Semua Bab Tuan Sutradara Dan Nona Aktris: Bab 51 - Bab 60
164 Bab
51. Ada Yang Cemburu
Bertrand dan Celine baru saja pergi dari ruang apartemen Kiara ditemani Livia yang beralasan ingin sekalian keluar sebentar. Padahal karena Livia tahu, Alaric dan Kiara butuh dibiarkan bicara berdua saja. Dari ekspresi Alaric, Livia menyadari lelaki itu sedang menahan gemuruh di dadanya, dan siap dia tumpahkan kepada Kiara. Daripada Alaric mengungkapkan kekesalannya kepada Kiara di hadapan Bertrand dan Celine, lebih baik jika Alaric dibiarkan berdua saja dengan Kiara untuk menyelesaikan masalah mereka.  “Jadi … dialah pemuda Prancis yang selama ini kamu cari?” tanya Alaric. Matanya menatap Kiara serius, bibirnya kaku tanpa senyum. Alaric mengajukan pertanyaannya itu dengan nada suara biasa, dengan ekspresi wajah yang biasa pula, tetapi terasa begitu menohok hati Kiara. “Sudah lama aku nggak mencarinya lagi, dia yang datang padaku. Kebetulan dia sedang ada tugas memotret di Jakarta. Aku sudah merasa biasa saja padanya. Rasa penasaranku sudah terjawab. Sel
Baca selengkapnya
52. Kembali Ditinggal Pergi
Alaric tak punya pilihan lain. Ia tetap pergi esok harinya. Meninggalkan Kiara yang bahkan enggan mnegantarnya ke bandara. Alaric menghela napas. Ia hanya bisa berjanji pada dirinya sendiri. Suatu saat nanti akan kembali menjemput Kiara. Alaric sudah pergi. Kembali ke Paris. Lelaki yang mulai mencuri hati Kiara itu memutuskan masih ingin menetap dan berkarir di Paris. Awalnya karena disibukkan dengan jadwal kerjanya yang padat, Kiara merelakan begitu saja kepergian Alaric. Namun hampir enam bulan lamanya tidak bertemu Alaric secara langsung, ternyata mulai memunculkan rasa rindu di dalam hatinya. Terkadang Kiara masih menyalahkan dirinya sendiri sebagai penyebab kepergian Alaric. Kiara tidak bisa menjawab dengan tegas, saat Alaric mempertanyakan kesungguhan perasaanya pada pemuda itu. Kiara baru menyadarinya sekarang, ia merindukan sikap disiplin Alaric yang dulu seringkali membuatnya kehilangan mood dan merasa terlalu diatur. Aneh, saat ini, ia
Baca selengkapnya
53. Curhat Pada Sahabat
Restoran ala Jepang ini adalah tempat makan favorit Kiara dan Tristan. Tiap kali mereka janji bertemu, selalu saja tempat ini yang langsung terpikirkan oleh mereka. Tristan tertegun melihat Kiara berjalan menuju pintu masuk sama seperti dirinya. "Hei, Ra. Kamu sudah sampai," tegur Tristan setelah mereka dekat, lalu bersamaan mereka masuk ke dalam restoran itu. "Kamu juga," balas Kiara. "Maksudku, tumben kamu nggak telat. Biasanya, kalau janjian sama kamu, pasti kamua selalu telat. Paling cepat telat sepuluh menit deh." Tristan melihat jam tangannya. "Sekarang tumben, kamu tepat waktu," lanjut Tristan. Kiara tersenyum lebar. "AKhir-akhir ini aku memangs elalu tepat waktu. Gara-gara Alaric. Dia itu disiplin banget. Dalam acara apa pun selalu tepat waktu. Datang paling pertama, pekerjaan beres tepat pada waktunya. Kenal dekat dia, bikin aku mau nggak mau ngikutin ritme dia yang selalu mengerjakan apa pun di awal atau secepatnya." Kiara me
Baca selengkapnya
54. Menjemput Yang Terkasih
Mencari waktu yang tepat untuk terbang ke Paris bukanlah hal mudah bagi Kiara yang setiap hari dipenuhi jadwal pekerjaan super ketat. Syuting film terbaru, wawancara majalah, talkshow di televisi. Syuting iklan untuk televisi. Dan kegiatan lainnya, yang membuat Kiara hanya punya waktu libur dua minggu sekali selama hanya satu hari. Untunglah ada Livia yang mengurus pembuatan visa Eropanya selama Kiara sibuk bekerja. Kiara tentunya perlu datang juga untuk difoto dan menjawab pertanyaan, tapi semua berkas sudah disiapkan oleh Livia, manajernya itu pun men dampinginya. Kiara hanya perlu datang sebentar di sela-sela kesibukan syutingnya. Semalam ia mengirim pesan w******p, sekadar menanyakan kabar Alaric setelah sebulan lamanya ia bahkan tak sempat bertegur sapa walau hanya sekadar melalui pesan singkat. Keterlaluan! Kiara mengaki dirinya keterlaluan sekali. Tapi ia juga sedikit kesal pada Alaric yang juga seperti tidak peduli padanya. Dalam tiga bulan ini, Alaric baru m
Baca selengkapnya
55. Cinta Kan Membawamu
Paris Kembali Kiara menjejakkan kakinya di sini. Kota di mana Alaric tinggal. Lelaki yang telah membuatnya rindu bukan main beberapa minggu ini. Terakhir kali ia bertemu dengan lelaki itu adalah enam bulan lalu. Alaric yang mengira Kiara masih ragu dengan perasaannya. Mengira Kiara mulai goyah karena bertemu Bertrand lagi. Padahal tidak pernah begitu. Kiara tidak punya perasaan apa-apa lagi pada Bertrand LaForce. Ia sudah mengakui sejak sebelum bertemu Bertrand di Jakarta, hatinya terpikat pada Alaric. Kehadiran Bertrand kembali di hadapannya, hanya membuat Kiara semakin yakin, Alaric lah, satu-satunya yang tak bisa ia lepaskan dari lubuk hatinya yang terdalam. Kiara menekan bel pintu bernomor 502 di hadapannya ini. Setelah menunggu beberapa menit, barulah pintu apartemen Alaric terbuka. Kiara sudah bersiap akan menyambut dengan senyum terindahnya sosok yang membuka pintu itu. Tetapi yang muncul darinya bukanlah seulas senyum, matanya membel
Baca selengkapnya
56. Berselisih Jalan
Alaric sudah mengelilingi Kota Nice untuk kedua kalinya selama dua hari ini. Kota ini akan menjadi setting film yang akan disutradarainya dua minggu lagi. Film ini akan disertakan dalam festival film pendek se-Eropa. Akan menjadi yang keempat kalinya ia mengikuti festival ini. Nantinya, film yang akan dikerjakannya ini hanya akan berdurasi selama empat puluh lima menit. Cukup panjang untuk dikategorikan sebagai film pendek, tetapi kurang panjang durasinya untuk bisa disebut sebagai film utuh. Ia menulis sendiri ceritanya, bahkan skenarionya juga. Alaric memang mempelajari juga teknik menulis skenario film saat kuliah dulu. Karena itu, dia memang lebih senang dan merasa puas jika menulis skenario sendiri untuk film yang akan digarapnya.  Cerita yang dia tulis ini mengisahkan tentang hubungan seorang anak lelaki remaja dan ayahnya yang duda. Bagaimana kemudian hubungan ayah dan anak ini berubah karena kehadiran seorang gadis cantik yang mengu
Baca selengkapnya
57. Kembali Ke The Portrait
Alaric hanya tersenyum sopan menanggapi candaan Camille Paradis itu. "Aku harus kembali ke hotel, setelah itu bersiap-siap memulai syuting. Kami akan mulai syuting hari pertama di waktu sore," kata Alaric. "Oh, kamu menginap di hotel apa?" tanya Camille. Alaric menghela napas. Dia ingin tak memberitahu, tetapi dia khawatir dianggap tidak sopan. Walau dia tidak nyaman dengan sikap Camille yang terkadang menggodanya, namun menurutnya sebaiknya dia tidak bersikap ketus dan bermasalah dengan insan perfilman di Prancis ini. Akhirnya Alaric menyebutkan nama hotel tempatnya menginap. Dia pikir, ada banyak kru film di hotel itu, Camille tidak akan berani berbuat macam-macam. Camille hanya tersenyum senang. Mereka pun berpisah. Alaric berharap dia tidak bertemu Camille lagi di Nice ini. Alaric menjalankan syuting selama dua minggu. Dia pun semakin sibuk. Bahkan dia hampir melupakan Kiara. Notifikasi ponselnya dia matikan. Sehingga dia tidak pernah tahu
Baca selengkapnya
58. Bertemu Lagi
Monte Carlo Kereta cepat bertiket mahal ini melaju benar-benar secepat namanya. Hanya dalam beberapa menit Kiara sudah sampai di Stasiun Gare de Monaco Monte Carlo. Tanpa mampir ke mana pun, Kiara langsung bergegas ingin menuju Kafe The Portrait”. Dari stasiun dia naik taksi menuju kafe itu. Ia ingin duduk di hadapan meja yang diletakkan di samping foto Kiara. Di saat yang bersamaan, Alaric berjalan perlahan, sambil menikmati lagi Kota Monte Carlo menjelang sore. Hingga sampailah ia di kafe yang tampak tidak terlalu besar di bagian depan. Tetapi begitu pengunjung masuk dan memilih ruang terbuka di belakang gedung kafe, bagian ini terlihat luas. Alaric masuk ke dalam kafe dan merasa bersyukur menemukan meja  yang menghadap foto Kiara yang berbingkai kayu mahoni. Foto itu cukup besar, sehingga dengan jelas memperlihatkan wajah Kiara yang cantik, tersenyum ke arah kamera. Tak lama Alaric sudah asyik menikmati pesanannya. Se
Baca selengkapnya
59. Formula One
Selama sebulan kemudian Kiara tinggal di Paris. Alaric menyewakannya sebuah kamar di hotel tak jauh dari apartemennya. Sebenarnya, bisa saja Kiara menginap di apartemen Alaric. Bisa saja Alaric mengalah tidur di sofa sementara Kiara tidur di kamarnya. namun, walau sudah bertahun-tahun tinggal di Eropa yang katanya orang-orangnya yang bebas saja tinggal serumah walau belum menikah, Alaric tetap menjunjung tinggi moral ketimuran. Baginya, tinggal serumah untuk dua orang berlainan jenis yang belum menikah adalah terlarang. Lagipula, dia ingin Kiara tinggak di tempat yang nyaman selama di Paris. Hotel itu memang bukan hotel mewah bintang lima, tapi sangat nyaman. Alaric tahu hotel itu hotel yang bagus karena dia mengenal pemiliknya. Alaric yang menanggung biaya sewa kamar hotel Kiara selama sebulan di hotel itu. Livia menerima perminaan Kiara yang ingin liburan sebulan. Livia mengatur jadwal kerja Kiara. Dia tidak menerima tawaran pekerjaan untuk Kiara selama satu bulan
Baca selengkapnya
60. Kembali Kepada Yang Tersayang
Setelah menonton Formula One di Monte Carlo, akhirnya Alaric luluh oleh bujukan Kiara. Ia pun bersedia kembali ke Indonesia. Kiara pulang ke Indonesia lebih dulu karena masa liburannya hanya sebulan. Setelah itu sederet pekerjaan harus dia kerjakan. Sedangkan Alaric masih harus menyelesaikan filmnya, mengikuti proses editing dan sebagainya yang butuh waktu tiga bulan. Setelah itu dia masih harus menghadiri promosi film itu yang diputar di beberapa acara festival film di beberapa negara Eropa. Selama itu, Alaric dan Kiara harus menjalani hubungan jarak jauh alias LDR. Tapi kali ini berbeda, Alaric tidak pernah mengabaikan pesan Kiara. Bahkan lebih sering dia yang lebih dulu menelepon atau mengirim pesan pada Kiara. Alaric berjanji, setelah pekerjaannya di Paris selesai, dia akan segera kembali ke Indonesia. Dia akan mulai memikirkan masa depannya. Alaric memutuskan tidak lagi berpikir terlalu idealis. DIa masih bisa membuat film komersil dengan kualit
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
17
DMCA.com Protection Status