Semua Bab The Wedding Agreement: Bab 11 - Bab 20
104 Bab
Intimidasi
Pernikahan yang Bella inginkan adalah Bella bisa melangkah bersama dengan pasangan impian yang tidak hanya bisa berbagi dalam suka tapi juga dalam duka, kami bisa melewati pernikahan kami bersama-sama sampai akhir hayat nanti dan juga kami bisa saling cinta, melengkapi dan bisa saling mengerti satu sama lainnya. Simple bukan. Memang itu keinginan Bella sejak dulu. Namun semua yang Bella inginkan hanya ada dalam bayangan semata. Itu hanya ada dalam impian indah saja. Begitu ucapan janji di ucapkan oleh Kristan, laki-laki yang akan menjadi suami seumur hidup dengan lantang. Semua pasang mata yang menjadi tamu keluarga langsung berteriak sah setelah selesai berucap. Bella yang saat itu sedang duduk mendengarkan dengan seksama menjadi tersentak kaget mendengar realita yang sangat jauh dari bayangannya ini. Pasangan yang ada di sampingnya ini bukan seperti yang ada dalam bayangan Bella. Yang Bella inginkan adalah laki-laki yang sudah tahu betul luar dalam. Tapi tidak untu
Baca selengkapnya
Luka
Mata Bella terbuka dengan tubuh yang terasa remuk redam. Semua terasa begitu menyakitkan sewaktu Bella membuka mata. Rasanya untuk bergerak saja ia tidak sanggup apalagi berjalan ke kamar mandi. Padahal ia butuh ke kamar mandi sekarang. Sinar matahari terlihat dengan jelas saat Bella melihat ke tirai. Sinarnya masuk ke dalam melalui sela-sela tirai dan Bella kembali mengeluh, ternyata sudah beranjak siang, jam berapa ini? Tak pernah Bella bangun jam segini. Bella melihat ke sekeliling ruangan itu yang sekarang tengah ia tiduri lalu menatap langit-langit kamar yang saat ini tepat di atas kepalanya. Bella mengingat kembali atas apa yang telah terjadi pada dirinya kemarin. Bayangan demi bayangan masuk ke dalam kepalanya saat itu bagai film yang ia tonton tanpa jeda sama sekali. Di mulai dari kami berdebat satu sama lainnya, K
Baca selengkapnya
Apa Aku Tidak Ada Harganya
"Apa yang kamu lakukan?" Bella mundur selangkah karna tangan Kristan yang terulur itu kepadanya. "Aku hanya ingin mengobatimu. Ada luka di bibirmu itu." Bella mengelengkan kepalanya begitu mengetahui bahwa Kristan ingin mengobati luka yang sudah ia perbuat sejak semalam. Buat apa ia berucap untuk mengobati lukanya kalau kenyataannya ia tidak akan pernah bisa mengubah sikapnya. Benci tetap saja benci tidak bisa mengubah semuanya menjadi sayang kalau ia tidak ada niat dari dalam dirinya sendiri ia akan memperbaiki diri. Dan luka ini, biarlah begini. Ini membuktikan betapa kasarnya yang telah ia lakukan pada Bella. Tak hanya kebenciannya yang terlihat tetapi juga sikap kasarnya juga terlihat jelas. "Tidak perlu. Aku masih kuat menanggung perih ini. Kam
Baca selengkapnya
Fatal
Bella rasa tindakan yang akan Bella lakukan sudah teramat fatal jika Bella dengan suka rela melaksanakan perintahnya. Bagaimana mungkin Bella menelanjangi diri dan dengan senang hati menganti pakaiannya itu di depan Kristan. Memang benar ia adalah suaminya. Tapi sudah sangat jelas bukan kalau yang ia perintahkan adalah tindakan untuk mempermalukannya dan juga secara tidak langsung membuat harga diri Bella terluka.  Membuang semua gengsi dan harus mengikuti aturannya. Ia masih waras untuk melakukan hal itu. Bella bukan wanita yang tidak punya rasa malu. Ia punya dan ia tidak mau mempermalukan diri sendiri apalagi di hadapan Kristan. Lupakan! Seumur hidup Bella tidak akan pernah mau mempermalukan diri sendiri. Bella harus memikirkan cara lain supaya Bella tidak menemui jalan buntu. Lebih baik Bella memikirkan ide lain daripada harus bertemu dengan rasa malu pada diri sendiri. "Aku akan tidak mau membuka baju demi hasratmu semata. Aku bukan wanita yang dengan senan
Baca selengkapnya
Di Rumah Sakit
Saat Bella mau duduk di kursi yang ada di sana. Tiba-tiba saja pandangan matanya langsung menggelap dan tak lama kemudian Bella terjatuh tak sadarkan diri.  Kristan yang melihat Bella pingsan langsung terburu-buru mendekatinya dan berjongkok kemudian. Ia memeluknya sembari menepuk pelan pipi Bella untuk membangunkannya. Sementara itu Biantara yang melihat cucu kesayangannya terjatuh tidak sadarkan diri terlihat begitu panik. Ia juga menghampiri Bella dan menyentuh tangan Bella. Mencoba untuk membangunkannya. "Kenapa Bella bisa pingsan? Apa yang kamu lakukan sampai ia bisa pingsan begini? Apa Bella tidak makan. Makanya bisa pingsan? Oh aku tidak percaya ini." Kristan yang masih mencoba membangunkan Bella tidak mampu menjawab pertanyaan Biantara. Ia mencoba cara ini supaya Bella bangun. Namun cara itu tidak mampu membangunkannya.  "Aku akan membawanya ke rumah sakit kenalanku Kek. Aku akan beritahu nanti bagaimana kondisinya setelah dokter mem
Baca selengkapnya
Isi Hati Kristan
Selepas Biantara pergi bersama pelayan setianya yaitu Daniel. Kristan berjalan mendekati Bella yang saat ini sedang berbaring di ranjang rumah sakit dengan wajah pucatnya. Tubuhnya terlihat begitu lemah tak berdaya. Tapi meskipun begitu, parasnya masih saja terlihat cantik dan tidak akan pernah pudar dari wajahnya itu.  Bella melihat pemandangan dari balik kaca jendela yang berada di sana. Ranjang dan kaca jendela yang ada di ruangan itu memang tidak terlalu jauh sehingga ia bisa melihat keluar. Tidak terlalu banyak yang dapat Bella lihat. Hanya ada sebuah pepohonan yang tumbuh di sekitar rumah sakit itu dan orang yang berlalu lalang di sekitar sana. Bella meruntuki nasibnya lagi dan lagi. Kenapa penyakitnya harus kambuh di saat yang tidak tepat sih. Kakeknya sudah mengetahui kondisinya sekarang ini. Bukannya apa, yang ia takutkan akan terjadi lagi. Pemikirannya hinggap pada pekerjaan di kantornya dan juga para pekerja di sana. Bagaimana dengan para kary
Baca selengkapnya
Pembelaanku
Seorang pelayan masuk ke dalam ruang rawat Bella dengan langkah terburu-buru setelah ia menggetuk pintu ruang rawat inap Bella dan itu terjadi satu jam setelah Kristan pergi dari ruangan ini. Bella bisa menebak pelayan ini berusia sekitar 23 atau 24 tahun karna wajahnya masih kelihatan seusianya dan juga sangat bersih seperti sering pergi ke perawatan wajah. Pelayan masuk dengan senyumnya seraya menggengam beberapa kantong plastik di tangannya dan juga satu koper ukuran sedang yang di geret di satu tangan lainnya. Bella yang melihat ia kesusahan membawa semua barang-barang itu jadi prihatin sendiri. Apa Kristan yang menyuruh pelayan itu membawakan semua barang-barang itu agar kebutuhan Bella terpenuhi? Kalau ya, sudah jelas Kristan sangat keterlaluan. Pelayan dengan tubuh sekurus itu di suruh membawa begitu banyaknya barang. Ia memang kurang manusiawi. Mana ia hanya seorang diri lagi.  "Nona ... saya bawa pakaian Nona dan makanan yang akan Nona makan nantinya,"
Baca selengkapnya
Kepulangan Bella Dari Rumah Sakit
Kristan menyeringai lalu ia mendekati Bella perlahan tapi pasti sampai benar-benar dekat dan membuat Bella tersudut menjadikan tangannya memegang dadanya yang keras itu.  "Apakah aku membuatmu takut? Hm?" Bella mendelik seketika dengan apa yang Kristan katakan. Tindakan dari Kristan sendiri membuat jantungnya refleks berdegup dengan kencangnya. Dengan jarak sedekat ini membuatnya sangat terganggu. Bella tak bisa berpikir dengan tenang saat ini. Tadinya Bella pikir ia akan pergi begitu saja setelah Bella bersikap ketus sama Kristan. Tapi yang ia lakukan malah sebaliknya. Bella malah menjadi gagal fokus sekarang. Aroma parfum yang dipakai Kristan tercium semerbak harum menambah rasa hangat menjalar ke seluruh tubuh Bella saat itu disertai godaan Kristan yang sangat memabukkan membuatnya tidak bisa berpikir lagi.  "Kristan apa yang kamu pertanyakan? Itu sangat membuatku terganggu. Apa aku harus menyentuhmu di sini juga? Gila. Ini tempat umum. Jika kamu
Baca selengkapnya
Melayani Dia
Langit sudah menggelap begitu mobil yang kami tumpangi masuk ke dalam sebuah mansion yang cukup besar itu. Warna yang terkesan wah terlihat kontras dengan arsitektur bergaya Eropa dalam penglihatan Bella saat ini. Warna kebanggaan dari seorang Kristan terlihat begitu jelas menarik dari apa yang Bella lihat. Gold. Dominan dan sangat berani. Bella akui Kristan yang Bella kenal sama halnya dengan warna mansion yang akan kami tempati.  Bella turun dari mobil setelah Kristan membuka pintu mobil untuknya begitu juga mobil di belakang kami yang di peruntukkan untuk para pelayan dan satu perawat dari rumah sakit tadi.  "Mansion yang bagus. Aku tidak pernah memuji orang. Tapi apa yang menurutku menarik, aku tak sungkan untuk memujinya. Dan ku akui kamu memang cukup menarik dalam memilah gaya, warna dan bangunan yang akan kita tempati ini." Kristan tidak menjawab ia malah lebih tertarik dengan langkahnya masuk ke dalam mansion itu ketimbang membalas ucapan Be
Baca selengkapnya
Sangat Memalukan
"Bella... astaga... lo yakin lo datang ke sini?" teriak Firly begitu membuka pintu ruang Ceo. Ia langsung terkejut mendapati Bella sudah duduk di kursi kebesarannya dengan tablet di tangannya. Buru-buru Firly berlari mendekatinya dan memegang bahunya untuk mempercayai apa benar Bella-nya sudah ada di kantor itu atau yang di lihatnya malah sebuah ilusi semata. Semenjak tahu Bella masuk rumah sakit. Bayangan keinginan Bella masuk kantor adalah sebuah keinginan semu. Tapi begitu melihat Bella sudah duduk di kursinya. Ia menjadi binggung sendiri, bagaimana menanggapi semua ini. Apa ia harus senang atau malah sebaliknya?  "Eh lo emangnya udah sembuh tiba-tiba udah datang ke sini? Kristan tahu lo datang?" Mendengar nama laki-laki itu tidak hanya membuatnya geram tapi juga merinding ke seluruh tubuh. Jangan dikira nama itu tidak punya energi kuat. Mendengars sedikit saja nama itu di ucap membuat aura aneh yang bisa bikin serangan jantung. Ia adalah laki-laki yang tidak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status