pada sepasang pengantin di depan sana. Adli ikut fokus pada pasangan suami-istri yang baru saja sah tersebut. "Mereka bahagia!" Pria itu mengatakannya karena melihat pengantin sedang tertawa bersama dan saling menatap. Raja dan ratu sehari yang sedang mereka lihat sedang melakukan photoshoot untuk album pernikahan. Gaya memeluk, saling menatap, tertawa, dan beberapa adegan romantis lainnya dicoba satu per satu. Adli dibuat menelan ludah menyaksikan pemotretan tersebut. Dia menyugar rambutnya yang mulai gondrong. "Kita juga bisa bahagia, Rai!" serunya menyalurkan semangat. "Lo tau
Read more
Bab 25 Wangi Bunga Pengantin
"Ayo, segera menikah, Raina!" Raina mencari kebenaran di mata Adli. Tidak mungkin pria itu mengatakanya dengan serius."Ya ...cari pasangannya dululah!" Akhirnya sewot juga. Diajak menikah oleh Adli Winata? Yang benar saja! Ini jauh lebih aneh dibanding dilamar Irham Nusahakam. "Lo nggak ngerti kata ayo? Ayo! Ayo tuh artinya nikah sama gue!" Adli mengeluarkan emosinya yang tidak seberapa itu. "Beneran nggak paham atau cuma pura-pura aja, sih?!" Dia mengacak rambutnya kasar. Raina terdiam. Dia menahan tawa. "Jangan pernah keluar kalimat menyeramkan kayak gitu lagi dari mulut lo! Gue nggak mau, ya, dunia permedsosan gempar. Keep your silent!" Raina mengisyaratkan mengunci tangannya dengan jari. Dia sangat memahami seberapa terkenalnya Adli di luar sana. Jadi, sangat tidak mungkin seorang Adli Winata mengatakan hal semacam itu. Sementara, Irham mendengkus melihat Adli yang frustrasi. Apakah cowok itu akan bergabung dengan mahasiswanya sendiri sebagai barisan patah hati? Tidak lucu! Di
Read more
Bab 26 Siapa Merebut Siapa?
"Terakhir kali saya tanya kamu. Mau ... menikah sama saya?" Raina menundukkan kepala. Dia menjalin jari jemarinya. Tiba-tiba terlintas bisikan Sheiza. Tentang kebaikan Irham yang tak bisa dipungkiri. Haruskah Raina memukul dirinya sendiri untuk mengurangi pikiran-pikiran negatif tentang rumah tangga? Tanpa sadar, sudut mata wanita itu menitikkan air. Bagaimana bila dirinya tidak seperti yang diharapkan Irham? Bagaimana bila Irham meninggalkannya? Bagaimana bila dia tidak bisa hidup tanpa Irham? Bagaimana bila ada sesuatu di antara Maira dan Irham? Dia ingin tak bodoh sendirian. "Hei, kamu kenapa?"Irham membungkukan badan demi melihat mata Raina. "Nggak bisa jawab? Galau? Ya sudah, kamu nggak usah jawab. Aku nggak akan bertanya lagi tentang pernikahan." Irham tersenyum. Dia menegakkan badan dan mulai mengemudi. Pikiran Irham melayang. Mungkin memikirkan alasan Raina menangis. Apakah dirinya sangat menakutkan sampai gadis ceria seperti Raina menangis? Irham memasukkan kembali kotak
Read more
Bab 27 Masih Kalah Jauh
Ma-sih-ka-lah-ja-uh. Raina mengerutkan kening setelah membaca chat Anes di grup. Yang lebih mengejutkan lagi adalah foto terkutuk itu. Apa mungkin Irham memotret dirinya saat tidur? Raina mengusap wajahnya dengan gusar. So sweet ...! Ngiler g tuh? Baju Raina sama kayak yg foto sama Adli Di mana, sih, mereka? Kenapa gue g diajak? Eh, Raina, pilih yang mana jadinya? Tolong putuskan skrg Sisakan satu buat kami para jomlo Cowok Bersama dilepas aja Pak Irham, saya siap menikah. Adliiii serasiii sama Rainaa, tp lebih serasi lagi sama gue. Raina g ush pilih dua-duanya pilih gue aja. KM paling tamvan sekampus ini Hoex Ngaku-ngaku lo! Obrolan-obrolan terus saja berebut memenuhi ruang WAG. Tak peduli esok ada ujian. Mengobrol memang lebih asyik daripada belajar. Raina melempar HP-nya ke kasur karena kesal. Inikah yang dinamakan senjata makan tuan? Wanita itu sengaja mengirim foto saat berdua Adli ke grup. Tujuannya agar hubungan mereka kembali seperti semula. Semua teman-teman k
Read more
Bab 28 Go Public Paling Serius
Anes belum mengganti baju dan celana training. Dia bahkan tidak berniat untuk beranjak ke mana pun. Wanita itu menggigit jari jempol tangan kirinya perlahan. Ini adalah kebiasaan lama yang muncul karena gugup. Mawar putih di atas nakas terlihat indah. Anes memandangnya sambil rebahan. Bunga itu ditinggalkan Raina di mobil Anes, bukan? Raina tidak membutuhkannya lagi, 'kan? Anes tidak berniat membawanya ke sini. Anes terus bertanya-tanya dalam hati. Dia kembali mengeluarkan HP dari saku celana training. Semakin dilihat, dadanya semakin terasa sesak. Potret yang sedang dilihatnya memang gambar biasa. Dia juga sering berfoto dengan Adli seperti itu. Namun, bukan itu masalahnya. The problem is Adli yang tidak pernah posting foto wanita mana pun. Kini dengan berani meng-upload foto bersama Raina. Itu artinya apa? Bukankah jelas? Adli serius terhadap perasaannya. Adli Winata adalah pria yang menerima godaan dari wanita mana pun. Pria itu sangat ramah dan bersahabat. Namun, sahabat terd
Read more
Bab 29 Ujian Perasaan
Go public paling serius. Kalimat ini tetap tampak narsis meski dilihat dari sudut mana pun. Raina bisa melihat foto yang tadi malam Irham kirim ke grup kini berpindah ke feed I*******m. Pria itu bahkan membubuhkan caption 'Go publik paling serius'. Raina buru-buru membuka laman media sosial dan mencari nama Irham Nusahakam. Ternyata benar, memang fotonya ada di sana. Saru-satunya postingan pada feed pria menyebalkan itu. Apa Raina perlu merasa istimewa? Tidak! Kekesalannya malah semakin menggumpal dalam dada. Hal ini pasti membuat tujuh ribu lebih followers Irham sudah atau akan segera melihatnya. Raina ingin segera mencak-mencak di kantor Irham, tapi urung. Dia harus menyelesaikan ujian susulan. Raina mengetikkan sesuatu pada obrolannya dengan Irham. 'Apa pekerjaan bapak kurang melelahkan?' Tak lama Irham langsung membalas 'Sangat melelahkan ditambah penantian lamaran saya yang entah kapan diterima.' 'Kalau begitu, kenapa bapak meladeni mahasiswa yang kurang kerjaan?' 'Ini se
Read more
Bab 30 Wanita Lugu yang Bagai Putri Kerajaan W*****n
'Hapus sendiri? Emangnya Si Bapak Nusakambangan nggak takut gue retas apa HP-nya?' Pikiran Raina terus dipenuhi pertanyaan. "Password-nya apa?"gumam Raina. Dia merasa dipermainkan. 'Untuk apa Pak Nusakambangan itu ngasih HP kalau password-nya aja, gue nggak tahu?!' Raina menghentakkan kaki. Dia berjalan menelusuri lorong lantai 4. Setelah menuruni anak tangga tiga lantai, Raina akhirnya sampai di ruang dosen. Dia mengetuk pintu. "Permisi, Bu, Pak." "Pasti mau ketemu Pak Irham!" celetuk dosen pengantar pendidikan sambil tersenyum. Dosen wanita itu sudah cukup berumur untuk meledeknya. Apa gosip 'go public paling serius' sudah menyebar sampai ke ruang dosen? Raina bergidik ngeri. Raina membungkukkan badan hormat. Dia melewati dosen-dosen yang sedang bersantai di sofa untuk sampai ke ruangan Irham. "Kamu Raina Atqiyya?" tanya seorang dosen wanita. Entah mengampu mata kuliah apa? Raina tidak pernah mengikutinya. Dosen muda itu menyedekapkan tangan saat Raina mengangguk. "Wah, pad
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status