Semua Bab The Wedding Agreement: Bab 21 - Bab 30
104 Bab
Apa Yang Kamu Inginkan
Kristan yang membopong Bella seperti karung beras keluar dari ruang kantornya sampai ke parkiran dimana mobilnya di letakkan di sana. Sesampainya di parkiran mobil. Kristan membuka pintu penumpang dan menurunkan Bella dari gendongannya. Ia menyuruh Bella untuk masuk ke dalam mobil. "Masuk Bella," kata Kristan dengan ketus "Aku tidak mau!" kata Bella dengan kesal sambil melemparkan pandangan ke arah lain. Lihat saja bagaimana orang-orang yang memandang ke arah kami. Mereka pasti berpikir kalau Bella dan Kristan sedang melakukan lelucon. Padahal yang terjadi sebaliknya, Bella dilanda dilema. Kristan sangat menyebalkan, ia selalu saja menekan Bella dengan segala aturan yang telah Kristan buat. Apakah Kristan tidak tahu, Bella juga manusia, memiliki perasaan yang tidak bisa ditekan terus menerus. Ia akan berontak jika ada yang tidak sesuai dengan harapannya. Nafasnya terdengar kesal ketika melihat Bella yang tidak mau diatur sama sekali olehnya. Dengan sekali dor
Baca selengkapnya
Aku Tak Percaya Ini
"Hei ... hei ... apa yang kamu lakukan Kristan." Kristan tiba-tiba saja menggendong Bella tanpa persetujuan Bella lebih dulu lalu melangkah pergi entah kemana. Keluar dari kamarnya, refleks, tangan Bella langsung melingkar ke lehernya. Tatapannya langsung terarah pada mata Kristan. Kristan membalasnya dengan menatap sebentar lalu melihat lurus ke depan dimana ia sedang berjalan.  "Kita mau kemana sih? Kenapa kamu nggak mau kasih tahu aku? Aku nggak terbiasa buat suatu kejutan Kristan." "Diam dan nikmatilah. Nanti kamu juga tahu kemana kita akan pergi." Kami sampai di teras rumah di lantai atas dan Kristan mendudukkan Bella pada sebuah kursi. Terlihat sangat jelas dari Bella duduk saat itu, bagaimana pemandangan malam yang sangat cerah menyambutnya beserta dengan kesejukan yang menerpa tubuhnya. Angin sepoi-sepoi berhembus membuat rasa nyaman hinggap ke sanubarinya.  Tak lama pelayan yang di suruh tadi datang dengan sebuah kembang api
Baca selengkapnya
Terperangkap
Bella mengucapkan dengan lantang bagaimana rasa sakit hatinya ketika ia mengetahui apa yang telah Kristan lakukan barusan. Bella tidak percaya ini, ada ya laki-laki seperti Kristan yang bisa membuatnya hampir saja gila. Bella mengira bahwa ia bisa berbaik hati sama Bella malam ini dimulai dari caranya yang romantis sampai memberikannya sebuah barang berharga. Ia telah memberikan sebuah kejutan yang sangat membuat Bella senang. Sampai detik itu, Bella mengganggap Kristan termasuk laki-laki yang perhatian dan tak lagi mengganggapnya laki-laki yang dingin dan di bencinya. Namun saat Kristan menghancurkan barang yang sudah ia beri seperti barang tidak berharga sama sekali, Bella jadi tersadar. Sepertinya dugaan yang Bella rasakan ternyata salah. Kristan bukan laki-laki romantis melainkan laki-laki brengsek yang ia ketahui sampai detik ini.  Bella berbalik, ingin pergi menjauh biar mengurangi rasa sakitnya. Tapi tidak bagi Kristan. Ia tidak mau membiarkan Bella pergi
Baca selengkapnya
Melarikan Diri
Teriakan Bella menggema di seluruh kamar yang Bella tempati saat ini. Begitu menyedihkan sekali. Bagaimana mungkin Bella bisa terperangkap di dalam kamarnya sendiri. Bella harus mencari cara agar Bella bisa keluar dari kamar dan pergi ke kantor. Banyak yang harus ia kerjakan, ia tidak mau membuang-buang waktu secara percuma. Tak hanya itu, berada di dalam kamarnya membuat Bella tak bisa bernafas.  Aku berjalan ke arah jendela kamar dan ku buka jendela itu dengan cepat. Pertama kali terlihat sinar matahari yang sangat cerah langsung bersinar. Karna kamar ini ada di lantai dua, aku melihat lebih dulu, seberapa tinggi aku bisa turun sampai ke bawah sana.  Aku rasa aku bisa menuruninya dengan menggunakan sprei. Aku pernah berlatih turun dari ketinggian menggunakan tali waktu itu. Aku rasa aku bisa kalau hanya menuruni satu lantai saja.  Ku tarik sprei yang menutupi kasur dan selimut yang ada di atas kasur lalu bergegas mengikatnya pada sebu
Baca selengkapnya
Sedikit Saja Untukku
Dengan malas-malasan aku melangkah mendekati Kristan yang berdiri di depan mobilnya lalu tanpa aba-aba ku cium pipinya dengan acuh. Dia mengenyit merasa ada yang  kurang di sana setelah aku menciumnya. Dia menunggu reaksiku yang datar-datar saja setelah menciumnya. Aku yang melihat dia diam dan menunggu entah apa. Langsung bertanya dengan intonasi yang juga menyebalkan. "Sudah kan. Ada apa? Bukannya kamu bilang ingin di cium? Aku sudah melakukannya dan kurasa kamu sudah cukup puas melihat apa yang aku lakukan.""Belum.""Hah! Apa maksud kamu?" tanyaku mengamati sekitar kami. Perasaanku makin tidak tenang. Bukannya apa, asistennya menunggu di seberang mobil dan juga sopir yang akan mengendarai mobil sudah ada di dalamnya. Apa maksudnya dengan kata belum di sana? Aku tidak nyaman kalau harus menciumnya lagi. Aku pun berbisik biar orang-orang itu tidak mendengar obrolan kami. "Kamu cukup gila kalau kita harus saling bercumbu di sini. Ini tempat umum Kris
Baca selengkapnya
Sosok Itu
Aku melangkah memasuki Resto yang berdiri di samping kantorku. Masuk ke dalamnya lalu berdiri di depan kasir demi mencari menu yang pas untuk ku makan pagi ini. Di Resto ini enaknya menu yang tersedia nggak cuma makanan yang berat saja seperti nasi dan mie. Tapi juga tersedia makanan ringan seperti kebab dan crepe dengan aneka rasa ada di sini. Aku memilih makan crepe untuk sarapan pagi ini karna memang aku tidak terbiasa makan-makanan yang berat. Biasanya aku selalu menyediakan roti tawar di unitku karna aku tau aku lebih suka makan roti ketimbang nasi kalau pagi hari. "Aku memesan satu crepe coklat dan segelas teh hangat ya. Oh tunggu, aku juga memesan dua kebab isi daging dan satu gelas kopi mocacino."Kurasa Firly akan menyukainya jika aku membeli kebab untuknya. Ide bagus. Dia suka kebab. Tapi dia selalu menolak jika aku pergi ke sini dan ingin menaktirnya. Padahal aku bilang sama dia kalau di Resto ini ada kebab yang dia sukai. Tapi dia selalu
Baca selengkapnya
Mogok
Aku memulai kembali aktifitasku setelah beberapa hari ini libur karna penyakitku yang kambuh dan juga karna pernikahanku.Semua kerjaan yang belum di atasi oleh Kakek akan aku kerjakan hari ini. Aku mulai satu persatu agar semuanya bisa dengan mudah teratasi.Pintu ruanganku di ketuk dan tak lama Firly datang dengan dokumen di tangan satunya dan di tangan satunya lagi sedang memegang ponsel yang dia dengarkan. Aku yang sedang memeriksa kerjaanku hari ini. Jadi tidak bisa fokus mendengar dia yang berbicara entah dengan siapa."Oke gue akan periksa nanti," ucapnya menyelesaikan pembicaraan."Duh bagian marketing bikin gue pusing. Ada aja masalah di bagian itu."Firly menaruh dokumen itu sembari menghela nafas lelah."Mending lo makan dulu deh kebab yang gue bawa sama kopi moccacino. Spesial gue bawain buat lo.""Thanks. Lo emang tau apa yang gue butuhin saat ini."Dengan semangat dia mengambil yang aku bilang dan memakannya pelan
Baca selengkapnya
Dia Yang Sok Tau
Mobil sport berhenti di belakang mobilku. Aku belum melihat bagaimana kondisi mobilku. Tapi mata ini malah ingin tau siapa yang memberhentikan mobilnya. Seorang laki-laki turun tidak begitu jelas. Siapa dia? Tak begitu jelas siapa yang mengendarai mobil itu karna memang aku berhenti di tempat yang remang-remang. Hanya ada lampu pinggir jalan yang menyala menyinari jalanan seadanya. Langkah kakinya mendekat dan dia pun berdiri di depanku. Dia yang memakai kacamata. Dia lepaskan memperlihatkan siapa pemilik mobil itu. Dan aku pun tau siapa dia. Nama yang tak ingin di sebut berada di sini. Dia di depanku. Refleks aku pun mengepalkan tanganku saat netra ini melihat laki-laki yang membuatku kecewa saat aku sekolah dulu. Tak kukira, dia datang di waktu yang salah dan kini aku mau tau apa yang dia mau. "Mobil kamu kenapa?"'Cih. Dia sedang berbasa basi? Nggak banget deh.'"Mobil aku mogok. Aku baru mau panggil bengkel langganan aku buat
Baca selengkapnya
Menyebalkan
Begitu aku menyalakan kontak yang terjadi berikutnya di luar dugaan. Mobil itu menyala, aku jadi terkejut di buatnya. Tak kukira Xavier bisa membetulkan mesin mobil. Aku harus mengucapkan terima kasih kalau begitu.Aku kembali mendekati dia lalu mengucapkan terima kasih padanya."Aku ucapkan terima kasih padamu karna telah menyalakan kembali mobilku. Kalau begitu aku pergi.""Tidak. Kamu tidak bisa pergi begitu saja. Mana ada di dunia ini yang gratis Bella.""Jangan panggil aku Bella. Aku tidak tau siapa dia. Aku ini Bianca. Kamu ingat dengan benar namaku yang sebenarnya. Bi-an-ca."Dia memiringkan bibirnya mendengar namaku sembari melipat tangannya di dada. "Baiklah Nona Bianca. Aku ingin meminta nomermu. Berikan nomermu itu padaku sebagai bukti kamu tidak akan melarikan diri.""Apa! Apa yang kamu bilang? Hei aku ini wanita berkelas ya. Mana ada aku ingkar janji sama kamu. Nggak ada! Aku akan mentraktirmu kalau begitu. Kita akan berju
Baca selengkapnya
Xavier Yang Tidak Pernah Berubah
Bunyi ponselku berdering tidak henti-hentinya. Aku yang masih memejamkan mata tak bisa melanjutkan tidurku lagi gara-gara bunyi ponsel yang sangat menganggu telinga itu. Aku menahan kekesalan dan mulutku pun menggerutu, siapa yang mengganggu tidurku di saat sedang tidur nyenyak-nyenyaknya. Masih dengan mata terpejam aku mencari keberadaan ponsel itu di atas nakas. 'Pasti Kristan yang mau mengerjainya. Emang dasar laki-laki itu. Bagaimana bisa dia mengganggu istrinya yang sedang tidur lelap.'"Hallo, kamu itu ya Kristan. Bisa nggak kamu telepon aku besok pagi saja. Aku ini sedang tidur. Menganggu saja." "Maaf kalau begitu. Aku mengganggu ya. Aku mau permintaan yang tadi di kabulkan sekarang bisa?"Eh. Kok bukan Kristan. Ini. Xavier. Bunyi suara musik yang terdengar begitu memekakkan telinga terdengar di seberang sana. Aku yang baru saja mendengar suaranya langsung terduduk dan hawa dingin menyentuh kulitku seketika. Ga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status