All Chapters of The Wedding Agreement: Chapter 41 - Chapter 50
104 Chapters
Sikap Kamu Itu Beda Banget
Seseorang menurunkan kaca mobilnya di saat aku sedang menunggu taksi di jalan untuk kembali pulang ke rumah. "Hei apa yang kamu lakukan di sini?"Berlagak tidak tau siapa yang ada di dalam mobil itu. Aku memalingkan mukaku ke arah lainnya. Aku tidak mau melihat dia yang sedang bertanya padaku saat itu."Hei aku tanya apa yang kamu lakukan di sini. Kamu lagi nunggu orang?""Terserah aku mau apa. Kamu nggak usah peduli ya. Udah sana pergi. Aku nggak mau lihat kamu di sini. Aku lagi kesel."Sudah terlihat jelas betapa jeleknya aku saat ini. Muka tertekuk di tambah bau matahari dan sekarang ada asap pembakaran yang membuat wajahku bertambah kecoklatan. "Ayo ikut aku saja daripada kamu berdiri di jalan begitu kayak orang hilang. Mending ikut aku.""Aku nggak mau ikut kamu.""Jangan keras kepala deh kamu. Mau ikut atau nggak nih. Aku lagi baik. Kalau nggak mau, aku pergi."Aku berpikir kemudian. Aku nggak mungkin k
Read more
Ucapan Xavier
"Aduh perutku sampai sakit rasanya nggak bisa berhenti tertawa daritadi pas kamu ketakutan naik wahana itu. Udah aku tanya kan sama kamu tadi. Emang kamu nggak takut naik wahana ini. Kata kamu nggak. Kelihatan sok kuat banget kamu tuh. Padahal kamu udah gemetar pas mau naik. Makanya jangan sok kuat." cibirku pada Xavier. Xavier saat ini terduduk lemas di aspal gara-gara wahana permainan yang baru saja kami naiki. Tak aku sangka Xavier yang terlihat kuat nyatanya tidak begitu. Xavier langsung bungkam begitu wahana yang kami naiki tak sesuai prediksinya. Alhasil yang terjadi sekarang Xavier masih mengatur detaj jantungnya dan menstabilkan nafasnya yang sempat tak teratur. "Kamu beneran pucat. Ada yang mau kamu inginkan."Lama Xavier tidak berdiri membuat Bella bertanya-tanya apa Xavier menjadi sakit gara-gara main wahana tadi. Xavier jadi terlihat pucat sekarang. "Aku merasa kurang yakin kamu baik-baik saja. Ayo kita pulang, aku yang akan
Read more
Mengerjakan Sebuah Aturan
Pagi-pagi sekali Bella sudah bangun untuk pergi ke kantor. Bella melihat jam di nakas. Ini pemecah rekor untuknya. Di jam itu terlihat begitu jelas, jam berapa saat ini. Jam setengah enam, langit pun masih gelap. Belum menunjukkan matahari yang bersinar terang di atas sana dan Bella sudah mau berangkat pada jam yang orang lain saja baru mau mandi atau masih menguap demi memperjelas penglihatannya sehabis bangun dari tidurnya. Ini malah sudah rapi dan mau pergi.Bella meninggalkan sarapannya dan sekarang langkahnya menuju mobil yang selalu setia menemani kemana Bella akan pergi yang berada di depan Mansion."Bella. Tunggu!" Kristan berteriak begitu lantang saat aku keluar dari mansion. Aku tidak peduli dengan teriakan dari Kristan karna yang terjadi pada akhirnya perdebatan yang tiada henti."Berhenti aku bilang." Kristan mencengkram erat pundaknya setelah Kristan berlari cukup jauh dari tangga sampai ke depan teras. Kini nafasnya menjadi terengah-engah akibat te
Read more
Ulah Kristan
"Sial. Sial. Sial. Kenapa bisa sih aku punya suami kayak Kristan begitu. Aku nggak kira dia itu ternyata tingkat menyebalkannya sangat parah." Dari lantai bawah sampai Bella menaiki tangga dan sekarang Bella berada di dalam kamarnya. Tak henti-hentinya Bella menggerutu gara-gara tingkah laku Kristan yang super itu.Baru saja Bella mau mengambil pakaian kerja Kristan. Suara pintu kamar yang di tutup oleh Kristan terdengar sangat kencang membuat aku terlonjak kaget. "Bisa nggak sih kamu tutup pintu pelan sedikit. Bisa-bisa telingalu sakit gara-gara ulah kamu itu."Kristan tidak menjawab, Kristan lebih memilih masuk ke dalam kamar mandi dan mandi. "Bella aku butuh kamu menggosok punggungku." Kristan berteriak dari dalam kamar mandi. Apa?! Yang benar saja. Aku sudah rapi dan mau berangkat kerja. Masa ya aku harus menggosok punggungnya. Basah semua pakaianku nantinya.Daripada Bella berlama-lama di dalam kamar. Lebi
Read more
Pertemuan Kembali
"Hallo siapa ini?"Klik. Telepon itu terputus dan Bella memutar bola mata mendengar seseorang yang sudah mengerjai dia. Bella menaruh tabnya dan menyandarkan tubuhnya di kursi memandang langit-langit ruang kantornya dengan perasaan hampa. Setiap hari yang Bella lakukan adalah ini, merasa pikirannya sudah lelah setelah seharian bekerja. Bella pun menyandarkan tubuhnya di kursi hanya untuk mengistirahatkan pikirannya yang sudah bekerja seharian ini. Bella perlu udara dan Bella pun menghirupnya tanpa henti lalu mengembuskannya perlahan demi perlahan. Sedikit beban hilang. Namun pekerjaannya masih tetap ada. Bella memikul tanggung jawab besar di pundaknya, banyak sekali, karna Bella sekarang sudah menjadi atasan yang tidak main-main, banyak karyawan yang ada di tangannya dan mereka semua mengharapkan akan kinerja mereka dibayar dengan baik. Bella sudah diberi tanggung jawab sejak kecil. Tanpa Bella tau Bella sudah di latih oleh
Read more
Kemarahan Kristan
Xavier menarik tubuh Bella untuk berdiri dari duduknya lalu menipiskan jarak yang ada agar Xavier bisa merengkuh Bella dengan baik. Tangannya yang satu sudah berada di pinggang Bella sementara tangan yang satu lagi, sudah berada di belakang kepala Bella. Berbeda dengan Xavier, Bella yang tiba-tiba di tarik berdiri membuat Bella terkejut dan langsung menaruh kedua tangannya di depan dada Xavier yang ketika disentuh bisa terasa begitu kencang berdebarnya. "Kamu...""Sttt... kita akan memulainya, jadi jangan banyak bicara."Mereka berpandangan satu sama lainnya demi mendalami jiwa dan keinginan mereka masing-masing sebelum memulai aksi yang dikatakan Xavier baru saja. Merasa cukup saling berpandangan, wajah Xavier pun makin lama makin mendekat ke Bella."Hm aku rasa tidak ada yang namanya kecupan selamat datang, kamu salah kalau aku menginginkan hal itu."Bella menjauh dan kembali duduk di kursinya itu. Bella kira Bella tidak akan p
Read more
Keterlaluan
"Kristan lepaskan, aku kesakitan," suara serak Bella terdengar karna rasa sakit yang Bella terima dan juga tenggorokan yang kering saat itu. Kristan menyipitkan matanya pada Bella. Kini gemuruh emosi terpancar sudah. Apa mungkin Kristan melepasnya begitu saja kalau tidak ada kejelasan sama sekali sama semua yang dilihatnya tadi."Aku nggak akan melepasnya sampai kamu bilang siapa laki-laki itu atau aku akan melenyapkannya malam ini juga. Kamu tidak tau siapa aku kan? Aku akan beritahu."Kristan menaikkan tangannya ke atas untuk memberitahu pada pesuruhnya untuk mengerjakan apa yang akan Kristan lakukan. "Riel cari laki-laki yang bersama Bella tadi saat Bella di kantor. Habisi dia sekarang juga atau kamu mau melihat mayatnya Bella?""Tidak! Dia hanya seorang manager Kristan di kantor cabang yang aku punya. Dia ke kantor karna ada urusan dengan masalah yang terjadi di kantor cabang. Dia bukan siapa-siapa Kristan, dia hanya pegawai kantor.
Read more
Aku Itu Sebenarnya Apa?
Bella melengguh begitu merasakan hawa dingin menyentuh kulit telanjang Bella pagi itu. Rasa sakit seluruh tubuh Bella rasakan saat Bella mengeliat pagi itu.Ketika ingin beranjak pergi ke kamar mandi. Tangannya menyentuh dada seseorang yang sedang tertidur miring di hadapannya. Bella terkejut dan langsung melihat ke arah Kristan yang sedang tertidur dengan pulasnya di sampingnya. Matanya begitu terpejam dengan rapatnya dan hembusan nafas halus terdengar begitu saja.Jika Kristan sedang tertidur pulas seperti ini sosoknya yang kejam tidak terlihat sama sekali. Malah terlihat seperti laki-laki biasa pada umumnya. jelas saja aku jadi suka mengamati wajahnya yang sedang tertidur begini sampai sebuah gerakan tangan Kristan yang hendak mengusap wajahnya membuat Bella buru-buru memalingkan wajahnya ke arah lain."Jam berapa sekarang?" Tanya Kristan dengan suara khas bangun tidur.Bella melihat jam dan terlihat jam 5 pagi saat itu."Jam 5 pagi."Kri
Read more
Bersiap Untuk Pergi
"Gue kayak bau cium aroma laki-laki di ruangan ini. Setau gue yang masuk ke ruangan lo itu kalau nggak gue ya Vino, manager keuangan. Tapi bau parfum Vino nggak kayak gini deh. Dia itu gue sering cium baunya kayak aroma kopi. Tapi aroma yang gue cium ini lebih ke mint, gue nggak percaya lo masukin laki-laki ke sini?"Firly bertolak pinggang, dia ingin meminta penjelasan atas apa yang terjadi di ruangan Bella saat ini. "Gue baru aja masuk tapi lo langsung sidang gue di tempat. Gue capek Ly, lo tau sekarang apa julukan gue di rumah jadi inem pelayan seksi. Sekarang gue butuh istirahat sebentar."Bella duduk di kursi nyamannya dengan membuka sepatu high yang Bella kenakan untuk berjalan dari rumah ke kantor. Sensasi gelitik dari bulu di karpet membuat perasaan Bella lebih baik dan juga Bella bisa bernafas lebih lega sekarang. "Gue nggak kira ya Kristan bisa buat lo lemas begini. Wah dia keren juga, hot guy. Berapa ronde lo kemarin sama dia?"
Read more
Bertemu Nathan
Pesta perayaan malam itu yang Bella kira hanya ada jamuan makan malam biasa dan acara ramah tamah seperti obrolan biasa. Tidak begitu yang Bella dapati. Pesta ini malah lebih meriah. Alunan musik lembut terdengar ke telinga setelah makan malam keluarga."Kamu mau berdansa bersamaku Bella?" Kristan berbisik ke telingaku."Aku tidak bisa berdansa Kristan. Aku paling buruk untuk melakukan dansa.""Kamu itu belum pernah mencobanya. Jadi jangan bilang kalau kamu tidak bisa. Kita akan coba dan aku yakin kamu itu pandai."Kristan mengulurkan tangannya dan Bella yang sempat ragu mau tidak mau mencoba sebisa dia. "Perhatikan langkah kakimu dan jangan gugup, itu kunci utamanya. Kamu tau dansa itu tidaklah buruk, kalau kamu bisa dan berniat melakukannya. Semua akan bisa pada akhirnya. Jangan mengeluh dulu karna mengeluh itu hanya untuk menghambat semuanya."Bella mencoba dan sesekali terlihat buruk, kakinya malah menginjak Kristan atau gerakannya
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status