All Chapters of THE IMPERIOUS HUSBAND: Chapter 61 - Chapter 70
73 Chapters
61. BAWA AKU BERSAMAMU
Reyna membuka matanya, dia mengerjap sesaat lalu memperhatikan detail ruangan dimana dia terbaring. Ah, aku terbaring di kamar," benak Reyna berkata.   "Kau sudah bangun, Sayang," sapa laki-laki yang terasa  membelai puncak kepalanya.   Reyna menatap laki,-laki yang penuh dengan  perban tebal di kepalanya. Wajahnya terlihat pucat, namun bibirnya selalu saja tersenyum.   "Kak Farel, apa yang terjadi? Kau tidak apa-apa, kan? Lukamu ini bagaimana? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Reyna khawatir. Dia akan beranjak dari tempat tidurnya namun, pria di depan nya menahan tubuh nya.    Pria yang saat ini duduk di pinggir tempat tidurnya membelai kepalanya lembut,  menatapnya tanpa kedip dan  sesekali  mencium hidung dan bibirnya dengan gemas.   "Kakak kok ngeliatin aku seperti itu, sih?" tanya Reyna dengan wajah merona.   Farel menggel
Read more
62. NGIDAM
Reyna dilarikan ke rumah sakit. Wanita itu mengalami pendarahan ringan akibat syock karena kejadian yang menimpanya.    "Reyna hamil 5 minggu, Pak," jelas dokter kepada Aldi.   Pria itu terdiam tanpa bisa berucap. Pria itu merasakan sesuatu yang membuat tubuhnya lunglai. Dia memposisikan dirinya sebagai Reyna. Bagaimana perasaan wanita itu saat dia tahu berita kehamilannya. Aldi yakin kesedihan hati Reyna semakin bertambah.    Aldi menatap Reyna yang masih terbaring lemah. Wanita itu belum sadar setelah dua jam di rumah sakit.   "Begitu banyak cobaan dan peristiwa yang kau hadapi, Reyna. Sungguh aku salah satu orang yang menyebabkan kau menderita  Aku menyesal membuatmu harus melewati masa-masa sulit saat bersama ku. Kapan kebahagiaan kbali datang padamu, Sayang," ucap Aldi pelan seraya menggenggam tangan Reyna.    Berita kehamilan Reyna kembali membuat nya ib
Read more
63. TEROR MISTERIUS
Seminggu ini Aldi tidak bisa bertemu Reyna dan Evan, dia keluar kota untuk menyelesaikan projek yang sebentar lagi akan  launching. Dan seminggu ini juga Aldi hanya bisa menghubungi Reyna dan anaknya lewat panggilan video.    "Bagaiamana baby ku, apa dia baik-baik saja?" tanya Aldi pada Reyna.   Reyna tersenyum kecil seraya membelai perutnya.   "Dia baik-baik saja, tapi sering sekali tengah malam kepingin yang aneh-aneh," ucap Reyna.   Aldi terkekeh kecil. Dia gemas membayangkan baby Reyna yang pasti lucu menggemaskan.    "Kau ingin dia laki-laki atau wanita?" tanya Aldi.   "Terserah saja, Mas. Yang penting baby sehat."   Aldi mengangguk setuju. Dia bahagia bisa membantu Reyna melewati masa-masa sulit saat ditinggal suaminya, walau Aldi tahu Reyna akan tetap bersedih saat dia sendiri.    "Mas ingin
Read more
64. KEDATANGAN ALDI
Sejak hari itu, Reyna selalu gelisah. Teror untuknya seakan-qkan fokus pada Evan. Wanita itu takut terjadi apa-apa pada putra nya. Tapi Reyna ragu untuk memberitahukan Aldi, dia tidak ingin laki-laki itu khawatir dan menganggu pekerjaannya.   Ini hari kedua Evan demam setelah kejadian teror itu  Bocah  kecil itu acap kali memanggil Daddy nya sejak kemarin.   "Dia demam sejak kemarin, kenapa baru mengatakan nya sekarang?" tanya Aldi saat Reyna menghubunginya.   Reyna mengarahkan kamera ponselnya pada Evan yang terbaring di tempat tidur.    Aldi menatap putranya dengan sedih. Tidak tega rasanya menyaksikan pangeran kecil nya tidak berdaya di tempat tidur.   "Maaf, aku tidak ingin kau kepikiran jika tahu Evan sakit," ujar Reyna menyesal.    Aldi menghela napas panjang. Dia menatap tubuh kecil putra nya yang sedang tertidur pulas. &nbs
Read more
65. AKU RINDU
Hari ini akhir pekan, Aldi tidak ingin menyia-nyiakan waktu untuk bersama putranya dan Reyna.   Namun kesehatan Reyna masih belum pulih. Beda dengan Evan yang sekarang sudah mulai bermain kembali.   Aldi mengetuk kamar Reyna lalu membukanya perlahan saat suara Reyna mempersilahkan dia masuk.   Aldi menghampiri Reyna lalu meraba kening wanita itu.    "Udah minum obat?" tanya Aldi.    Reyna menggeleng. Wajahnya masih terlihat pucat. Akibat teror yang dia alami membuatnya malas makan dan stress, untuk itu dokter Mario menyuruh Reyna untuk bedrest, apalagi kehamilannya masih masuk tri semester pertama.   "Pasti belum sarapan? Kau harus makan dulu sebelum minum obat."   Reyna kembali menggeleng lemah. Entah kenapa dia tidak nafsu makan. Tubuh nya masih terasa lemah.    Aldi keluar kamar sebentar lalu masuk k
Read more
66. PRIA BERTOPI
"Daddy, Evan mau ke taman," pinta bocah kecil memeluk kaki Aldi dengan wajah membujuk.   Aldi menunduk memperhatikan tatapan Evan, mengelus puncak kepala bocah itu dengan penuh kasih.   "Evan mau ke taman sama Daddy?" Aldi balik bertanya.    Evan mengangguk penuh harap. Membiarkan Aldi memainkan pipi gembul nya.   "Bunda gimana dong? Tega neinggalin bundanya di rumah?"    "Bunda mau kok, tadi bunda bilang ke Evan, asal Daddy nemenin, bunda pasti ikut."   Aldi tersenyum lalu menggendong Evan dan memeluknya erat. Hatinya bahagia, momen untuk bersama putranya  dan Reyna tidak akan di sia-siakan.   "Yuk, ganti baju dulu ya, Tuan muda," ajak Aldi menemani Evan ke kamarnya.   Aldi tidak bisa melepaskan pandangan nya pada wanita cantik di depan nya. Wali pun perut wanita itu sudah terlihat membuncit, namun kec
Read more
67. KISS ME AGAIN
"Apa itu, Bunda?" tanya Aldi pada Reyna. Reyna menaikkan bahunya dan kemudian mengambil sesuatu yang di pegang Evan.   Miniatur robot yang tangan nya tidak lengkap. Hilang sebelah.   "Evan di kasih om yang tadi, Bunda. Katanya buat Evan main, tapi kata Om nya tangan robot nya harus Evan sembuhkan dulu, karena lepas sebelah. Evan bilang, nanti Evan aja yang bawa ke dokter," ucap bocah itu lucu.    Reyna dan Aldi berpandangan. Mereka menerka-nerka maksud pria bertopi tadi.    "Evan tidak apa-apa kan,Nak? Om tadi tidak menyakiti Evan?"   Bocah tampan itu menggeleng seraya melingkarkan tangan nya di leher Aldi. Dia tidak mengerti jika kedua orang tua nya sangat cemas pada nya.    Keduanya terlihat lega. Reyna mencium pipi Evan dengan rasa syukur dan lega yang luar biasa. Kecemasan masih terlihat di wajahnya tapi wanita itu sudah bisa tersenyum sera
Read more
68. PENEMBAKAN
Seminggu ini Reyna kembali di teror oleh orang yang sama. Laki-laki bertopi yang acap.kali tiba-tiba hadir entah mengikutinya, atau sekedar lewat di depan kantor nya.    Pernah Reyna merasa pria asing itu mondar mandir di depan rumahnya dengan menggunakan sepeda motor.    Yang membuat Reyna heran saat Aldi ada di sampingnya atau berada di dekatnya, gangguan teror itu tidak pernah hadir, kecuali saat mereka ada di taman beberapa waktu lalu.    Reyna sungguh merasa hidupnya tidak tenang. Beberapa kali dia berpikir akan pergi membawa Evan ke tempat yang lebih aman, tetapi wanita itu memikirkan kandungannya yang tambah besar.    "Apakah pergi solusi terbaik untuk kami? apakah akan menjamin keselamatan kami?" Benak Reyna bermonolog.   Kegelisahan menyelimuti hati wanita itu untuk mengambil keputusan, namun dia juga tidak ingin membicarakan keinginannya dengan Aldi.
Read more
69. KERTAS BERPITA MERAH
Aldi telah dipindah ke ruang rawat inap setelah selesai melakukan operasi untuk membuang peluru yang bersarang di punggung kiri nya. Menurut dokter yang menangani, jarak peluru tidak terlalu dalam namun, Aldi kehilangan banyak darah. Untuk itu laki-laki itu harus dirawat untuk memulihkan bekas operasi dan kondisinya.   Keesokan harinya, kondisi Aldi sudah mulai membaik. Reyna menatap nanar ke arah sosok pria yang sedang terbaring di tempat tidur kamar perawatan. Wanita cantik yang matanya masih terlihat sembab itu menggenggam tangan Aldi.   "Mas, beneran tidak apa-apa?" tanya Reyna lembut.   Aldi baru saja tersadar dari pengaruh obat bius. Pria itu berusaha tersenyum untuk menenangkan hati Reyna.   "Aku tidak apa-apa, tidak perlu cemas, ya," jawab Aldi mengusap punggung tangan Reyna.    Reyna memperhatikan pria yang masih terbaring lemah. Dia tahu Aldi belum pulih walau seny
Read more
70. KEPUTUSAN REYNA
"Apalagi ini Tuhan, kenapa cobaan untuk hidupku tidak pernah berhenti?"   Reyna menaltap nanar isi tulisan dalam kertas itu. Dia segera meremas kertas itu dan membuangnya ke tempat sampah.    Dengan tubuh yang masih gemetar Reyna melangkahkan kakinya mendekati Aldi. Langkahnya gontai seraya menatap Aldi yang saat ini kembali tertidur. Tangannya terangkat dan menyentuh wajah pria itu, setelah itu tangan Reyna mengusap kepala Aldi lembut.   "Maafkan aku, Mas. Aku kembali harus menyusahkanmu. Semoga setelah ini semua akan baik-baik saja. Kau harus selalu bahagia, aku tidak ingin ada yang menyakitimu karena aku," bisik Reyna dengan air mata yang menetes.   Reyna mengecup kening Aldi lalu  bergegas keluar ruangan dengan menarik tas nya. Wanita itu berlari melewati koridor rumah sakit. Dia menuju ke arah pintu gerbang rumah sakit.   Reyna menoleh ketika dia merasa ada langkah
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status