Semua Bab Sayap Felysia : Bab 81 - Bab 90
104 Bab
Pembalasan dendam
Tepat pukul 20.00. Ardiansyah memasukkan beberapa barangnya ke dalam tas kecil miliknya. Karena tasnya kecil, jadi tidak banyak barang yang ia bawa. Cuma ada sebuah senter kecil, makanan ringan, dan sebuah pisau.Ia menatap pisau kecil itu secara saksama. Pisau itu adalah pisau yang sering dibawa oleh Aziel ke mana-mana. Pisau itu sekarang ada padanya, karena Aziel sendirilah yang memberikannya. Tetapi, Ardiansyah sama sekali belum pernah menggunakan pisau itu. Dan, pada akhirnya malam ini berencana untuk menggunakannya.Malam ini adalah malam yang selama ini telah ia tunggu-tunggu. Malam di mana ia bisa membalaskan kematian Aziel.Matanya melirik ke arah pintu kamarnya, karena merasa ada seseorang yang sedang menatapnya dari arah sana. Dan, benar. Ada seorang perempuan yang sedang berdiri di ambang pintu sembari menatapnya. Perempuan itu adalah Triana."Udah waktunya, ya?" tanya Triana sambil menatap Ardiansyah dengan saksama."Iya," jawab Ardians
Baca selengkapnya
Foto tiga serangkai
Citra dan Vitra sekarang sudah ada di depan rumah Triana. Malam-malam seperti ini, memang tidak sopan berkunjung ke rumah orang lain. Tetapi, mereka harus melakukannya. Karena, sebentar lagi mereka akan menghadapi lomba tingkat nasional. Jadi, mereka ke sini untuk meminta waktu latihan tambahan, supaya nanti pas lomba kemungkinan mereka menang bertambah besar.Mereka sudah mengetuk pintu rumah Triana berkali-kali. Tetapi, tidak ada sahutan dari dalam. Dan, pintu rumah perempuan itu tidak terkunci. Jadi, mereka putuskan untuk langsung masuk ke dalam dan mencari keberadaan perempuan itu.Saat mereka sudah mulai memasuki ruang tengah. Mereka melihat ada seorang perempuan sedang tidur tengkurap di atas sofa. Dan kelihatannya itu adalah Triana."Anu, permisi," ucap Citra sambil menggoyang-goyangkan tubuh Triana.Sontak, Triana yang merasa tubuhnya digoyang-goyangkan langsung berdiri tegak. Lalu, pandangannya tertuju pada si kembar."Oh, kalian. Ngapain
Baca selengkapnya
Misi Tim Alpha
Sekarang tim Alpha sudah berada di rumah orang yang akan mereka habisi. Dan, sekarang Denis sedang mencoba untuk menyadap seluruh CCTV yang ada di rumah target, agar para anggota yang lain bisa masuk tanpa takut ada barang bukti tentang keberadaan mereka.Tentu saja Denis tidak sendirian, ia ditemani oleh Rizky. Laki-laki itu bertugas untuk melindungi Rizky dari para pengawal."Masih lama, 'kah?" tanya Rizky pada Denis."Udah, suruh mereka masuk sekarang," ucap Denis dengan tegas.Sontak, Rizky melambai-lambaikan tangannya. Tanda kalau Denis sudah menyelesaikan tugasnya. Dan, dengan begitu para anggota yang lain bisa masuk ke dalam rumah target."Apa perlu gua matiin listrik rumah target?" tanya Denis sambil menatap Rizky."Bukannya nanti malah narik perhatian?" tanya Rizky."Kayaknya enggak, deh. Lagian para anggota yang lain pada bawa senter, 'kan? Kalau kita matiin listriknya, para pengawal yang ada di dalam rumah, bakal ke panel l
Baca selengkapnya
Misi terakhir selesai
Ardiansyah dan Valorant sudah berada di kamar target. Kamarnya terbilang sangat luas dan sekarang semua listrik di rumah ini sedang mati. Jadi, mereka harus memastikan keberadaan target terlebih dahulu. Karena sangat berbahaya, kalau mereka langsung menyerang begitu saja. Bisa-bisa target berteriak memanggil bantuan dan mereka ketahuan.Sepintas, Valorant mendengar ada suara dengkuran. Dengan cepat, ia memberi isyarat kepada Ardiansyah kalau target sedang tidur di kasurnya. Ardiansyah pun langsung percaya dengan isyarat Valorant dan langsung berjalan pelan ke arah kasur.Tugas kali ini sangat sulit bagi Ardiansyah. Karena ia harus membuat target meninggal tanpa meninggalkan tanda-tanda kekerasan apa pun. Sedikit saja ia meninggalkan tanda kekerasan, pasti para polisi akan mengusut tuntas kasus pembunuhan ini. Dan, mereka akan tertangkap. Jadi, kali ini ia harus membuat kematian target seperti kematian karena penyakit.Jadi, ia putuskan untuk mendekap kepala targ
Baca selengkapnya
Surat terakhir
Triana sedang menikmati semangkok mie rebus sambil menonton acara kesayangannya. Sesekali ia tertawa melihat tingkah lucu salah satu tokoh kesayangannya. Tanpa ia sadari, sudah jam 23.00. Yang berarti ia harus segara tidur, supaya besok bisa bangun pagi-pagi sekali. Memastikan semua hal yang akan ia gunakan besok lusa sudah siap.Saat Triana ingin beranjak ke kamar. Tiba-tiba ia mendengar ketukan pintu. Ia tersenyum kecil. Karena ia sangat yakin, kalau orang yang mengetuk pintu rumahnya adalah Ardiansyah. Akhirnya laki-laki itu berhasil kembali dengan selamat."Masuk 'aja, kali. Biasanya aja langsung masuk tanpa ngetuk pintu," ucap Triana dengan keras supaya orang yang ada di depan pintu bisa mendengar suaranya.Tetapi, orang yang ada di depan pintu itu tak kunjung masuk. Malahan orang itu makin keras mengetuk pintu rumah Triana.Di saat itu, Triana langsung curiga. Kalau memang benar Ardiansyah yang ada di depan pintu, pasti lak
Baca selengkapnya
Penentuan masa depan Citra dan Vitra
Lomba renang tingkat nasional. Tentu saja Vitra dan Citra sudah siap untuk hari ini. Dengan segala latihannya selama ini, mereka yakin kalau mereka akan bisa memenangkan pertandingan kali ini.Ini memang pertama kalinya mereka menginjakkan kaki di tingkat nasional. Makanya sekarang mereka merasa gugup. Jantung mereka berdetak lebih kencang dibanding pertandingan sebelum-sebelumnya.Vitra sudah bersiap di lintasannya dengan 5 orang yang akan menjadi lawannya. Pandangannya melihat ke arah para penonton, ia mencari sosok sahabatnya. Namun tak kunjung mendapati keberadaan sahabatnya itu.Apakah sahabatnya tidak datang? Tetapi kenapa? Kan ini adalah hari yang penting untuknya.Mata Vitra mendapati ada seorang laki-laki paruh baya di antara ribuan penonton. Laki-laki itu duduk dengan tenangnya sambil melihat ke arahnya.Senyumannya mengembang sempurna, karena pada akhirnya sang ayah mau datang untuk melihat dirinya bertanding.Tau tentang keberada
Baca selengkapnya
Sudut pandang Reno tentang Ardiansyah
Reno menatap Felysia dengan tatapan sayu. Tentu saja, ia sudah mendapatkan kabar dari tim Alpha tentang kejadian Ardiansyah.Ia juga merasa hancur, saat tau kalau Ardiansyah sudah tiada dan mayatnya belum ditemukan sampai sekarang. Tetapi, ia yakin, kalau kedua anaknya akan lebih hancur darinya jika tau tentang hal ini. Jadi ia bingung, apakah ia harus memberitahukan kedua anaknya tentang hal yang menimpa Ardiansyah atau tidak.Ia merasa kalau kedua anaknya berhak tau tentang hal itu. Tetapi, sangat sulit baginya untuk menjelaskan semuanya. Ia tidak tau harus mulai dari mana. Cerita bagaimana. Dan harus menjelaskan seperti apa. Ia bahkan tidak tau harus berekspresi bagaimana jika tiba-tiba Nindy menanyakan tentang Ardiansyah yang sudah lama tidak datang ke rumah. Haruskah ia berbohong? Tetapi untuk apa? Jika pada akhirnya kedua anaknya akan tau dengan sendirinya. Tidak peduli seberapa lama ia menutupi rahasia ini. Pasti cepat atau lambat, kedua anaknya itu
Baca selengkapnya
Pesta Pernikahan Denis dan Triana
Acara pernikahan Denis dan Triana. Semua orang yang ada di sana terlihat sedang bergembira. Karena melihat orang yang mereka sayang menikah. Semua tamu undangan hari ini datang. Termasuk Vitra, Citra, Rizky, Brian, Laura, Felysia, Reno, Nindy Valorant, dan tim Alpha. Terdapat banyak pilihan makanan yang tersedia. Membuat para tamu bebas memilih makanan yang mereka suka. Bahkan ada beberapa tamu yang memilih untuk membungkus makanan itu untuk makan di rumah.Bukan cuma makanan. Minumannya juga ada banyak. Mulai dari minuman bersoda, sirup sampai minuman Boba. Membuat para tamu betah berlama-lama berada di acara ini.Denis dan Triana sengaja menyediakan banyak makanan dan minuman di pesta pernikahannya. Semua itu mereka dedikasikan hanya untuk satu orang. Elvano Ardiansyah Sora. Orang yang selama ini sudah membantu banyak hal. Orang yang sangat berharga bagi mereka.Tetapi siapa yang tau akan masa depan? Mereka tidak tau kalau Ardiansyah
Baca selengkapnya
Kesedihan Brian
Brian sudah ada di tepi laut di mana letak sahabatnya terakhir terlihat. Ia tau tempat ini dari Rizky. Ya tidak mudah untuk mencari tau tempat ini. Karena ia harus membujuk Rizky untuk memberi tau tempat ini. Membujuk Rizky bukanlah hal yang mudah. Karena laki-laki itu masih belum terbuka dengannya.Dengan sebuah sebuket bunga di tangannya. Ia duduk di pinggir laut sambil memandang ke arah laut. Ia tersenyum kecil, membayangkan kalau sekarang Ardiansyah sedang duduk di sampingnya menikmati pemandangan ini bersamanya.Di laut ini, sahabatnya menghembuskan nafas terakhirnya. Laut inilah saksi bisu Ardiansyah menjalankan tugas terakhirnya sebagai ketua tim Alpha. Begitu banyak hal yang belum Brian ketahui tentang Ardiansyah. Tetapi itu sekarang sudah tidak penting. Karena sekarang sahabatnya itu sudah tidak ada di sisinya. Sahabatnya itu sekarang sedang menunggunya di alam lain. Menunggunya datang untuk tertawa bersama lagi.Ia tidak tau, apakah sahaba
Baca selengkapnya
Telfon misterius
Denis sedang menonton TV bersama Triana di ruang tengah. Perempuan yang sekarang sudah resmi menjadi istrinya itu mulai sekarang akan tinggal bersamanya di rumah ini.Akhirnya ada orang lain yang menemaninya di rumah ini. Sudah bertahun-tahun ia tinggal di rumah ini sendirian. Dan ia juga sudah mulai bosan dengan kesendirian. Tetapi sekarang kesendirian itu akan berakhir. Karena sekarang Triana sudah hadir dalam kehidupannya.Mulai sekarang rumah ini akan menjadi lebih rame dibandingkan sebelum-sebelumnya. Jika sebelumnya hanya suara-suara TV yang menemani keseharian Denis di rumah. Sekarang ada suara lembut Triana yang akan selalu terdengar di telinganya.Di saat semuanya sedang fokus dengan acara TV. Tiba-tiba telepon rumah Denis berbunyi. Letak telfon tersebut ada di samping TV. Jadi suara telepon itu terdengar jelas di telinga Denis dan Triana."Biar aku aja yang ngangkat," ucap Triana sambil berdiri.Ia berjalan mendekat ke arah telepon terseb
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status