Semua Bab Sayap Felysia : Bab 61 - Bab 70
104 Bab
Kekalahan Ardiansyah
Jam 09.00. Bel istirahat sudah mulai bergema di gedung sekolah SMA Nusa Bangsa. Setiap siswa langsung keluar dari sekolah, setelah mendengar bel istirahat berbunyi. Menyebar ke segala arah untuk mengistirahatkan diri dari pembelajaran.Begitu juga dengan Felysia dan Brian. Istirahat kali ini, mereka habiskan untuk makan bersama di kantin. Felysia memesan sebuah nasi goreng dan es teh manis. Sedangkan, Brian memesan sebuah soto dan es jeruk."Aku mau tanya sesuatu, boleh?" tanya Felysia."Mau nanya apa?" tanya Brian sambil mengaduk sotonya."Apa kamu Langit?" Brian sedikit kebingungan dengan ucapan Felysia barusan. Langit? Tentu saja, ia bukan Langit. Dan, ia tidak memilik kenalan atau teman yang bernama Langit."Enggak. Emang kenapa?" tanya Brian."Udah, nggak usah bohong. Elvano sendiri yang bilang sama aku," jawab Felysia."Elvano? Siapa Elvano?"Brian pun semakin kebingungan. Langit? Elvano? Ia tidak mengenal ke
Baca selengkapnya
Kesalahan Terbesar
Jam 19.30. Seperti perintah Reno kemarin, sekarang Ardiansyah sudah berada di rumah Reno. Dan, tentu saja, sekarang laki-laki itu sedang makan bersama di rumah Reno.Tidak terlalu mewah. Tetapi, kebersamaannya lah yang membuat makan bersama itu lebih menyenangkan. Nindy yang terlihat bahagia, Felysia yang sekarang lebih sering berbicara. Kedua hal itu yang Reno inginkan selama ini. Dan, sekarang, kedua hal itu sudah ada di hadapannya.Tetapi, Reno sadar. Kalau kedua hal itu, bukan hasil dari jerih payahnya. Tetapi, karena usaha Ardiansyah. Seorang laki-laki yang dulu, ia persiapkan untuk menjadi pengawal pribadi Felysia. Sebentar lagi, Ardiansyah akan pergi meninggalkan keluarganya. Dan, Reno tidak yakin, kalau dirinya bisa mempertahankan kebahagiaan Nindy dan Felysia. Ia sangat yakin, semuanya akan berubah setelah kepergian laki-laki itu. Semuanya akan berubah seperti yang dulu. Nindy yang selalu terlihat bersedih dan Felysia yang sangat irit berbicara. Sung
Baca selengkapnya
Perpisahan Terberat
Satu minggu belakangan ini, semua murid SMA Nusa Bangsa telah melaksanakan Ujian Kenaikan Kelas. Dan, sekarang adalah hari pengumuman nilai ujian itu.Jam 08.00. Setelah upacara selesai. Semua murid langsung berlari ke arah mading yang berada di taman sekolah. Mereka semua pergi ke sana, karena di mading itu terdapat hasil ujian dan peringkat mereka. Walau sedang berdesak-desakan, mereka terus maju begitu saja, tanpa menghiraukan orang lain yang ada di sekitar mereka.Sesampainya di depan mading. Mereka mencari nama mereka masing-masing dan melihat data nilai yang terdapat tepat di samping nama mereka.Setelah puas melihat nama, nilai dan peringkat mereka. Mereka pun pergi dari kawasan taman demi memberikan kesempatan bagi siswa lain untuk melihat nilai mereka.Di dalam kerumunan itu, Felysia masih berusaha untuk mencapai barisan terdepan. Tanpa lelah, ia terus-menerus berusaha dan akhirnya bisa mencapai baris terdepan.Ia menatap di s
Baca selengkapnya
Support tanpa suara
Mata Elvano membulat sempurna, saat ia merasa ada seorang menarik lengannya. Dan, betapa terkejut dirinya, saat kepalanya bersandar pada dada bidang laki-laki. Ia mulai mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa orang yang sudah melakukan itu semua. Dan, ternyata orang itu adalah Denis."Kamu hebat ... saya bangga sama kamu," lirih Denis sambil mengelus kepala Elvano.Dan, saat itu juga, Elvano menyadarinya. Denis sudah mendengar semua pembicaranya dengan Laura. Dan, Denis memeluknya untuk menenangkan dirinya."Sakit ... saya tidak mengira sesakit ini," lirih Elvano sambil mencengkeram dada sebelah kanannya.Denis tidak kuasa lagi. Ia juga bisa merasakan kesedihan muridnya itu. Murid yang selama ini selalu terlihat dengan senyuman. Sekarang, terlihat begitu lemah di dalam pelukannya."Maaf, tidak ada yang bisa lakuin buat ngilangin rasa sakit kamu," ucap Denis dengan penuh rasa sedih.Andai saja, ada hal yang bisa merubah kenyataan. Pasti, D
Baca selengkapnya
Dukungan menutup kesedihan
Jam 08.15. Felysia dan Brian sedang berada di dalam kelas XI MIPA-1. Felysia duduk di kursinya, sedangkan Brian berdiri tepat di samping Felysia. Felysia tidak tau pasti apa yang ingin Brian bicarakan dengannya. Tetapi, kelihatannya, laki-laki itu butuh waktu untuk menyampaikan isi hatinya."Kenapa? Ada masalah?" tanya Felysia sambil menatap manik mata Brian secara saksama."Aku mau ngasih kamu tau sesuatu," ucap Brian."Iya, mau ngasih tau apa?" tanya Felysia."Sebenarnya ak—" ucapan Brian terhenti karena tiba-tiba ada orang yang menendang tangan kirinya.Karena tendangan itu, Brian pun terpental ke arah kanan sambil memegangi tangan kirinya yang terasa sangat sakit. Dengan penuh emosi, Brian menatap orang yang telah menendangnya. Tetapi, sesaat, emosinya mereda tau, kalau orang yang menendangnya adalah Ardiansyah."Kita pergi dari sini," ucap Ardiansyah sambil menggenggam erat tangan Felysia."Apa maksud lo? Gua lagi bicara sama pacar gua,
Baca selengkapnya
Dansa Perpisahan
Jam 20.00. Prata dan Reza sudah sampai di depan indekos Ardiansyah, dengan semua luka yang ada di wajahnya. Walau, wajah mereka berdua lebam, mereka masih sempat-sempatnya tersenyum lebar pada Arta yang sudah menunggu kepulangan mereka."Gimana?" tanya Arta pada Prata dan Reza yang baru saja sampai di hadapannya."Sempurna," jawab Reza.Arta pun mengangguk pelan. Ia tau betul, apa yang dimaksud sempurna oleh Reza. Ia yakin, kalau kedua orang itu bisa menyelesaikan masalah ini, tanpa membuat masalah baru lagi."Dia nggak keluar?" tanya Prata."Belum. Tapi, dia tadi sempat ngobrol sama gua. Dan, dia udah makan nasi bungkus dari Denis," jawab Arta."Baguslah kalau gitu. Setidaknya, dia sudah makan," ucap Reza.Tiba-tiba, ada sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan indekos Ardiansyah. Arta, Prata, dan Reza sudah sangat mengenali mobil itu. Dan, mereka tau pasti siapa pemilik mobil hitam itu. Pemilik mobil hitam itu adalah perempuan yang telah
Baca selengkapnya
Bantuan Terakhir Ardiansyah
Jam 19.00. Di rumah Laura. Atau lebih tepatnya, di ruang tamu. Sedang ada empat orang yang sedang duduk di sofa. Sepasang suami istri, anak perempuan satu-satunya, dan seorang laki-laki. Plak!...Suara tamparan itu terdengar jelas di telinga semua orang yang ada di ruang tamu. Tentu saja, Rizky lah yang membuat suara itu. Rizky lah yang menampar. Dan, Brian lah yang tertampar. Rizky sangat tidak percaya dengan apa yang sekarang ia alami. Ia tidak percaya, kalau anak perempuan yang selama ini ia jaga, ternyata sudah dirusak oleh laki-laki lain. Emosinya sudah tidak bisa dikendalikan lagi. Sungguh, ia sangat membenci laki-laki itu. Andai saja, membunuh orang tidak berdosa. Pasti, Rizky sudah membunuh laki-laki itu sejak awal. "Laura. Bukannya kamu pacarnya Langit?" tanya Rizky sambil menatap Laura dengan tatapan tajam. "Bukan Laura yang salah, Om. Saya yang salah," sahut Brian. Plak!...Tamparan keras lagi. Tentu saja, Brian lah ya
Baca selengkapnya
Sahabat Baru
Jam 19.00. Brian sedang berada di sebuah mini market untuk membeli beberapa cemilan untuk sang calon istrinya. Dengan sekeranjang penuh, ia berjalan menuju ke arah kasir. Lalu, membayar semua barang belanjaannya.Setelah selesai dengan urusannya di mini market. Ia pun keluar dari bangunan itu, lalu berjalan menuju rumah Laura yang letaknya tidak begitu jauh dari mini market itu.Ia memang sengaja berjalan kaki. Karena, malam ini ia berniat untuk memuaskan dirinya sebelum hari esok. Karena, hari esok adalah hari pernikahan dirinya dengan Laura.Langkahnya terhenti di depan sebuah gang sempit. Ia menatap gang sempit itu secara saksama. Kalau perhitungannya benar, gang itu adalah jalan pintas untuk ke rumah Laura. Gang itu bisa membuatnya lebih cepat 5 menit untuk sampai ke rumah Laura.Tanpa basa-basi lagi. Ia pun mulai berjalan memasuki gang itu. Dengan langkah pelannya, ia mulai memasuki gang itu. Matanya menatap dinding yang ada di samping kanannya. 
Baca selengkapnya
Ardiansyah Tunangan?
  Jam 09.00. Di depan sebuah gedung pernikahan. Sudah berdiri seorang laki-laki dengan setelan jas berwarna biru muda. Laki-laki itu sangat terlihat sangat tampan hari ini. Siapa lagi kalau bukan Ardiansyah Elvano Sora. Seorang laki-laki yang telah ditinggal nikah oleh pacarnya sendiri. Dengan sebuah senyuman, ia melangkahkan kakinya memasuki gedung pernikahan. Matanya melihat ke arah sekitar. Ia tersenyum kecil, saat melihat banyak teman Rizky dari angkatan laut mendatangi acara ini. Ia duduk di salah satu kursi yang posisinya ada di belakang. Ia sengaja duduk di paling belakang, agar Brian dan Laura tidak mengetahui kedatangannya ke gedung ini. Karena, ia tau kalau mereka berdua akan bersedih jika melihat kedatangannya. Jadi, ia memilih untuk menunda kemunculannya. Ardiansyah memandang wajah cantik Laura sambil tersenyum tipis. Perempuan itu sangatlah cantik dengan balutan gaun pengantin berwarna putih. Ia pasti sangat bahagia, jika pasangan La
Baca selengkapnya
Langit Yang Sebenarnya
Jam 15.09. Felysia sudah sampai di rumahnya. Dengan langkah kecil ia berjalan menuju pintu kamarnya. Matanya menatap pintunya yang terlihat terbuka. Ia sangat yakin, kalau sebelum ia berangkat, ia sudah menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Seketika, ia langsung mendapatkan firasat buruk. Ada seorang maling di kamarnya? Atau, ada seseorang penculik yang sedang bersembunyi di dalam kamarnya? Dengan perasaan khawatir, ia mulai melangkah mendekat ke arah pintu kamarnya. Ia pastikan, setiap langkahnya tidak menimbulkan bunyi. Agar, orang yang ada di dalam kamarnya, tidak mengetahui keberadaannya.Saat ia sudah berada di depan pintu, ia langsung mengintip dari sela-sela pintu. Ia melihat ada seorang gadis kecil yang sedang duduk di atas kasurnya sambil membaca sebuah buku novel.Felysia pun menghembuskan nafas lega. Karena, ternyata yang membuka pintu kamarnya adalah Nindy. Ia pun membuka pintu kamarnya lebar. Lalu, berjalan masuk ke dalam kamarnya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status