All Chapters of Iddah: Masa Tunggu yang Ternoda: Chapter 21 - Chapter 30
33 Chapters
Perjuangan Seorang Istri
Lima mobil terparkir di depan rumah Ratih sejak pagi. Begitu juga dengan beberapa motor yang memadati halaman. Hari ini keluarga besar mereka berkumpul. Pertemuan seperti ini pernah terjadi, ketika pernikahan Rahman dan Bima. Sekarang, mereka duduk bersama untuk mencari jalan tengah atas kasus Bima. "Mbak mohon bantuan kalian untuk menghadiri mediasi yang akan dilakukan dua hari lagi. Kita akan berkunjung ke rumah orang tua Dina untuk meminta maaf," ucap Ratih seraya memandang satu per satu keluarganya. Wajah tua itu menatap dengan penuh harap agar putra keduanya bisa segera mereguk kebebasan."Insyaallah kami bersedia datang. Mbak jangan khawatir. Kami juga akan membantu biayanya jika diperlukan," kata salah seorang paman. "Alhamdulillah. Terima kasih. Mbak juga bingung harus bersikap apa. Jalan satu-satunya cuma perundingan," lanjutnya. Selama Bima ditahan, Ratih tak nyenyak tidur dan tak berselera makan. Hati wanita itu juga tak tenang me
Read more
Kembali
Setelah laporan dicabut oleh keluarga Dina, Bima kini bebas. Kepulangannya disambut meriah oleh keluarga. Ratih mengadakan syukuran dengan membagikan makanan ke panti asuhan. Sejak pagi dia sibuk berbelanja dan mengatur menu untuk acara pengajian. Annisa membantu ibu mertuanya membersihkan dapur setelah mereka berbuka puasa bersama. Keluarga besar Ratih berkumpul dan mengadakan tarawihan berjemaah di rumah. Bima sendiri sedang bermain dengan Attar di kamar untuk melepas rindu. Sejak tiba di rumah ibunya, Bima berulang kali melirik sang istri, tetapi Annisa memilih diam dan sepertinya menghindar. Wanita itu bahkan tak menjemputnya. Hanya ibu dan beberapa paman yang datang ke rumah tahanan. "Ibu, kerjaannya udah selesai apa belum?" bisik Bima saat berdiri di samping Annisa yang sedang menyusun piring di rak. Attar sudah tertidur sejak tadi karena asyik bermain. Beberapa sepupu Bima datang membawa anak mereka sehingga rumah menjadi riuh d
Read more
Licik
Taksi online itu berhenti di depan sebuah gedung perkantoran yang cukup besar di pusat kota. Sebelum membuka pintu mobil, Bima membayar biaya perjalanan dengan uang cash. Setelah insiden kecelakaan, mobil operasionalnya ditarik sebagai barang bukti penyidikan. Setelahnya, kantor meminta pihak kepolisian untuk mengembalikannya. Bima sudah tak punya kendaraan pribadi karena motornya sudah dijual, untuk membiayi banyak hal atas permintaan Annisa dulu sebelum menikah. Saat menghirup udara bebas, Bima menelepon divisi HRD untuk menyampaikan kabar baik. Dia berharap tetap bisa masuk kerja seperti biasa setelah kasusnya dicabut. Dengan hati senang, Bima memasuki ruangan. Laki-laki itu terkejut ketika mendapatkan sambutan yang tak enak. Beberapa karyawan menyapanya dengan sikap yang janggal. "Ada apa?" Bima bertanya kepada salah satu staf kepercayaannya."Bapak sudah bebas?" "Alhamdulillah. Saya hanya ditahan sementara. Meman
Read more
Bekerja
"Allaahu Akbar Allaahu Akbar Allaahu Akbar, Laa Illaa Ha Illallahu Waallaahu Akbar.  Allaahu Akbar, Walillaahil Hamd."Hari-hari berlalu dan Ramadan sudah di penghujung waktu. Setelah tiga puluh hari menunaikan ibadah puasa, kini saatnya umat muslim di dunia merayakan hari kemenangan. Annisa sedang bersiap dengan gamis terbaru beserta hijabnya. Attar sejak tadi berada dalam gendongan Bima. Sementara Ratih sedang menyiapkan mukena. Mereka akan pergi salat Idul Fitri di masjid raya. "Udah selesai?" tanya Bima seraya masuk ke kamar untuk menemui istrinya. "Sedikit lagi," jawab Annisa. Wanita itu memoleskan lipstik berwarna pink, agar wajahnya lebih berseri. "Ayo nanti terlambat," ajak Bima sembari melihat jam di tangan. Hari masih gelap. Mereka akan datang lebih awal agar bisa salat di dalam masjid. Setiap hari raya, para jemaah salat bisa membludak hingga ke jalan raya. Annisa meraih Attar dari gendongan Bima d
Read more
Penggoda
Waktu dengan cepat berlalu, hingga tak terasa sudah hari terakhir training. Hari ini adalah hari ke tujuh, itu berarti besok para peserta sudah mulai aktif bekerja. Di hari penutupan tidak banyak materi yang dibagikan, hanya post test yang harus dikerjakan peserta untuk melihat seberapa paham mereka dalam menerima materi.  "Baiklah. Kita tiba di sesi terakhir. Kami akan memberikan job desk kepada Bapak-Ibu semua."Begitulah ucapan dari kepala HRD. Selama training berlangsung, dia hanya tampil sesaat pada waktu pembukaan hari pertama, serta penutup di hari terakhir acara. Selebihnya, materi diisi oleh berbagai divisi lain, dan tentunya ada Andra yang sesekali masuk dan memantau situasi.Andra benar-benar mengawasi selama training berlangsung, memastikan sendiri bahwa semua berjalan dengan lancar. Peserta yang tidak banyak, tentu saja memudahkan panitia untuk mengurus segala sesuatunya."Selamat bergabung." Sambutan Andra begitu hangat, k
Read more
Pertolongan
Bima menatap Annisa dengan intens. Istrinya banyak berubah semenjak bekerja. Wanita itu lebih pintar berdandan. Penampilannya juga berubah. Gamis panjangnya kini berganti gamis kerja yang formal. Hijabnya juga lebih berwana dan bermotif."Sekarang makin cantik, ya?" ucap Bima saat melihat Annisa sedang bersiap-siap. Sudah satu bulan ini istrinya bekerja dan rumah terasa sepi.Attar masih tidur dengan lelap di dalam box. Setiap hari Annisa bangun di subuh hari dan menyiapkan sarapan, lalu berangkat kerja pagi-pagi sebelum putranya terbangun."Namanya kerja mana boleh kucel. Ditegur sama orang kantor aku," jelasnya."Iya, deh."Bima berjalan ke luar dengan malas. Melihat itu, Annisa mengejar suaminya dan memeluk laki-laki itu dari belakang. "Jangan ngambek. Nanti kalau kamu udah kerja lagi, aku resign," bujuknya. Bima terdiam dan menggenggam jemari istrinya. Laki-laki itu seperti kehilangan semangat, karena belum mendapat pe
Read more
Nasihat Ibu
Ratih menatap anak dan menantunya dengan lekat. Melihat kondisi mereka, hatinya sebagai seorang ibu merasa terenyuh. Apalagi rumah kontrakan yang tadinya terlihat rapi dan bersih, kini berantakan sejak Annisa bekerja."Sampai kapan kalian mau begini? Ini sudah baru sebulan. Gimana nanti kalau terus-terusan?" tanya Ratih serius. Malam ini dia menginap karena ingin memberikan wejangan kepada anak-anaknya. Annisa tertunduk sementara Bima membuang wajah. Mereka juga tak menginginkannya, tetapi untuk sementara inilah yang terbaik. "Bima. Kamu sudah Ibu berikan tawaran untuk membuka usaha. Biar Attar Ibu yang urus kalau Nisa kerja. Kalian pulang ke rumahbiar gak usah bayar kontrakan lagi," lanjut Ratih. "Ini pilihan kami, Bu," jawab Bima. Dia tak bisa menyalahkan Annisa karena wanita itu sudah banyak berkorban."Ibu tau. Bukannya mau ikut campur. Ini semua demi Attar. Pikirkan!" Ratih berlalu dan masuk ke kamar. Sementara itu Bim
Read more
Harapan
Bima menatap layar laptop dengan tak percaya. Lamaran pekerjaan yang dia kirim minggu lalu, kini ada balasannya. Ternyata Dyara memang benar-benar membantu kali ini. Besok laki-laki itu diminta datang untuk interview."Aku dipanggil kerja." Bima mengetikkan pesan kepada istrinya. Mau nanti dibalas atau tidak oleh Annisa, yang penting dia sudah memberi kabar. Dia mengerti bahwa selama jam kerja, Annisa tak boleh diganggu.Bima membuka lemari, melihat beberapa koleksi baju untuk dipakai besok. Hatinya senang bukan kepalang karena ada harapan baru bagi masa depan keluarga mereka. Setelah memisahkan kemeja dan celana yang sudah dipilih, laki-laki itu memeriksa beberapa email lain. Ada banyak email di kotak masuk yang tidak dia baca karena isinya juga tak terlalu penting.Setelah selesai membereskan perlengkapannya, Bima menghubungi ibunya. Dia ingin berbagi kabar baik ini, sekaligus meminta doa agar wawancara besok berjalan lanca
Read more
Pilihan
Annisa menarik napas panjang sebelum masuk ke ruangan itu. Biasanya dia santai saja, tetapi hari ini agak sedikit gugup karena akan mengucapkan salam perpisahan. "Masuk, Nisa," kata Andra ketika wanita itu mengetuk dan membuka sedikit daun pintu. Aroma harum seketika menguar di indra penciuman Annisa. Tak hanya ruangan ini yang wangi, tetapi juga pemiliknya. Itulah yang membuat daya tarik Andra begitu kuat di mata kaum Hawa. "Ini berkasnya, Pak," ucapnya sembari meletakkan setumpuk kertas di meja. Andra mengambilnya lalu membaca dengan teliti."Duduk dulu, lah. Kok tegang begitu," kata Andra heran seraya menatap Annisa dengan lekat. "Eh iya, Pak." Annisa menarik kursi dan duduk dengan gelisah. Gesture tubuhnya terlihat jelas sehingga membuat Andra menghentikan aktivitasnya."Kenapa?""Itu, Pak. Mengenai status karyawan saya," kata wanita itu memulai."Kalau sudah 3 bulan jadi karyawan tetap. Kan suda
Read more
Kabar Baik
Annisa mengancingkan baju Bima dengan sabar lalu merapikan letak kerahnya. Wanita itu sudah bangun sejak subuh dan menyiapkan sarapan seperti biasanya. Attar masih tertidur di boks dengan nyenyak. Sudah beberapa hari ini anak itu kembali ke rumah. Annisa sendiri sudah resign karena Bima diterima bekerja. Sekalipun ada rasa cemburu di hati wanita itu, tetapi dia berterima kasih kepada Dyara. Berkat bantuannya, kehidupan mereka kembali normal seperti dulu."Papa ganteng gak, Bu?""Iya, ganteng.""Pasti nanti banyak cewek yang naksir kayak dulu," goda Bima."Terserah Papa aja. Kalau mau naksir balik ya silakan," kata Annisa seraya mengusap kedua lengan baju suaminya dan memastikan bahwa semua sudah rapi."Ibu cemburu?" goda Bima lagi."Gak.""Gak salah lagi. Ya, kan?"Annisa tersenyum dan menarik lengan Bima menuju dapur, lalu menyuruh suaminya duduk. "Makan yang banyak, ya," ucapnya seraya mengambilkan nasi. 
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status