All Chapters of Dendam Birahi Penakluk Hati: Chapter 31 - Chapter 40
185 Chapters
Curiga
“Kamu pulang sama siapa, Nduk?” Pelukan erat yang sangat dirindukan selama ini masih belum dilepaskan, dekapan yang menjadi obat dari segala kesakitan yang dia alami selama berada jauh di tempat orang, inilah surganya, inilah tempat dia ingin tuju ketika dirinya dalam ketakutan. Pelukan hangat seorang ibu.    “Ayo masuk dulu, ya Allah mimpi apa Ibuk tadi malam, kok pulang ndak ngabari to, Nduk.”  “Dinar kangen Buk, kangen sama Ibuk dan Arfa, jadi mutusin pulang saja, sendiri aja kok Buk. Mau sama siapa memangnya.” Pelukan dileraikan, Dinar masih menggandeng lengan Kinanti erat, sifat manjanya akan keluar ketika dia sedang ingin menyalurkan rindunya. Kinanti membawa putrinya ke dapur, menyuruhnya duduk dan mengambilkan wedang ronde kesukaan Dinar juga bolu kering buatannya.    “Kapan hari Ibuk ngimpi, Kowe moleh gowo jodoh. Diganjal dulu perutnya biar ndak sakit, kena angin malam di bus kan, takut masuk angin.”
Read more
Ampuni Aku Ibu
Dinar yang tadinya tiduran di kasur kecil di depan televisi langsung duduk tegak menatap ibunya, sorot matanya gelisah tapi mulutnya masih diam. Gadis itu kembali menghadap kearah televisi yang entah tayang acara apa.Dia sudah tidak fokus pada acara yang di tonton sejak dia sadar ibunya sedari tadi mencuri pandang ke arahnya. “Jawab Ibuk, Di.” Kinanti berbicara agak tegas.“Maksud Ibuk apa? Aku nggak ngerti buk.”“Anak siapa yang ada di rahimmu?” suara Kinanti bergetar.  “Ibuk ngomong apa?” “Jangan pikir Ibuk ini bodoh Ndak tau apa-apa. Jawab Ibuk, siapa lelaki itu?” Kinanti menarik lengan Dinar agar memandang kearahnya, putrinya itu dari tadi selalu mengelak jika mata mereka bertemu, dari situ Kinanti semakin yakin ada sesuatu yang tidak beres dengan putrinya. “Jawab Ibuk Di, jangan bilang dia tidak punya bapak. Ibuk selalu
Read more
Membawa Diri
Rumah Pak Anton   “Jadi putrimu itu sudah pulang, Ti?” Pak Anton bertanya pada Kinanti yang sedang duduk di depannya. Sementara Arfa menunggu urusan ibunya selesai sambil duduk di atas motor di depan toko saja, dia tidak mau masuk karena merasa gerah belum mandi.   “Iya Pak.”  “Duduk dulu, Aku ndak jelas dengan maksudmu tadi to, maksudmu menanyakan Andika kenapa?” “Mmmm, itu maksudku.. ” Kinanti jadi bingung mau menyampaikan maksudnya menemui pemilik toko serba ada itu.  “Oh, aku ngerti sekarang, Andika sedang ada urusan di Bali, dalam waktu sebulan gitu baru pulang, ada kursus di sana.” “Begitu, jadi gini Pak, niatku datang itu mau bertanya lagi, apa niat Andika melamar putriku masih bisa diteruskan?” akhirnya Kinanti nekad, tidak mau hilang kesempatan ketika Pak Anton mengatakan mengerti maksud kedatangannya.   Lelaki seusianya itu berdiri dan mengambil beberapa gelas air miner
Read more
Mimpi
Kediaman keluarga Assegaff   “Am bagaimana persiapan untuk proyek kita di sana?” Adam bertanya pada putranya, mereka sedang menikmati makan malam bertiga, Nora sedang sibuk mengambilkan lauk untuk suaminya. Dirham yang fokus ke layar ponselnya menoleh pada papanya.  “Ini Pa, Am sedang follow up dengan Aldiano. Dia yang Am minta untuk carikan tempat untuk disewa.” “Jadi kapan rencana kalian berangkat ke sana?” “Aldiano ngajaknya tiga Minggu lagi, Pa. Itu sepertinya mepet banget dengan hari dimulainya pembangunan.”  “Berangkatlah dua Minggu lagi, bisa juga Am pelajari apa-apa di sana nanti, cari tempat yang nyaman sedikit biar betah, tidak pulang ke Jakarta terus.”   “Tetap pulang dong, Pa. Paling tidak seminggu sekali ya, Am. Mama bisa sakit rindu nanti sama putra kesayangan Mama.” Nora membantah ucapan suaminya. Dia tidak mungkin bisa berlama-lama tidak bertemu dengan putranya. 
Read more
Kehilangan Jejak
Di tempat lain   Dinar turun dari ojek online yang membawanya dari terminal, setelah membayar ongkos ia lalu mengucapkan terima kasih dan berjalan ke arah tempat tinggalnya yang baru, jam sudah menunjukkan lewat dari 12 malam, lampu-lampu temaram halaman rumah membantunya untuk berjalan, Dinar masuk ke halaman rumah kecil keluarga Sabrina yang ditempatinya, meski rumah itu cukup sederhana, hanya berlantai semen tapi Dinar merasa sangat bersyukur karena sudah ada tempat tinggal sekarang, ada dapur untuk masak juga kamar mandi di dalam, jadi dia merasa sudah cukup untuk fasilitasnya. Ada sebuah kulkas kecil juga di sana. Bisalah untuk menyimpan buah dan sayuran. Kakinya terus diayun hingga sampai di teras, anak kunci diambil.   “Baru pulang, Di?” Dinar terlonjak kaget hampir saja berlari karena mendengar orang menegurnya dari kegelapan. Setelah ia menoleh dan mengamati siapa yang berbicara. Dia mengurut dada dan menarik napas lega. 
Read more
Aku Sayang Dia Brie
Praaaang!!! Gelas kosong di tangan Sabrina jatuh ke lantai semen, Dinar menunduk menutupi wajah sedihnya. “Kenapa kamu tidak memintanya menikahi mu, Di. Siapa bajingan itu?” Sabrina sungguh marah mendengar pengakuan sahabatnya.  Ia berdecak kesal dan duduk untuk mengambil pecahan gelas kaca di atas lantai. Setelah bersih, dia menarik tangan Dinar untuk duduk di ruang tamu, dia ingin mendengar semuanya sekarang juga.  Dinar lalu menceritakan awal mula dia berhenti kuliah, kecelakaan yang merenggut nyawa ayahnya, juga keputusan untuk mencari kerja di kota Jakarta, bertemu dan kenal dengan Dirham dan akhirnya hingga dia mengetahui jika dirinya berbadan dua.  “Sialan, bisa-bisanya kamu menuruti ancamannya. Dasar gadis bodoh!”“Aku takut orang-orang yang dekat denganku menjadi korban selanjutnya Brie, dia pernah kirim orang untuk mengawasi Ibuk dan Arfa, menjadi penyewa di rumah tetanggaku, agar bisa leluasa memantau rum
Read more
Dirham Mengidam
Kediaman Kinanti   Jehan kaget dengan tuduhan yang diberikan oleh ibu setengah baya di depannya itu. Dia kesini atas petunjuk dari Dirham untuk mencari jejak seorang gadis bernama Dinar Azalea.  “Jangan pura-pura tidak tahu apa-apa anak muda, untuk apa kau mencari anakku?” Sekali lagi Jehan terperangah, tidak menyangka berhadapan langsung dengan ibu dari gadis itu. “Begini, Bu. Saya ini dulu satu kerjaan dengan Dinar, tapi dia sudah hampir sebulan berhenti kerja, sepertinya dia ganti nomor ponselnya, itu yang saya tanya ke ibu langsung.”   Sekarang giliran Kinanti yang kaget mendengar anaknya itu sudah berhenti kerja, berarti dia sudah tidak di Jakarta lagi. ‘Kemana kamu, Nduk?’ dalam diam dia sangat menghawatirkan putrinya di mana sekarang.  “Ingat ya anak muda, kalau sampai aku tahu, kalau kau yang menyebabkan putriku menderita, aku tidak akan pernah memaafkan mu.” “Jadi Dinar ada d
Read more
Dia..
“Serius? dia di mana sekarang? dapat nomor ponselnya? kapan ketemu sama dia? maksudnya tanggung jawab untuk?” (Hei, hei, sabar bray.. lo pikir gue kereta api ekspress, tunggu gue jelasin dulu) “Oke, mulai sekarang!” terdengar decakan kesal dari seberang. (Tetap menyebalkan dari dulu, untung gue profesional) “Cepat, ngomong!" (Gue ketemu ibunya, bukan gadis itu, ibunya marah karena gadis itu sekarang tidak ada di rumahnya. dia pergi tanpa pamit alias minggat) “What? terus lo bilang dia minta gue tanggung jawab itu maksudnya apa?" (Bu kinanti bilang, putri dia kabur karena ada seorang lelaki buat putrinya menderita dan tidak mau bertanggung jawab, gitu boss “Ada minta nomor ponsel gadis itu?" (Ibunya galak banget, katanya nggak punya, mungkin sahabatnya yang di restoran itu ada yang tahu) “Memang lo belum tanya ke sana?) (Gue buru di sarang induknya dulu) “Anjir! bahasa lo, emang apaan tinggal di sarang?) (Okelah, gue pulang dulu, kenyang sudah barusan makan ini) Dirham seg
Read more
Beberapa Kejutan Dalam Sehari
Mengenali suara yang barusan memanggilnya, membuat Dinar berjalan semakin cepat, dia tidak percaya dengan pendengarannya, dia juga tidak yakin lelaki itu ada di sini sekarang, ini sudah jauh banget dari Jakarta, tidak mungkin dia.  Degup jantung Dinar semakin laju ketika mobil yang tadi jauh di belakangnya sekarang sudah berhenti di tepi jalan depan rumahnya. Dinar berhenti, hatinya cemas berharap orang yang akan keluar dari mobil bukan orang yang tengah dihindarinya. Dinar terus melangkah setengah berlari menuju halaman rumah, sekarang dia sudah sampai di depan pintu rumah sederhana itu. Tidak perduli dengan mobil yang berhenti di tepi jalan. Tapi takdir berkata lain. Ketika tangannya hendak mencari kunci di dalam tas, satu suara yang sangat dikenalnya kembali terdengar, sangat dekat di belakangnya. Dinar membalikkan badan. Dia mematung tak bergerak sama sekali.“Kamu di sini rupanya, Di.” Mata Dinar membulat, dan seketika berkaca-kaca, kakinya teras
Read more
Aku Suaminya
Dirham berjalan membelah kerumunan orang-orang yang berada di halaman rumah, sementara orang-orang di situ saling pandang antara satu dan yang lain, dengan suara yang bisik-bisik sehingga menimbulkan suara gemuruh seolah kawanan lebah, Dirham berdiri di depan Dinar. Tangannya santai masuk ke dalam saku celana.  Dari dalam mobil tadi dia melihat ada yang tidak beres terjadi pada Dinar, jadi dia sengaja mendengarkan duduk persoalannya dulu, setelah waktunya tepat dia segera menampakkan diri, tidak tega membiarkan Dinar diusir warga dalam keadaan seperti itu.Dirham memutuskan untuk membantu Dinar, karena dia yakin Dinar sedang mengandung darah dagingnya. Semua hanya butuh bukti dari dokter kandungan. “Maaf lambat datang.” bisik Dirham di telinga Dinar.“Kenalkan aku Dirham Assegaff, aku lambat jenguk istriku, hingga menimbulkan salah paham di sini, Maafkan aku, Sayang.” panggilan sayang sengaja diucapkan sambil matanya lekat menatap Dinar yang masih terkesim
Read more
PREV
123456
...
19
DMCA.com Protection Status