All Chapters of His Dark Secrets: Chapter 11 - Chapter 20
36 Chapters
Erma Yunita
 Siapa sebenarnnya dia? Makhluk apa yang aku nikahi ini? Sudut kanan kepalaku berdenyut. Terdengar suara denging yang amat kencang. Sultan duduk di lantai. Ia menundukkan kepala. Perlahan dengan suara parau laki-laki yang kuanggap penipu itu bercerita.Kisah ini, entah bagaimana bisa terjadi. Begitu mengerikan. Kau perlu  mendengarnya. Lalu katakan aku harus apa?***Gadis polos nan cantik, tubuhnya mungil tapi tetap mempesona dengan mata yang berbinar. Orang-orang memanggilnya Ema, padahal nama lengkapnya Erma Yunita. Dia baru saja menikah dengan seorang pria yang tak lain anak dari pembantu di rumah ayahnya dulu. Pernikahan yang ditentang oleh ibunya sendiri. Ia bahkan harus menikmati tendangan, tamparan hingga kehilangan sebagian rambutnya akibat ditarik oleh sang ibu.“Ngopo koe malah nikah karo preman loh Em, opo ora ono lelanang kang luwih apik?”Si ibu kesal. Anaknya menikah dengan seorang man
Read more
Lelaki Venus
 “Wangine...nganggo minyak wangi tho Le?Suara Gareng makin menakutkan. Sultan gemetaran setengah mati. Lelaki ini bau sekali, entah berapa lama ia tak mandi. Kalau dari aroma tubuhnya sepertinya sudah lebih dari satu bulan. Dekil benar penampilannya. Ema segera menarik anaknya yang nampak tak nyaman di pangkuan Gareng. Pria itu tersenyum sambil terus memandangi Sultan yang sedang sibuk membantu ibunya.Seminggu kemudian Gareng datang lagi. Kali ini dia sudah bercukur. Badannya juga wangi, bajunya rapi. Ema terheran-heran melihat rupa Gareng yang baru. Sedang mengincar jandakah pria cungkring ini? Sepertinya tak ada janda atau perawan cantik di sini. Tidak mungkin kalau sudah menikah. Dia pasti sudah berkicau ke mana-mana kalau ada perempuan dungu yang mau saja dinikahinya.“Rupamu kok lain Mas Gareng? Punya pacar baru?”“Ah, mboten mbak Ema
Read more
AIDA
 Hutang keluarga menumpuk. Bisnis jual beli senjata rakitan ayah Sultan nyaris terbongkar aparat. Beruntung sudah ditutup. Pak Nanang kini membuka jasa memperbaiki alat elektronik apa saja di pasar. Penghasilannya tentu jauh dari yang diharapkan. Mobil satu-satunya harus dijual. Warung ibunya juga sudah lama tak beroperasi. Maklum, banyak tetangga yang tidak suka ada penjual minuman keras di daerah mereka.Siapa lagi yang harus membantu perekonomian keluarga, jika bukan Sultan. Widya sudah menikah dan sibuk dengan kembang kempis keuangan keluarganya sendiri yang juga masih seumur jagung. Sedangkan Rara, dia bahkan belum lulus  kuliah. Jadilah Sultan yang pontang-panting mencari uang untuk membayar hutang. Pekerjaannya sebagai guru tataboga SMK tentu tidak banyak membantu.Berani sekali Ema, mencari hutangan kepada rentenir untuk membayar hutang cicilan yang lain. Akibatnya, bukan mempermudah keadaan
Read more
Ikhtiar 
 “Sekarang kamu sudah tahu semuanya Kay,” ucap Sultan sambil menatap kosong ke arah langit-langit kamar.Adnan sudah tidur. Aku diam. Mencoba menerka apa yang tengah kualami. Mimpi burukkah? Pernahkan kau merasa seperti berada di dunia lain lalu mencoba tidur dan ingin kembali bangun di duniamu? Tidak! Ternyata inilah duniaku sekarang. Sebuah fase kelam yang entah kapan kan bercahaya. Bahkan untuk berharap pun aku tidak berani.Suara azan memecah suasana. Mengalun lembut menembus ke hati. Baru kali ini suara itu begitu membuatku terenyuh. Panggilan Tuhan itu, kenapa baru kusadari sekarang? Air wudu membasuh wajah, dinginnya meresap hingga ke dalam pori-pori. Ketika wudu, dosa-dosa kita akan luntur bersama air.  Baik sekali Allah bukan? Sesungguhnya bukan air yang membersihkan dosa, tapi ketaatan kita terhadap Allah .Aku harus kuat  seperti air, entah apa yang ada di hadapannya
Read more
Bolehkah Berharap?
 Terdengar suara printer bekerja dipagi hari.“Pagi-pagi udah sibuk sama printer.”“Aku mau mengundurkan diri dari kantor. Ingin punya lebih banyak waktu bersamamu.”Entah kenapa jawaban Sultan membuatku tersenyum. Mudah-mudahan dia benar-benar berubah. Ia tampak sibuk dengan pekerjaannya. Aku melangkah ke dapur bermaksud memasak. Ternyata, di meja sudah tersedia sarapan. Aromanya menggoda. Aku memang lapar, seharian kemarin nafsu makan hilang.“Aku sudah masak, kamu makan duluan aja. Aku mau ke kantor dulu pagi ini sambil belanja keperluan resto. Aku udah kenyang minum teh sama sedikit roti tadi.”“Kamu gak mau sarapan bareng sama aku?”“Aku buru-buru Sayang, Assalamu’alaikum.” “Wa’alaikumsalam.”Sayang? Sudah lama sekali aku tidak mendengar panggilan itu. Hari ini Sultan begitu mani
Read more
Kembalinya Masa Lalu 
 Lebih dari setahun berlalu. Usia Adnan juga sudah menyentuh tiga tahun. Ia lucu dan manis. Sultan seperti yang kukira, kebiasaan baiknya beribadah hanya ritual semata. Tak ada ruh di dalamnya. Aku muak melihatnya yang selalu kesiangan salat subuh. Jika dibangunkan, dia akan bilang “nanti sebentar lagi.” Ia juga sering melambatkan salat isya atau mungkin tidak shalat. Padahal, salat yang paling berat bagi orang munafik adalah salat subuh.Kupilih untuk menyibukkan diri di butik. Akhir-akhir ini pesanan gaun muslimah semakin meningkat. Aku dan Nirmala sampai kewalahan melayani pesanan yang datang. Mereka tak hanya membeli baju yang sudah tersedia, tapi juga minta dibuatkan gaun pesta yang tidak terkesan glamour.Yah, sebaik-baik pakaian tentu pakaian takwa, yang menutup aurat, tidak ketat, tidak transparan, dan tidak mencolok. Intinya tidak menarik perhatian. Nirmala sampai berkali-kali pulang
Read more
Teman Baru
Hari ini pesanan Angela, tunangan Mr. Lucas, seharusnya sudah selesai. Terakhir kemarin tinggal memasang payet. Dua gaun selesai dalam waktu kurang dari dua bulan. Untunglah. Kukira akan meleset dari waktu yang ditentukan. Sampai di butik, Ayana menatapku dengan wajah yang cemas. Ayana, pegawai baru yang menemani Nirmala, menggigit bibir, matanya memerah.“Kenapa Wajahmu begitu, Na?”“Mbak Kay maaf banget ya. Gaun Bu Angela agak tersayat, tadi jatuh terus kesangkut sama tanaman hias yang di sampingnya”“Hah? Astaghfirullah. Rusaknya parah gak? Apa kita harus ngulang bikin lagi. Aduh, aku dah bilang besok bisa diambil lagi.”Gaun berwarna merah itu rusaknya cukup mengerikan. Bisa diperbaiki sebenarnya, hanya saja akan merubah modelnya. Dan kalau diambil besok berarti aku harus menyelesaikannya malam ini. Segera kuhubungi Bude Larsih supaya menjemput Adnan dan mengant
Read more
Menguak Tabir Hitam
“Bagaimana perkembangan suamimu, Kay?” tanya Umi Ratna melalui telepon.“Aku tidak tahu Umi. Sampai sekarang belum ada bukti kalau dia memang bermain api lagi. Tapi aku merasa ada yang tidak beres. Hari ini dia pulang dari pelatihan. Selama ini sikapnya biasa saja, kami juga akrab, seperti pasangan normal lainnya. Dia kan pandai menyembunyikan sesuatu.”“Ya sudah kamu lihat saja dulu perkembangannya. Tidak gampang mengajak orang kembali ke jalan Allah. Apalagi kalau dia sendiri belum berniat. Kamu harus mengetuk hatinya berulang kali,” papar Umi Ratna.Aku tahu beliau berniat menguatkan. Meski sebenarnya Umi Ratna telah lama menyarankan perpisahan. Sebab, analisanya secara hitung-hitungan psikologis menyatakan Sultan memang tidak akan berubah, kemungkinannya kecil sekali.  Jika bukan karena Allah sendiri yang menyentuhnya, maka ia akan tetap seperti itu.Yah, Sultan hatinya keras. Bagaimana
Read more
Jembatan Asa
 Mobil berhenti setelah dua puluh menit melaju kencang. Kini aku berdiri di sisi jembatan. Di bawahnya ada sungai yang mengalir. Kupandangi langit yang mulai menampakkan bintang-bintang. Udara dingin berhembus sejak tadi. Meski aku mengenakan pakaian dan jilbab panjang yang menutup tubuh dengan sempurna, tetap saja hawa dingin itu terasa. Terbayang kisah masa lalu.“Terimakasih sudah menerima pinanganku. Sekarang kamu adalah bidadari yang akan menjadi teman hidupku. Batinku merasa damai.”Kalimat pertama yang diucapkan Sultan sesaaat setelah lamaran usai. Jantungku melompat kegirangan. Sekuat tenaga menahan rasa malu saat itu. Keindahan yang kini hanya menjadi ilusi. Bayangan manis dan pahit pun silih berganti. Akukah bidadarimu? Keraguan menggelayut. Bukan, akulah tameng yang sengaja diambil untuk menutupi kebusukan.Jam 10 malam. Jembatan Kali Lanang sudah sepi. Tiada orang atau kendaraan
Read more
Ponsel Siapa?
Adnan sekolah diantar Bude Larsih. Aku tidak berminat keluar rumah. Segala urusan butik di-handle Ayana dan Nirmala. Rasa penasaran terhadap apa yang Sultan sembunyikan membuatku gamang. Dia belum bangun, baru tidur selepas subuh.  Mencari ponsel Sultan yang disembunyikan, menjadi misi kali ini. Dengan kaki melangkah perlahan, mirip seperti pencuri, aku mengendap-endap masuk ke kamar. Dimulai dari laci meja dan lemari, tapi tak menemukan apapun. Kantong celana yang kemarin dia pakai pun kosong. Tak lupa kolong bawah tempat tidur, hasilnya juga nihil.Mobil Sultan! Mungkin ada di sana. Aku hafal di mana ia meletakkan kunci mobil. Berbagai sisi mobil sudah tersentuh tangan, tapi tak menunjukkan tanda-tanda keberadaan gawai sialan itu. Lalu, tampak ujung sebuah benda yang tertutup dengan boneka kura-kura. Ini dia ponselnya. Setelah dapat, aku justru terkejut.Ini ponsel siapa?
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status