Semua Bab Is Beating: Bab 51 - Bab 60
86 Bab
51 Perasaan Aneh
“Apa??”   “Aku ingin tidur bersamamu!” tanpa rasa bersalah Andrew mengulangi permintaannya. Sejak mereka berdua saling terbuka, Andrew lebih berani menunjukkan sikapnya.   “Andrew??” Alluna mengerjapkan mata penuh kebingungan.   “Hmm??” kedua alisnya terangkat secara bersamaan.   “Kau, sedang tidak mabuk, kan?” wajah polosnya terlihat sangat menggemaskan.   Hahahahaha....Seketika Andrew terbahak-bahak sampai tubuhnya terdorong kebelakang berbaring di ranjang.“Kemarilah!” Andrew beranjak mengubah posisinya menjadi duduk. Dia mengulurkan tangan meminta Alluna mendekat.   Tanpa ragu perempuan itu meraih tangannya dan melangkah mendekat naik ke atas ranjang duduk berhadapan dengan Andrew.Tangannya bergerak merapihkan anak rambut yang bergelayut di kening Alluna, kemudian tersenyum.“Aku hanya ingin memelukmu, kau pikir... ak
Baca selengkapnya
52 Imbalan Sebuah Ciuman
Alluna mempercepat langkahnya pergi menjauh dari kantin namun ketika teringat bahwa berkasnya tertinggal di meja dia kembali memutar tubuhnya dan bermaksud untuk mengambilnya namun dia justru di kejutkan dengan Romand yang sudah berdiri di belakangnya.    “Astaga!!” teriaknya histeris, Alluna harus tetap tenang di depan Romand agar laki-laki itu tak curiga dengannya.    “Alluna kau baik-baik saja? Kau berkeringat dingin” Romand bermaksud untuk menyerahkan berkas milik Alluna yang tertinggal. Namun sepertinya perempuan itu sangat ketakutan dibuatnya.    “Aku, aku baik-baik saja. Um.. maksudku sepertinya aku sedang tidak enak badan” jelas Alluna dengan terbata.    “Aku tidak bermaksud untuk mengejutkanmu, aku hanya ingin mengembalikan ini... berkasmu tertinggal di meja tadi” Romand menyerahkan semua lembaran kertas kepada Alluna.    Tanp
Baca selengkapnya
53 Menahan Kesal Di Bawah Hujan Salju
Setelah mampir ke toko membeli buah tangan, Tad mengemudikan mobilnya menuju ke rumah Andrew. Kini dia sedang memarkirkan mobilnya di halaman depan rumah tepat di sisi mobil Andrew. Sementara suasana di pantry menjadi hening kedua orang yang masih diam saling menatap membuat suasana semakin canggung.“Haruskah imbalannya ciuman??” mencoba bernegosiasi agar Alluna tidak perlu menciumnya. Tangan Andrew tengah meraih pipinya, punggungnya sedikit membubgkuk saat ingin mencium bibirnya. Sementara kedua tangan Alluna yang kotor tengah terangkat dan terpaku di udara. Di pintu ternyata sudah ada Tad berdiri dengan membawa bungkusan di tangannya. Dia baru saja datang dan dikejutkan dengan pemandangan yang tak seharusnya dia lihat. Alluna dan Andrew belum sempat berciuman namun melihat kedekatan wajah mereka membuat Tad merasa kesal.Namun dia berusaha untuk mengendalikan diri dan bersikap tenang.&nbs
Baca selengkapnya
54 Perdebatan
Tanpa rasa bersalah Andrew pergi meninggalkannya berdua dengan Nathan.   Alluna hanya tersenyum sinis tak menyangka Andrew akan melakukan itu padanya.   Nathan yang berdiri di sampingnya menoleh ke Alluna yang sedang tertunduk kesal. Melihat perempuan itu kedinginan dia kemudian melepaskan mantel untuk menyelimuti tubuh Alluna.   Perempuan itu menoleh terkejut ketika tubuhnya terasa hangat.“Kak??”    “Pakailah, kau terlihat sangat kedinginan!” helaan nafas panjang terlihat saat asap putih keluar dari mulut dan juga hidungnya, cuaca malam itu sangat dingin di sertai salju yang semakin lebat.“Aku akan mengantarmu kembali ke hotel” ucapnya sembari melangkah maju membuka pintu.   Seorang pegawai restourant baru saja mengambil mobil milik Nathan dan kini dia telah memberikan kunci mobilnya kepada pemiliknya.   “Umm... tapi, kak” Alluna nampak ragu, di
Baca selengkapnya
55 Mulai Terbuka Dengan Perasaannya
Sebelumnya Andrew mengatakan bahwa dia akan menghubungi seseorang, namun Tad tidak berfikir kalau itu adalah Alluna. Setelah beberapa saat Andrew tak kunjung kembali ke kamar, Tad berencana untuk mencari Andrew.Akan tetapi ketika sedang melangkah keluar dari kamarnya, dia justru melihat Andrew sedang menarik paksa Alluna masuk ke dalam kamar. Tubuhnya seketika terpaku tak ingin berfikir lebih Tad berusaha menyusul mereka masuk ke dalam kamar. Namun saat sampai di depan pintu kamar Alluna yang tak tertutup rapat Tad justru di kejutkan dengan percakapan mereka.Dia bahkan mendengar semua yang tak seharusnya didengar. Semua percakapan mereka dari awal hingga akhir Tad mendengarnya jelas. Hingga akhirnya ketika Andrew memilih keluar dari kamar Alluna dia terkejut saat melihat Tad berdiri di sana. Andrew tak tahu sejak kapan Tad berada di depan pintu, dia berharap bahwa Tad tak akan mendengar percakapan mereka.
Baca selengkapnya
56 Bahaya Mengancam
"Kau?" Alluna masih tak percaya kalau Andrew akhirnya mengakui bahwa dia cemburu melihat kedekatannya dengan Nathan. Tapi itu tak sepenuhnya membuktikan kalau Andrew sudah membuka hati untuk Alluna. Walau bagaimanapun juga Alluna masih belum yakin jika Andrew dengan mulutnya sendiri mengatakan bahwa dia juga mencintai Alluna. Perlahan namun pasti Alluna tak ingin tergesa-gesa dia ingin semuanya berjalan mengalir begitu saja tak ingin memaksa Andrew atau malah nanti nantinya laki-laki itu justru menjauh karena sesuatu yang dipaksakan. Malam itu Alluna tidur di kamar Andrew sementara laki-laki itu tidur disampingnya menjaga dan terus mengawasi Alluna. Dia tak bisa tidur dengan nyenyak setelah mengetahui bahwa penguntit itu mengejar Alluna sampai ke rumahnya.Dia merasa bahwa Alluna sedang tidak aman. Nampak beberapa kali Andrew melangkah turun dari ranjang kemudian mendekati jendela mengintai keadaan luar u
Baca selengkapnya
57 Bahaya Mengancam
Setelah mempersilakan Mafin untuk masuk ke dalam, Alluna melangkah menuju ke pantry. Dia sengaja membuat minuman dan menyiapkan kudapan untuk Mafin. "Minumlah!" Perintah Alluna dengan nada lembut kemudian mendapat anggukan kepala dari Mafin. "Tidak perlu sungkan Nona, Saya akan meminumnya setelah akan berjaga di depan jika ada sesuatu jangan sungkan untuk memanggil Saya."Tentu saja Alluna merasa lega walaupun Andrew memilih pergi untuk menyelesaikan pekerjaannya tapi dia meminta Mafin untuk menjaga dirinya. Alluna menganggukkan kepala disertai Mafin yang melangkah keluar. Karena banyak sekali tugas yang harus diselesaikan, Alluna akhirnya kembali fokus dengan laptop yang ada di meja ruang tv. Sementara Mafin di luar sedang memperhatikan mobil yang melaju ke arahnya. Melihat Tad keluar dari mobil ekspresi wajah Mafin langsung berubah daftar. Walaupun dia tak menyukai keberadaan Tad di sana nam
Baca selengkapnya
58 Mafin Terluka
“Apa kau bilang? Apa maksudmu Alluna dalam bahaya?” kedua tangan yang sempat mencekik leher Romand dengan kuat kini perlahan mulai melemah.Memikirkan apa yang baru saja Romand ucapkan membuat Andrew tidak bisa berpikir jernih."Tad? Kau menyuruhku menghentikan Tad?  keningnya berkerut kasar alisnya menyatu mencoba mencerna ucapan Romand. Masih dengan nafas yang terengah-engah menahan rasa sakit di sekujur tubuh Romand kembali berucap."Ya, Tad, dia pasti sudah ada di rumahmu. Semalam... dia sempat bilang dalam keadaan sadar atau tidak dia berkata kalau pernah terbesit di otaknya bahwa dia ingin menghabisi Alluna. Tadi sebelum menuju ke rumahmu dia sempat datang kemari dan mengatakan kalau dia" ucapannya yang terbata seketika terputus karena Andrew kembali mencengkeram kerah kemejanya mengangkat setengah tubuh Romand dari lantai sembari menggeram marah. "Kalau dia apa!? Jangan berbelit-belit katakan apa yang a
Baca selengkapnya
59 Kematian
Mafin mendapat tembakan tepat di perutnya, setelah timah panas itu menembus perutnya darah segar langsung mencuat dari balik jas hitam yang di kenakannya. Sekujur tubuhnya terasa nyeri namun di bagian perutnya sampai mati rasa.Tubuhnya roboh, Mafin terkulai lemah jatuh bersandar di pintu. Alluna yang melihat reflek menggerakkan kakinya melangkah maju ingin menghampiri Mafin, namun Tad langsung mengarahkan pistol ke Alluna. “Berhenti!” Tad tak membiarkan Alluna menolong Mafin yang tengah terkapar menahan kesakitan.“Kau tidak bisa melakukan apapun tanpa seijinku!” tambahnya sembari melangkah mendekati Alluna. Dia semakin takut dan terpojok, melangkah mundur sampai di posisi tak bisa lagi bergerak. Alluna menelan ludahnya dengan susah payah. Keringat di dahinya terlihat mentes melewati pipi kemudian mengumpul di bagian dagu sebelum akhirnya Alluna mengusap dengan punggung tangannya yang t
Baca selengkapnya
60 Luka (Season 1 End)
Alluna menemani Andrew ke pemakaman. Laki – laki itu tengah tertunduk menatap papan bertuliskan nama Tad Klaew. Mengingat beberapa tahun silam bahwa Tad selalu menemani hari-hatinya membuat Andrew merasa bersalah karena telah membunuhnya. Alluna yang berdiri di samping Andrew dengan tangan terbungkus kain kasa di lukanya pun bisa merasakan kesedihan yang dirasakan laki-laki itu.Dia juga merasa bersalah karena dirinya, Andrew harus sampai kehilangan Tad. Tak ingin merusak suasana hatinya, Alluna melangkah pergi kembali ke mobil dan menunggu di sana  Lumayan lama Andrew menghabiskan waktunya di sana, Alluna sampai tertidur di mobil. Hingga akhirnya dia terbangun saat mendengar pintu di buka dan Andrew masuk ke dalam. “Maaf aku membangunkanmu” Andrew memakai sabuk pengamannya. Dia tak langsung menyalakan mesin mobil karena ingin membicarakan sesuatu dengan Alluna.&nb
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status