All Chapters of The Wedding Agreement: Chapter 51 - Chapter 60
104 Chapters
Selalu Tidak Mau Mengalah
"Jangan pernah mendekati wanita yang sudah jadi milikku Nathan. Carilah wanita lain yang ada diluar sana. Di antara banyaknya wanita aku yakin kamu pasti menemukan satu wanita yang paling berharga untuk kamu kelak."Nathan tertawa akibat kata-kata sinis adik kandungnya itu, Kristan terlihat posesif sekali sama Bella. "Kamu lucu Kristan, aku tidak akan mengambil kepemilikkanmu itu. Aku tau memang dia sangat cantik. Makanya kamu memilih dia untuk dijadikan istri. Tapi percayalah aku hanya ingin berkenalan. Tidak lebih dari itu, masa aku punya adik ipar aku belum tau sama sekali tentang dia. Itu sangat lucu bukan.""Terakhir kali aku punya mainan kamu selalu saja merebutnya Nathan." geram Kristan pada Nathan, terlihat sekali rahang kokoh Kristan mengeram sempurna. Bella bisa melihat ada rasa tidak suka yang terpancar dari raut wajah itu. Aku rasa persaingan Adik dan Kakak itu hal yang sudah biasa. Dimana pun itu, mereka akan saling bertengkar memperlihatkan s
Read more
Istirahat
Bella ingin menentukan sebuah pilihan. Jika Kristan mau mendengar pilihannya, Bella mungkin akan senang dan mengatakan Kristan laki-laki yang mengerti akan wanita. Namun keinginan Bella hanya sekedar angan saja. Bella sudah menjelaskan pada Kristan bahwa Bella ingin lekas tidur karna tubuhnya ingin segera terlelap. Faktanya tidak begitu, setelah mobil kami memasuki mansion Kristan, Kristan langsung membawaku masuk dengan cara memanggulku seperti karung beras. Seketika Bella menjadi menjerit keras akibat perbuatan dari Kristan ini. Yang benar saja  perbuatan yang Kristan lakukan sungguh membuatnya kesal setengah mati sampai kami berada di dalam kamar dan Kristan menjatuhkanku ke ranjang kami."Kristan tunggu kamu tidak mungkin melakukan itu kan?""Melakukan apa?""Aku lelah. Tidak bisakah ditunda besok saat aku tidak lelah?""Maaf waktunya tidak tepat untuk kamu meminta persetujuan dariku.""Kamu memang laki-laki tak berperasaan."
Read more
Upaya Xavier Untuk Bella
Xavier datang ke kantor Bella untuk melihat keadaan Bella saat ini. Xavier tidak peduli dengan pekerjaan setumpuk di kantornya. Yang Xavier pedulikan adalah memastikan Bella sudah baik-baik saja."Maaf Tuan apa yang anda lakukan di sini?" saat Firly akan membawakan roti dan minuman hangat untuk Bella, Firly melihat seseorang memasuki ruangan Bella tanpa bertanya terlebih dahulu. Sepertinya laki-laki ini sudah tau betul letak ruangan Bella saat itu. Makanya laki-laki itu tidak ragu untuk melangkah masuk ke dalamnya. Firly belum pernah melihat laki-laki ini sebelumnya. Sepertinya dia bukan pekerja di kantor ini. Perasaannya mulai tidak tenang dan pikirannya menjadi dimasuki dengan pikiran macam-macam.Laki-laki itu berjongkok dan memandang Bella yang masih tertidur dengan hembusan tenang yang keluar dari hidungnya. Tidurnya sama sekali tidak terganggu saat laki-laki itu datang. Laki-laki itu menaruh tangannya di dahi dan merasakan bagaimana suhu tubuh Bella saat itu.&nbs
Read more
Khawatir
"Tunggu ada sesuatu di bibir kamu."Xavier mendekat dan mengecup lembut bibir Bella dengan cepat. Sontak Bella pun terkejut mendapat serangan yang tiba-tiba itu, Bella kira Xaviers serius mengatakan ada sesuatu yang berada di dekat bibirnya tapi yang dilakukannya malah membuat Bella tidak bisa berkutik. Belum sempat menghindar, Xavier mengecup kembali, kali ini di dahi, pipi dan terakhir di bibirnya. Setelahnya Xavier tersenyum. Bella merasa ada sesuatu yang aneh setelah Xavier mencium bibirnya. Untuk beberapa detik, Bella menjadi patung menanggapi kelakuan tiba-tiba dari Xavier. Matanya hanya mampu berkedip setelah apa yang terjadi baru saja. Rasanya ada sesuatu yang mengganjal. Bella tidak mampu tersenyum atau menanggapi sampai sebuah tangan menangkup pipinya yang dingin. Tangan besar dan hangat melingkupi wajahnya dan itu membuat Bella tersadar dari sesuatu."Hei apa yang kamu lakukan padaku, kamu telah mencium bibirku dan itu
Read more
Menentukan Pilihan
Sedetik kemudian, Kristan menghentikan ponselnya lalu menghadap Bella yang saat ini melihat Kristan dengan raut cemas di wajahnya itu."Kenapa wajahmu setegang itu?" tanya Kristan dengan polosnya pada Bella."Itu... Itu karna..."Di depannya ini ada seorang laki-laki yang dingin dan begitu tenang. Tapi juga menakutkan dan itu membuat Bella kesulitan untuk berpikir dan mengambil sikap saat ini. Semuanya terasa salah.Bella ragu apakah harus mengatakan sebuah kejujuran atau malah sebaliknya. Bella harus melakukan suatu kebohongan dari Kristan setelah pertemuannya dengan Xavier.Bella akui, setitik kebohongan saja yang dikatakan Bella pasti akan semudah itu Kristan mengendusnya. Bella pastinya akan menerima hukuman akibat kebohongan yang Bella lakukan.Sudah berkali-kali hukuman yang diterimanya sampai Bella merasa bosan pada semua ini. Ingin sekali melepasnya namun Bella tidak bisa. Bella masih berstatus istri dari Kristan.Bella bingun
Read more
Curiga
"Aku tidak bawa ganti.""Ya sudah tidak usah berpakaian. Begitu saja repot."Malam itu setelah berdebat dengan Kristan panjang lebar, Bella lebih baik mengalah, Kristan ingin Bella mengganti pakaian sedangkan Bella tidak membawa pakaian ganti. Akhirnya Kristan menelepon orang rumah untuk membawakan aku gaun untuk pergi ke rumah Kakek dan setelahnya, kami pun berangkat ke rumah kakek.Di dalam mobil, keduanya diam dengan pikirannya masing-masing, Bella berkutat dengan pikirannya sendiri begitu juga dengan Kristan, Kristan mengikuti kemauan Bella yang ingin pergi ke rumah Kakek. Kristan ingin tau sampai mana Bella mengikuti alasannya itu.Di dalam pikiran Bella, sebenarnya tidak ada rencana sama sekali untuk Bella pergi ke rumah Kakek. Ini hanyalah ide spontan yang terlintas begitu saja dari dalam kepalanya ketika Kristan menyudutkannya untuk bilang sejujurnya. Perjalanan yang sepi dan sunyi itu akhirnya berhenti di rumah Biantara. Kami pun kel
Read more
Lagi-lagi Bella Tidak Bisa Menolak
Bella melamun beberapa saat sampai sebuah bentakan dari Kristan terdengar ke dalam telinga Bella. Membuat Bella tersentak kaget dari lamunannya saat itu. 'Sial. Tidak bisakah Kristan lembut sedikit saja.' ujar Bella dalam hati. Bella lebih memilih memalingkan wajahnya ke arah lain ketimbang melihat ke arah Kristan, perdebatan dari pertemuan di kantor tadi sampai sekarang tidak bisa berhenti dan itu membuat sakit hati. "Bella kamu dengar tidak sih apa yang aku katakan." Kembali Kristan membentaknya dan itu membuat Bella tak lagi bernafas dengan tenang. Kenapa hidupnya sangat berat di samping laki-laki ini. "Turunkan aku!" ucap
Read more
Rasa Hangat Di Dada
Bella buru-buru menggambil handuk yang tergantung di salah satu tembok di dalam kamar mandi itu dan memakainya. Bella keluar dari sana dan mendapati Xavier telah berdiri di depannya dengan tangan yang di taruh di tembok menghalangi Bella yang akan keluar dari kamar mandi itu.  Bella celingukan mencari baju yang dikatakan Xavier. Namun tidak ada di tangannya.  "Hei mana baju yang mau aku pakai. Kenapa tidak ada dimana pun? Jangan bercanda Xavier. Aku sudah kedinginan nih. Kamu mau menggodaku?" "Aku kira kamu itu sudah tidak bernafas di dalam sana. Lama sekali kamu berada di dalam kamar mandi." "Maaf aku menikmati acara mandiku itu. Makanya lama. Habis airnya hangat dan membuat tubuhku ha
Read more
Perasaan Halus Kristan
Setelah mobil Xavier menjauh dari pandangan, Bella memutuskan untuk berjalan kaki menuju mansion Kristan. Bella sengaja menyuruh Xavier untuk menurunkan Bella tidak jauh dari mansion itu agar Kristan tidak mengetahui kalau Bella di antar oleh seorang laki-laki. Dengan langkah lesu, Bella membuka pintu pagar lalu berjalan masuk ke dalam. Hujan rintik masih membasahi bumi saat itu, pakaian Bella yang basah dan lembab tidak lagi Bella pedulikan. Baginya cepat pulang dan berganti pakaian itu adalah tujuan utamanya saat ini. Begitu Bella masuk, ruangan sepi menyambut, ruangan demi ruangan Bella dapati saat kaki itu melangkah sampai depan pintu kamarnya. Tidak ada yang menyambut Bella pulang malam itu karna Bella tau pasti Kristan yang menyuruh semua orang yang ada di dalam rumah untuk tidak menyambutnya. Terserah, itu yang Bella katakan dalam hati, tiada tempat yang nyaman selain kehidupan Bella yang dulu, rumahnya yang aman Bella dapati setelah pulang kerja dan
Read more
Tidak Perlu Sebuah Alasan
Pagi itu rasa lemas terasa pada tubuh Bella, setelah perdebatan panjang dengan Kristan kemarin malam mengenai perselingkuhan yang Bella lakukan. Bella memilih untuk tidur daripada menanggapi perdebatan  Kristan, rasa lapar yang Bella rasa, Bella tepis kuat-kuat sembari berdoa dalam hati agar rasa laparnya hilang dengan tidur saja.Tak lama sebuah aroma harum tercium begitu kami selesai berdebat dan Bella memilih untuk tidur. Sebuah ketukan pintu terdengar dan Kristan menyuruh orang yang mengetuk masuk ke dalam. Seorang pelayan laki-laki entah siapa namanya mendorong troli yang berisi makanan aneka macam masuk ke dalam kamar lalu memberhentikan troli itu di samping meja. Setelahnya pelayan itu membungkuk sopan pada Kristan yang berdiri melihatnya lalu keluar setelah menaruh makanan itu.Kristan berkata pada Bella untuk memakan makanan yang sudah di siapkan sebelum tidur. Bella yang sudah terlanjur kesal dan malas untuk bergerak makan. Akhirnya tidak Bella gubris ka
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status