All Chapters of Jerat Cinta CEO Mesum: Chapter 51 - Chapter 60
524 Chapters
Bab 50. Ancaman Sang Papi
"Ya sama calon istriku lah! Sama siapa lagi?" jawab Gilang, "Aku masuk dulu ya, Pi." Gilang melangkahkan kakinya meninggalkan laki-laki yang masih terlihat gagah, walau sudah tua."Sampai kapan kamu terus bohongi Papi dan Mami?" tanya Papi Rizky sembari melipat tangannya di depan dada. Menatap punggung laki-laki tampan yang lahir dari benihnya.Ucapan sang papi menghentikan langkah pemuda yang kecewa karena gagal berkencan dengan wanita seksi.Gilang berbalik badan, kembali menghadap papinya. "Maksud Papi apa?" Laki-laki yang mempunyai lesung pipi itu pura-pura tidak mengerti apa yang dimaksud sang papi. Ia masih saja bersikap seperti orang tidak tahu apa-apa.Dia lupa kalau sang papi orang yang berkuasa, bisa melakukan apapun termasuk mencabut semua fasilitas yang Gilang nikmati saat ini."Kalau Papi mengambil semua fasilitas, termasuk jabatan kamu sebagai CEO di perusahaan FaRiz Group, apa kamu mampu menghidupi dirimu sendiri?" tanya
Read more
Bab 51. Basah Tengah Malam
Setelah sakit di kepalanya sudah mulai mereda, Gilang menyudahi acara merendam senjata keperkasaannya.Wajah laki-laki itu terlihat berseri setelah berendam. Ketampanannya seakan tidak pernah pudar walau ia tidak pernah melakukan perawatan apa pun.Gilang segera memakai boxer dan kaus oblong berwarna putih. Ia segera naik ke atas ranjang, merebahkan tubuh tegapnya di tempat tidur empuk. Ditatapnya layar ponsel yang menampakkan wanita cantik nan seksi tanpa busana sedang berusaha menggodanya. Rupanya Gilang sedang melakukan panggilan video dengan pramusaji yang pernah berkencan dengannya."Sayang, kamu sangat seksi dan menggairahkan. Gilang mencium layar ponselnya saat kamera ponsel wanita gatel itu mengarahkan ke lubang keramatnya.Laki-laki tampan itu turun dari tempat tidurnya, ia pun membuka semua pakaian yang melekat di tubuhnya."Senjatamu benar-benar super," ucap si wanita seksi saat melihat senjata keperkasaan Gilan
Read more
Bab 52. Dicoret Dari Daftar Keluarga
Papi Rizky masuk ke dalam ruangan CEO perusahaan FaRiz Group yang merupakan perusahaan keluarganya yang ia wariskan kepada putra tunggalnya bernama Gilang Sebastian.Laki-laki tua yang masih gagah itu berjalan mendekati sang putra yang fokus dengan kerjaannya. Walaupun Gilang laki-laki brengsek yang suka berkencan di atas ranjang, tapi ia seorang pekerja keras. Semua proyek besar berhasil ia kerjakan dengan baik.Gilang mendongakkan wajahnya saat laki-laki yang berdiri di depan meja kerjanya tidak mengatakan sepatah kata pun."Aku kira Haris," kata Gilang sembari tersenyum saat melihat laki-laki yang berdiri di hadapannya itu adalah papinya sendiri. "Tumben Papi ke sini?" tanya Gilang sembari bangun dari kursi kebesarannya.Laki-laki itu mengajak sang papi untuk duduk di sofa yang ada di ruangan itu. "Silakan, Pi." Gilang mempersilakan papinya untuk duduk. Laki-laki yang usianya sudah lebih dari setengah abad itu duduk di
Read more
Bab 54. Mimpi Buruk
"Tidak!" Gilang berteriak sekencang-kencangnya, sehingga Papi dan maminya segera berlari menghampiri kamar sang anak. Mereka mengetuk pintu berkali-kali, tapi tidak ada jawaban dari Gilang. Sehingga Mami Tyas mengambil kunci lainnya dan membuka pintu kamar sang anak dengan kunci cadangan.Papi Rizky dan Mami Tyas segera masuk ke dalam kamar. "Gilang kamu kenapa?" tanya sang mami pada pemuda yang masih memejamkan matanya sembari teriak-teriak.Keringat bercucuran dari kening laki-laki tampan yang sedang tertidur, walau di dalam kamarnya ada pendingin ruangan. Tapi, tidak bisa mencegah peluhnya keluar dari pori-pori pemuda tampan itu.Mami Tyas mengambil gelas berisi air yang ada di atas nakas, lalu mencipratkan air itu ke wajah anaknya, hingga Gilang tersadar dari mimpi buruknya.Gilang pun membuka mata, lalu mengusap wajahnya yang basah. "Mami!" Gilang langsung memeluk sang mami yang berdiri di samping tempat tidurnya ketika tersadar dari mim
Read more
Bab 54. Kalah Pesona
Laki-laki tampan itu menjadi tidak berselera makan ketika mendengar orang tuanya pergi tanpa pamit padanya.Ia benar-benar merasa terasingkan di rumahnya sendiri. Akhir-akhir ini kedua orang tuanya terlihat tidak peduli lagi dengan dirinya."Aku benar-benar udah nggak berarti bagi mereka," gumam Gilang. Lalu, bangun dari duduknya. Pemuda itu tidak menyentuh makanannya. Ia segera pergi ke kantor dengan perut kosong."Ris, kamu tahu Mami dan Papi pergi ke Bandung?" tanya Gilang pada asistennya yang sedang mengemudikan mobil mewah berwarna hitam menuju kantor FaRiz Group."Tahu, Bos," jawab Haris dengan sopan, "Tuan dan Nyonya tadi sempat pamit pada saya. Beliau bilang akan menginap selama seminggu di sana."'Kenapa mereka pamit sama Haris bukan sama aku? Apa Haris itu anak mereka?' Gilang merasa cemburu kepada asistennya karena kedua orang tuanya lebih perhatian kepada pemuda tampan itu ketimbang anaknya sendiri."Kenapa mereka pamit sama kamu
Read more
Bab 55. Pegawai Baru
"Ris, kamu ikut ke ruangan saya!" titah Gilang saat mereka sudah memasuki lantai di mana ruangannya berada."Baik, Bos!" Haris mengikuti CEO muda itu memasuki ruangannya. "Di mana sekretaris anda, Bos?" tanya Haris ketika mereka masuk ruangan tidak ada siapa pun. Biasanya sang sekretaris CEO sudah datang lebih dulu."Dia sakit, nggak masuk kerja untuk beberapa hari ke depan. Kamu tolong cari orang untuk menggantikan pekerjaannya sementara!" Gilang berjalan ke meja kerjanya. Lalu, duduk di kursi kebesaran sang CEO. Laki-laki itu langsung membuka komputernya dan mulai bekerja."Baik, Bos!" Haris langsung menelpon temannya yang ditugaskan untuk membantu pekerjaannya selama ia sibuk mengurus masalah pribadi sang CEO. "Kamu sudah siapkan berkas untuk meeting pagi ini?" tanya Gilang pada sang asisten tanpa menatap laki-laki tampan itu. Netra coklat itu tetap fokus kepada komputernya."Semua sudah siap, Bos," sahut Haris."Bagus!
Read more
Bab 56. Kehilangan Jejak
Meeting berjalan dengan lancar, Gilang Sebastian memang mewarisi darah sang ayah, sebagai pebisnis yang hebat. Tidak ada proyek yang gagal semenjak FaRiz Group berada di tangannya."Bos, besok sore kita berangkat ke Bandung. Lusa, pagi-pagi sekali kita ada meeting. Setelah itu kita lanjut meninjau proyek baru di sana," kata Haris sembari berjalan menuju ruangan sang CEO setelah selesai meeting."Kita akan berangkat pagi-pagi, kamu atur semuanya!" titah Gilang kepada asistennya, "Saya akan mengunjungi rumah nenek Marisa. Kebetulan beliau dan Bunda Anin ada di sana.""Baik, Bos," sahut Haris dengan tegas.Gilang menghentikan langkahnya, begitu pun dengan Haris. "Silakan kamu ke ruanganmu! Selesaikan semuanya sebelum kita berangkat!" titah sang bos ketika mereka berada di depan ruangan asisten CEO, ruang kerja Haris."Baik, Bos!" Haris menganggukkan kepalanya , lalu masuk ke dalam ruangannya setelah sang bos kembali melangkah pergi ke ruangan CEO.
Read more
Bab 57. Rumah Tua
"Nona masuk ke rumah itu, Bos," kata Haris sembari menunjuk bangunan tua yang terlihat sudah usang.Rumah tua yang jendelanya ditambal oleh kardus dan banyak barang-barang bekas di sekitar bangunan itu."Apa kamu nggak salah lihat?" Gilang tidak percaya dengan ucapan asistennya karena bangunan tua yang ditunjuknya seperti rumah hantu."Saya melihatnya sendiri, Bos," jawab Haris dengan yakin.Gilang tidak mau masuk ke dalam bangunan tua yang terlihat seperti rumah hantu. Ia sudah membayangkan sendiri kalau di rumah itu banyak makhluk yang tak kasat mata."Coba kamu periksa sana! Saya tunggu di sini," titah Gilang pada laki-laki muda yang menggunakan setelan jas berwarna hitam dan kemeja berwarna putih."Baik, Bos!" Haris mengangguk pelan, lalu mengayunkan langkahnya menuju rumah tua itu.Laki-laki tampan itu berjalan dengan santai, lalu mengetuk pintu rumah yang tidak tertutup rapat itu sembari mengucapkan salam.Seorang anak la
Read more
Bab 58. Manusia Bunglon
Mendengar suara yang sangat mereka kenali, Naya dan Haris bangun dari duduknya. Membalikkan badan menghadap laki-laki yang berdiri sambil bersandar pada tiang pintu. 'Aku kira cuma Mas Haris yang datang, tapi ternyata manusia bunglon itu juga ada di sini,' batin Naya. Ia pikir Haris sengaja mencarinya untuk kembali mengajak berkencan, tapi ternyata ia salah. Manusia bunglon yang menjadi calon suaminya juga ada. "Siapa yang pacaran?" elak Naya dengan tegas, "Aku sama Mas Haris baru juga duduk," jawabnya sembari mendelikkan matanya pada sang kekasih.  "Terus kalian ngapain duduk berdua di dalam rumah kosong?" tanyanya sembari menarik satu sudut bibirnya ke atas, mencibir dua orang yang berdiri di hadapannya itu. "Tadinya mau ngobrol, tapi Mas Gilang muncul tiba-tiba. Pertanyaanku aja belum dijawab sama Mas Haris," jawab Naya dengan jujur. Sementara Haris hanya diam sembari menundukkan pandangannya. Ia tidak berani menyahut ucapan pa
Read more
Bab 59. Calon Suami Naya
"Hai, Adik-adik semuanya. Perkenalkan nama saya Gilang. Saya ini calon suami kakak cantik ini." Gilang tersenyum sembari merangkul Naya yang berdiri di sampingnya.Sebelum anak-anak itu mengira kalau Haris pacar gadis Naya, ia sudah lebih dulu memperkenalkan dirinya sebagai kekasih gadis cantik itu."Kak Naya mau menikah?" tanya seorang anak perempuan yang kira-kira berusia dua belas tahun. Ia merupakan yang paling tua di antara sepuluh anak jalanan yang putus sekolah itu."Nggak, Sayang," jawab Naya, "Maksud Kakak nggak sekarang," ralat gadis cantik itu sembari berusaha melepas pelukan tangan sang kekasih.Namun, laki-laki itu tidak mau melepaskannya. "Kamu kenapa sih? Kamu ini 'kan calon istri saya," tanya Gilang dengan pelan seperti sedang berbisik."Contohkan yang baik kepada anak-anak!" balas Naya tidak kalah pelan.Gadis tomboy itu merasa tidak nyaman dengan perlakuan kekasih bohongannya. Ia tidak mau menjadi contoh yang tidak baik unt
Read more
PREV
1
...
45678
...
53
DMCA.com Protection Status