All Chapters of Sayap Felysia : Chapter 91 - Chapter 100
104 Chapters
Keyakinan Valorant
Citra sedang melihat Vitra yang sedang berlatih di kolam renang. Akhir-akhir ini kembarannya itu sangat-sangat sering berlatih. Ya secara tidak langsung, Citra tau apa alasan kembarannya itu berlatih. Apalagi kalau bukan Ardiansyah. Benar, kembarannya itu sering-sering berlatih karena ingin menghilangkan Ardiansyah dari kepalanya. Karena semakin ia berlatih, semakin ia sibuk, semakin sedikit waktu untuk memikirkan Ardiansyah. Dan jika ia cuma memiliki waktu untuk memikirkan Ardiansyah, ia cepat atau lambat akan bisa merelakan kepergian sahabatnya itu.Memang seperti inilah Vitra. Selalu menjadikan renang sebagai pelampiasannya. Ada satu orang lagi yang mengawasi Vitra. Orang itu adalah Valorant. Laki-laki itu duduk di dekat Citra sambil memandang Vitra yang sedang berenang dari ujung kolam ke ujung kolam yang lain."Kenapa pada akhirnya Ar milih buat balas dendam?" tanya Citra kepada Valorant yang duduk tepat di sampingnya.Citra dan Vi
Read more
Kampung Nelayan
Denis sudah berada di kampung nelayan bersama dengan Triana. Seperti namanya, hampir semua masyarakat di sini bekerja sebagai nelayan. Menggantungkan hidup mereka dari hasil ikan yang berhasil mereka tangkap lalu mereka jual ke para pengunjung yang datang ke kampung mereka.Suasananya sangat ramai. Hampir semua orang yang ke sini memiliki satu tujuan yang sama. Yaitu, membeli ikan segar dengan harga yang cukup murah.Memang inilah keunggulan kampung nelayan. Para nelayan menjual ikan yang baru saja mereka tangkap dengan harga yang terbilang cukup murah. Ikan yang segar dan murah itu pasti sangat menarik perhatian para ibu-ibu rumah tangga. Dan beginilah sistem transaksi di kampung nelayan.Ikan dijual pada orang yang lebih dulu membayar. Kadang para pembeli sering kehabisan ikan karena saking lakunya ikan-ikan di kampung nelayan ini. Triana yang tidak mau kehabisan ikan pun langsung menerjang maju ke arah para penjual. Mata Triana tertuju pada ikan-
Read more
Orang Aneh
Felysia sedang ada di sebuah mini market bersama Nindy. Mereka ada di sini untuk membeli sebuah cemilan untuk mereka nanti malam saat menonton film bersama di kamar Felysia.Soal cemilan-cemilan yang akan dibeli, Felysia menyerahkannya pada Nindy. Selera adiknya itu sama persis dengan seleranya. Jadi tidak akan masalah untuknya, jika adiknya itu yang memilih cemilan-cemilan yang akan mereka beli.Saat Nindy sedang sibuk memilih-milih cemilan. Felysia menunggu adiknya itu di area mie. Ia berniat untuk membeli beberapa mie rebus. Tentu saja untuk dimakannya nanti malam sambil menonton film bersama Nindy.Saat ia memilih mie. Ada seseorang yang menarik perhatiannya. Ia tidak bisa melihat sosok orang itu. Karena orang itu menggenakan topi, masker, dan sebuah Hoodie.Felysia semakin penasaran dengan sosok laki-laki tersebut. Makanya ia memandang sosok itu terus menerus. Dan tanpa ia sadari, sosok itu sudah memergoki Felysia yang sedang melihatnya secara saksam
Read more
Pertemuan terakhir
Malam hari yang tenang. Diiringi oleh derasnya air hujan yang membasahi bumi. Denis menikmati dinginnya hawa hujan. Menghirup bau khas hujan yang sudah lama tidak tercium oleh hidungnya.Dengan sebuah kertas di tangannya, ia membayangkan kalau di antara ribuan rintik hujan tersebut ada seorang laki-laki yang berlarian ke sana ke mari sambil tertawa manis.Laki-laki yang ada di pikirannya itu adalah Ardiansyah. Orang yang telah menjadi sahabatnya beberapa tahun belakangan ini. Laki-laki itu sangat suka dengan hujan. Bahkan saking sukanya, saat hujan turun pasti laki-laki itu akan berlari keluar dengan bahagianya bermain hujan.Tingkah laki-laki itu memang seperti anak kecil. Tetapi memang begitulah ia. Dari luar memang tampak seperti anak kecil. Tetapi dari dalam ia sudah seperti orang dewasa yang selalu memikirkan hal-hal sekecil apa pun.Denis menatap kertas yang ada di genggamannya. Kertas itu ia temukan di kampung nelayan. Memang ia sudah
Read more
Janji Lima Tahun
Triana memandang suaminya yang basah kuyup karena kehujanan. Dengan tergesa-gesa, ia langsung memberikan sebuah handuk pada suaminya itu.  Pandangan suaminya itu terlihat sangat kosong. Sama persis saat hari kematian Ardiansyah. Dengan perasaan penuh kesedihan, ia mulai bertanya apa yang sebenarnya telah terjadi. Sekarang yang ada di hadapannya ini tidak terlihat seperti suaminya yang sangat ia sayangi selama ini. Melainkan terlihat seperti orang yang sedang kehilangan arah. Melihat kondisi Denis yang sekarang, membuat hatinya sangat terluka. Denis yang selama ini terlihat sangat tegas, sekarang terlihat seperti orang yang sangat lemah. Triana tidak menyukai ini. Ia tidak ingin melihat Denis seperti ini lagi. Jadi, ia peluk suaminya itu dengan erat. Mengelus bagian belakang kepala suaminya itu dengan lembut. "El ... dia pergi," rengek Denis di dalam pelukan Triana. "Hei, itu sudah lama. Kenapa kamu baru sedih sekarang?" tanya Tria
Read more
Time skip
5 tahun setelahnya. Brian sudah menjadi seorang direktur di sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang ekspor dan impor.  Bisa dibilang, sekarang Brian selalu bisa membeli apa yang diinginkannya dengan mudah. Bahkan uang yang ada di tabungannya sekarang sudah tidak bisa ia habiskan dalam kurun waktu 1 Minggu. Saking banyaknya, ia sampai tidak tau lagi mau diapakan semua uang yang ada di tabungannya. Oh, iya. Sekarang ia sudah punya anak. Hikari Aurora Xenovia. Hikari adalah nama yang disarankan oleh Ardiansyah. Sedangkan Aurora adalah nama yang disarankan oleh Laura. Dan Xenovia adalah nama yang disarankan oleh Brian. Brian benar-benar menamai anaknya menggunakan nama yang disarankan oleh sahabatnya itu. Karena baginya, nama Hikari itu adalah keinginan sahabatnya sebelum sahabatnya itu dikabarkan meninggal karena sebuah tembakan. Jadi Brian dengan suka rela mengabulkan keinginan terakhir sahabatnya itu. Hari ini adalah hari y
Read more
Pertemuan dengan Tuan Putri
Bel pulang sekolah berbunyi. Sontak semua murid yang ada di kelas langsung berteriak bahagia. Karena akhirnya mereka bisa lepas dari pelajaran-pelajaran yang membuat kepala mereka pusing.Seorang perempuan cantik keluar dari kelas VIII dengan sebuah senyuman di pipi manisnya. Perempuan itu adalah Nindy Carolina. Seorang siswi yang paling pintar di SMP Pelita. Bukan cuma kepintarannya saja yang membuatnya terkenal. Tetapi kecantikannya juga. Perempuan dengan para cantik itu sudah menolak banyak pria dengan alasan ingin fokus belajar. Dan saking banyaknya pria yang sudah ia tolak, ia bahkan sampai tidak bisa menyebutkannya satu per satu.Nindy berjalan ke arah luar bersama teman-temannya. Saat baru saja sampai di luar gerbang. Ia melihat banyak perempuan dari sekolahnya berkumpul di satu titik. Seakan sedang mengamati sesuatu."Itu ada apa?" tanya Nindy pada salah satu temannya."Katanya sih ada cowok ganteng banget di depan. Kayaknya lagi nung
Read more
Bertemu sahabat lama
Pagi ini, Triana sedang mengawasi Vitra dan Citra yang sedang berlatih di kolam renang. Kali ini mereka berlatih menggunakan kolam renang umum. Karena kolam renang di rumah Triana sedang dibersihkan.Triana mengawasi kedua muridnya itu dari pinggir lapangan. Ia tersenyum kecil, saat sadar bahwa kedua muridnya itu sudah sangat berkembang dibanding saat pertama kali ia melatih mereka.Gerakan renang kedua muridnya itu sudah hampir mirip dengan gerakan ibu mereka. Jadi Triana yakin, kalau kedua muridnya itu akan baik-baik saja di masa depan. Karena level mereka sudah jauh di atasnya.Dari dua muridnya itu, ia sangat mengandalkan Citra. Karena Citra bisa sangat rileks dan fokus saat sudah ada di dalam air. Sedangkan Vitra masih sering kehilangan konsentrasi saat berenang. Itu adalah satu-satunya kekurangan Vitra. Triana menyodorkan dua botol air mineral, saat dua muridnya itu sudah sampai ujung. Muridnya itu sudah berlatih sangat keras hari ini. Jadi su
Read more
Ajakan
Malam yang sangat dingin. Arta, Prata, dan Reza sedang bermain kartu di bawah langit malam. Dengan beralaskan tikar dan ditemani makanan ringan, mereka membuat malam yang sepi ini menjadi malam yang sangat ramai.Walau terasa sangat ramai. Tetapi tetap saja mereka merasa ada yang kurang. Bukan makanan maupun minuman. Tetapi orangnya. Ada satu orang yang tidak hadir di malam ini dan malam-malam sebelumnya.Orang itu sudah tidak pernah muncul lima tahun belakangan ini. Membuat mereka merasakan kesepian. Karena tanpa orang itu, tidak ada lagi makanan-makanan yang enak. Cuma masakan orang itu yang bisa memuaskan perut mereka. Cuma kehadiran orang itu yang bisa memenuhi lubang di hati mereka.Permainan terhenti, saat ada sebuah motor sport berhenti tepat di dekat mereka. Pengemudi itu menggunakan helm, jadi mereka tidak bisa melihat wajah sang pengemudi motor tersebut.Pengemudi itu mematikan motornya. Dan berjalan ke arah mereka dengan sebuah kantong plastik
Read more
Bandara
Hari keberangkatan Ardiansyah ke Singapura. Pesawatnya akan berangkat jam 10.00. Dan sekarang sudah jam 09.30.Ardiansyah tidak tau, kapan lagi ia akan ada kesempatan untuk kembali ke Indonesia. Kenangannya di negeri ini sangatlah banyak. Membuatnya tersiksa oleh kerinduan jika tidak cepat-cepat pulang ke negeri ini.Pekerjaannya yang banyak membuatnya sangat susah untuk mempunyai waktu luang. Tetapi karena pekerjaannya yang banyak itulah, ia bisa mengalihkan pikiran sejenak dari semua sahabatnya yang ada di Indonesia.Rasanya baru kemarin ia sampai di Indonesia. Tetapi sekarang sudah harus kembali lagi ke Singapura. Sungguh, ia ingin menikmati waktu bersama sahabat-sahabatnya lebih lama lagi. "Apakah Anda akan baik-baik saja setelah ini semua?" tanya Selly sambil memberikan sebuah kaleng minuman bersoda ke Ardiansyah."Apa maksud kamu?" tanya balik Ardiansyah sambil mengambil minuman yang disodorkan oleh Selly."Semua kenangan Anda di
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status