All Chapters of Jerat Cinta CEO Mesum: Chapter 61 - Chapter 70
524 Chapters
Bab 60. Perubahan Sikap Naya
Mobil mewah berwarna hitam milik keluarga Sebastian telah terparkir di depan rumah gadis tomboy itu."Terima kasih, Mas Haris," ucap Naya sebelum keluar dari mobil."Kenapa cuma berterima kasih kepada Haris?" tanya Gilang sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Ucapan sang CEO muda itu menghentikan tangan Naya untuk membuka pintu mobil. Ia menoleh kepada laki-laki tampan itu. "Maaf, Mas," ucap Naya yang merasa tidak enak hati dengan Gilang, "Terima kasih ya, Mas Gilang."Setelah mengucapkan kata itu ia segera keluar dari mobil, lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah tanpa menoleh lagi ke belakang, walaupun mobil sang kekasih belum pergi."Ris, kamu selidiki kenapa Naya seperti itu? Tidak biasanya dia jadi pendiem gitu," perintah Gilang kepada sang asisten sembari terus memandang punggung sang kekasih yang sudah menghilang di balik pintu."Baik, Bos," sahut Haris dengan tegas, "Kita jalan sekarang, Bos?" tany
Read more
Bab 61. Terlalu Sering Berbohong
"Saya percaya Bos," sahut Haris.Laki-laki tampan itu tidak mau berkomentar apa-apa lagi. Ia sudah merasa senang melihat perubahan pada sikap sang bos terhadap gadis cantik yang ia sukai."Saya nggak mau calon istri saya menderita," ucapnya, "Hmm ... maksud saya, pasti Mami nggak mau calon menantunya menderita," ralat Gilang dengan gugup.Entah kenapa ia tidak sadar mengucapkan hal itu. Ia tidak mencintai Naya, tapi ia juga tidak rela kalau gadis yang dijodohkan dengannya dekat dengan laki-laki lain."Iya, Bos," jawab Haris sembari tersenyum.Haris merasa sang bos sudah mulai perhatian kepada calon istrinya. Namun, laki-laki itu terlalu gengsi untuk mengakuinya."Kenapa kamu senyum-senyum? Fokus pada kemudimu!" titah Gilang pada sang asisten.Ia yakin kalau laki-laki yang sedang mengemudi itu mengira kalau dirinya sudah menyukai gadis tomboy itu."Baik, Bos," ucap Haris dengan tegas. Ia tidak memperlihatkan ekspresi wajahnya pa
Read more
Bab 62. Rasa Kecewa
"Haris!" panggil Mami Tyas kepada laki-laki yang baru saja memasuki rumah mewah itu.Mami Tyas memanggil Haris untuk mengintrogasi asisten sang anak. Terlalu sering dibohongi oleh anak semata wayangnya membuat wanita paruh baya itu tidak mudah untuk memercayai setiap ucapan sang putra."Iya, Nyonya," sahut Haris. Kemudian, ia berjalan menghampiri sang majikan.Kini dua laki-laki tampan pemikat hati para wanita itu berdiri di hadapan Mami Tyas. "Kalian dari mana jam segini baru pulang?" tanya sang mami kepada asisten baru putranya sembari menyilangkan tangan di bawah dada."Maaf, Nyonya," jawab Haris dengan sopan, "Tadi kami mengikuti Nona Naya sampai di rumah singgah tempat Nona mengajar anak-anak jalanan, setelah itu mengantar Nona pulang," jelas Haris dengan sopan."Apa kamu nggak lagi sekongkol dengan Bos kamu?" Mami Tyas memicingkan matanya. Ia mengira kalau anaknya sudah mengancam asisten barunya itu."Tidak, Nyonya," jawab
Read more
Bab 63. Dia Butuh Dukungan Kita
Papi Rizky datang menghampiri sang istri yang sedang berbicara dengan Haris. “Ris, kamu makan malam dulu sana!” titah Papi Rizky pada anak dari orang kepercayaannya.“Baik, Tuan,” sahut Haris dengan sopan, “Saya permisi, Tuan, Nyonya.” Haris membungkukkan badannya sebelum pergi dari hadapan sang tuan.Laki-laki muda itu pergi ke kamarnya yang ada di lantai bawah untuk membersihkan tubuhnya terlebih dulu sebelum makan malam.“Ayo kita bicara di kamar!” ajak Papi Rizky kepada istrinya.“Mau bicara apa di kamar? Pasti mau minta jatah,” cibir Mami Tyas sembari mencebikkan bibirnya.Wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik dan seksi itu berjalan lebih dulu meninggalkan suaminya.“Tahu aja yang Papi mau.” balas Papi Rizky sambil tertawa pelan. Lalu, menyusul sang istri yang sudah menapaki tangga menuju lantai dua.Setelah sampai di kamarnya, Papi Rizky mengaj
Read more
Bab 64. Demi Mami
TOK TOK TOK“Gilang! Mami masuk ya?” Teriak wanita paruh baya yang membawa makanan untuk anak semata wayangnya.“Iya, Mi,” sahut laki-laki tampan yang sedang duduk di sofa berwarna abu-abu yang ada di dalam kamarnya.Gilang sedang melihat-lihat model rumah besar dengan banyak kamar. Ia segera menaruh ponselnya saat sang Mami masuk ke dalam karena tidak mau rencananya diketahui sang mami.“Ada apa, Mi?” tanya Gilang pura-pura tidak tahu maksud sang mami menemuinya.“Kamu belum makan ‘kan?” tanya sang mami sembari melengkungkan sudut bibirnya, membentuk senyuman indah yang menyejukkan hati seorang Gilang. “Mami bawa makanan untukmu.” Wanita yang masih terlihat awet muda di usianya yang sudah tidak muda lagi itu menghampiri anaknya. Lalu, duduk di samping sang anak.‘Senang rasanya melihat Mami tersenyum seperti itu,’ batin laki-laki yang usianya sudah menginjak dua p
Read more
Bab 65. Menebus Kesalahan
 Mami Tyas melepas pelukan sang anak, lalu menyeka air mata yang menggenang di pelupuk matanya. “Sudahlah yang penting kamu mau berusaha untuk berubah,” sahut sang mami sambil membelai wajah tampan putranya. “Maafkan Mami karena selalu meragukanmu.”“Gilang sudah terlalu sering membohongi Mami dan Papi, wajar saja kalau Mami nggak percaya ucapanku,” ucapnya. Kemudian meraih tangan sang mami, lalu mencium kedua telapak tangan wanita yang telah melahirkannya.“Maafkan Mami dan Papi karena kami lalai mendidik kamu waktu kecil,” ucapnya setelah mencium kening putranya. “Mami mohon, tinggalkan kebiasaan buruk kamu, itu tidak baik, Nak!” titah wanita yang masih terlihat awet muda itu.“Iya, Mi,” sahutnya, “Gilang akan berusaha untuk tidak melakukan dosa besar itu lagi. Gilang mohon dukungan Mami dan Papi!” ucapnya dengan serius.“Mami dan Papi akan selalu mendukung ka
Read more
Bab 66. Pacar
"Mi, aku berangkat ya." Gilang mencium pipi sang mami sebelum berangkat ke kantor. Tidak lupa juga berpamitan kepada papinya."Kamu nggak sarapan dulu?" tanya sang mami yang sudah duduk bersiap untuk sarapan."Nggak, Mi, Gilang lagi buru-buru," jawab Gilang dengan cepat. "Gilang berangkat ya," pamitnya.Gilang berjalan dengan cepat sambil melirik jam yang melingkar di tangannya. Sementara Haris sudah berdiri di samping mobil dengan pintu yang sudah terbuka.Ia merogoh ponselnya sebelum masuk ke dalam mobil. Mencari nomor telepon Naya, tapi tidak menemukannya. "Ke mana nomornya?" gumam Gilang sambil terus mencari nomor telpon calon istrinya."Ris, kamu punya nomor telepon Naya nggak?" tanya Gilang pada laki-laki yang sedang fokus mengemudi."Punya, Bos," jawabnya dengan cepat, "Ada apa?""Coba sebutkan nomornya!" titah Gilang pada asistennya. Haris pun segera menepi dan merogoh ponsel di dalam saku jas. "Tunggu sebentar, B
Read more
Bab 67. Mas Gilang, Pelan-pelan Dong!
"Tidak apa-apa, Bos," jawab Haris.'Pasti dia lagi meledek aku?' gumam Gilang dalam hatinya. "Dengar ya, Haris! Saya tuh perhatian sama Naya untuk menyenangkan hati Mami saja," ucapnya memberi penjelasan kepada sang asisten."Saya tidak pernah berbicara kalau Bos Gilang perhatian sama Nona?" sahut Haris sembari menahan senyum. 'Kalau cinta bilang aja, Bos. Andai saja Nona Naya belum dijodohkan, mungkin saya tidak akan memberikan kesempatan kepada laki-laki lain untuk mendekatinya, termasuk Bos,' ucap Haris dalam hatinya."I-iya saya tahu," jawab Gilang yang merasa malu dengan ucapannya sendiri. "Saya hanya memberitahu kamu supaya kamu tidak salah paham."Haris tidak menanggapi ucapan bosnya lagi, ia tetap fokus kepada kemudinya. Beberapa menit kemudian mobil mewah itu telah berhenti di depan rumah Naya. Gilang langsung keluar dari mobil menyambut sang kekasih yang sudah menunggunya sambil menenteng kotak makan.Naya tidak sempat sarapa
Read more
Bab 68. Ciuman Yang Dirindukan
  “Nay, aku boleh minta nasi goreng itu nggak? Aku laper, belum sarapan,” ucap Gilang sambil terus menatap nasi goreng dalam pangkuan Naya.“Kenapa nggak sarapan dulu? Tadi aku masak banyak, kalau tahu belum sarapan aku bawa lebih banyak buat Mas Gilang dan Mas Haris juga,” kata Naya sambil mengunyah makanannya.“Aku tadi buru-buru, takut kamu kesiangan berangkat ke sekolah,” jawab Gilang dengan jujur.‘Kasihan juga manusia bunglon,’ batin Naya, “Mas Gilang nyuap pake tangan sendiri aja ya. Sendoknya cuma ada satu!” titah Naya kepada laki-laki yang duduk di sampingnya.“Nanti tanganku kotor, Nay,” sahut Gilang, “Kamu suapin aja ya!” pinta Gilang sembari menyunggingkan sudut bibirnya.“Nanti aku makan pake sendok bekas bibir Mas Gilang dong!” sahut Naya, “Nggak mau ah.” Naya menyembunyikan sendoknya di belakang tubuhnya.
Read more
Bab 69. Saya Asisten CEO Bukan Reporter Gosip
"Nay, kenapa bibir lo?" tanya Mia sambil menyingkirkan tangan Naya yang memegangi bibir."Gu-gue nggak kenapa-kenapa," jawab Naya gugup.Mia mengamati bibir sahabatnya yang terlihat berbeda. "Bibir lo keliatan bengkak gitu," ucapnya sambil memiringkan kepalanya mengamati secara dekat. "Abis digigit tawon lo ya?" 'Disengat tawon raksasa,' batin Naya sambil melipat bibirnya ke dalam. "Iyaa!" jawab Naya sambil bangun dari duduknya, lalu menarik tangan sang sahabat, "Kita ke kantin yuk! Gue belum sarapan."Tumben banget lo belum sarapan," kata Mia sambil mengikuti langkah Naya yang terus menariknya menuju kantin."Bunda ke pasar pagi-pagi sekali, jadi nggak nyiapin sarapan buat gue," jawab Naya."Nay, gue lihat tadi lo diantar sama mobil mewah, siapa tuh? Lo jadi simpanan om-om ya?" tanya gadis berseragam yang sama dengan Naya yang memakai bando berwarna merah muda.Gadis remaja dan teman-temannya itu tertawa mencibir Naya. Mereka b
Read more
PREV
1
...
56789
...
53
DMCA.com Protection Status