All Chapters of Terjebak Cinta Mantan: Chapter 31 - Chapter 40
94 Chapters
TCM 31
Mereka sudah sampai di toko ibu Arga, Ana terlihat gugup dan merasa bersalah, terlebih jika mengingat kebaikan ibu Arga dan dirinya malah pernah tanpa sengaja menyakiti perasaan putranya.“Ayo masuk!” ajak Arga.Ana mengangguk, ia mengekor pada Arga dan masuk ke toko yang terlihat sedikit ramai itu. Mereka langsung menuju dapur karena sudah bisa dipastikan jika ibu Arga ada di sana.“Bu!” panggil Arga yang melihat ibunya sedang mengeluarkan kue dari dalam oven.Wanita paruh baya itu pun menoleh ke arah sumber suara putranya, ia tersenyum hangat dan segera meletakkan loyang yang ada di tangan ke atas meja pantry.Pandangan ibu Arga teralih pada bayangan yang ada di belakang putranya, wnaita itu tersenyum manis menyambut kedatangan Ana.“Bu!” sapa Ana yang langsung mendekat dan meraih tangan ibu Arga, kemudian mengecup punggung tangan wanita itu.“Gimana kabarmu, An?”
Read more
TCM 32
Ana berjalan dengan gontai begitu keluar dari lift, ia tidak mengerti kenapa harus merasa sakit. Langkahnya terhenti ketika melihat siapa yang berdiri di depan pintu menanti dirinya.“Ga!”Arga tersenyum hangat ke arah Ana, bagai sebuah sinar mentari yang begitu hangat dan menerangi jiwanya yang kalut. Arga bisa melihat kesedihan di wajah Ana, ia pun mendekat dan kini berdiri tepat di hadapan Ana.“Kamu nangis?” tanya Arga yang menatap manik mata Ana secara bergantian.Ana mengusap kedua lengannya, ia menjatuhkan keningnya di bahu Arga, untuk kesekian kalinya Ana menangis di hadapan pemuda itu.Arga tidak tahu harus bagaimana, memeluknya? Tidak mungkin! Arga akhirnya hanya bisa mengusap punggung Ana lembut, mencoba menenangkan perasaan mantan kekasihnya itu serta membiarkan menjadi sandaran untuk menangis.___“Sudah mendingan?” tanya Arga seraya menyajikan secan
Read more
TCM 33
Alisya merasa bahagia karena Ana mau tinggal untuk mengurus kakaknya, bahkan Alisya bisa melihat bagaimana Ana tengah sibuk membuatkan masakan khusus untuk Zidan hari itu.“Kak, bikin apa?” tanya Alisya yang melihat kakak iparnya sibuk di dapur.“Sup untuk kakakmu,” jawab Ana tanpa menoleh pada Alisya yang sudah berdiri di sampingnya.Alisya tersenyum senang, ia bisa melihat sebuah ketulusan di wajah Ana. Mungkin ini pertama kalinya Alisya melihat Ana terlihat begitu antusias terhadap sang kakak.“Sya, ambilin mangkuk donk!” perintah Ana seraya menunjuk pada rak piring.Alisya mengambil mangkuk yang dimaksud kakak iparnya dan memberikannya dengan senyuman lebar. Ana pun langsung memindahkan sup yang masih mengepulkan uap panas itu ke dalam mangkuk, ia menaruhnya ke atas nampan di mana sudah ada sepiring nasi juga segelas air putih yang sudah disiapkan sebelumnya.
Read more
TCM 34
Ana keluar dari kamar ganti, pagi ini ia siap berangkat bekerja setelah ambil cuti beberapa hari. Ana juga menyiapkan pakaian untuk Zidan, melakukan kewajibannya sebagai seorang istri setelah kembali berbaikan dengan suaminya.“Kamu masih suka bekerja, An?” tanya Zidan yang sedang mengancingkan manik kemejanya.“Iya Mas. Setidaknya dengan bekerja aku nggak merasa sepi,” jawab Ana yang sedang menyisir rambutnya.Zidan menoleh pada Ana, kemudian berjalan mendekat ke meja rias di mana Ana duduk. Zidan menatap wajah Ana dari pantulan cermin, meski dirinya merasa berat jika Ana bekerja, tapi demi memahami dan mengerti perasaan istrinya, Zidan berusaha untuk rela.“Iya, tapi jangan terlalu lelah!” ujar Zidan yang disusul sebuah kecupan di pucuk kepala Ana, membuat wanita itu tersenyum dan menganggukkan kepala.---Setelah latihan karena Arga dan bandnya akan melakukan konser
Read more
TCM 35
“Untung Kakak sudah pulang, aku mau menunjukkan sesuatu.” Mikaila terlihat begitu antusias, ia hendak meraih ponselnya dari tangan Zidan tapi dihalau oleh pria itu.“Kamu baru pulang?” Reaksi Zidan tidak sesuai dengan perkiraan Mikaila, membuat gadis itu terlihat takut menatap mata kakaknya yang sedikit berbeda.“Iya, Kak,” sahutnya. “Tapi aku datang untuk menunjukkan sesuatu, Kakak harus melihatnya!” Mikaila begitu antusias ingin memperlihatkan apa yang ada di ponselnya.Namun, sayang seribu sayang, bukannya bisa memperlihatkan apa yang dimiliki, Mikaila malah mendapat sebuah tamparan dari Zidan hingga membuat Ana juga Mikaila sendiri begitu terkejut.“Kak!” teriak Mikaila yang terkejut, ia memegangi sisi wajahnya yang terkena tamparan.“Baru sekarang kamu pulang, hah! Ke mana saja kamu? Saat ayah tidak ada, kenapa kamu malah menghilang, hah!” sembur Zidan yang terlampau emosi karena kelakuan adikn
Read more
TCM 36
Pagi itu Zidan mengantar Ana berangkat ke tempat istrinya bekerja, bagi Zidan sekarang adalah bagaimana cara menyenangkan dan membuat bahagia istrinya itu. "Apa sore nanti mau aku jemput?" tanya Zidan ketika mobil sudah sampai di depan gedung studio musik. "Kalau nggak sibuk, nggak apa-apa. Nanti aku kabarin kalau udah pulang," jawab Ana mencoba melegakan hati suaminya. Zidan mengulas senyumnya, akhirnya Ana tidak menolak tawarannya untuk menjemput, ia pun meraih kepala Ana dan mendaratkan sebuah kecupan di kening sang istri. "Baiklah, aku tunggu kabar darimu." Ana mengangguk, ia lantas turun dan melambaikan tangan ketika mobil Zidan melaju meninggalkan area studio musik. Ana pun berjalan masuk ke studio musik, bersiap untuk kembali bekerja. Ana sudah masuk ke lift, hingga ketika pintu akan tertutup, tangan seseorang menahan pintu lift agar tidak tertutup sempurna dan pada akhirn
Read more
TCM 37
Arga menautkan jemari pada jemari Ana, terus menatap wajah Ana yang duduk di sampingnya, membuat Ana benar-benar merasa canggung dibuatnya. "Ga, sampai kapan kamu mau menautkan jari seperti ini?" tanya Ana seraya mengangkat tangan mereka yang bertautan. "Selamanya," jawab Arga yang membuat Ana memukul lengan pria itu. "Ish ... jangan mengada-ada. Sudah waktunya aku bekerja," ucap Ana yang berusaha mengurai jemarinya. "Tunggu! Aku masih rindu." Arga malah mempererat genggamannya. Ana menatap Arga yang terus mengulas senyum, mengingatkan dirinya akan masa lalu di mana Arga akan bertingkah seperti itu jika seharian tidak bertemu dengan Ana. "Aku harus kerja, bagaimana kalau aku kena pecat jika tidak ada di mejaku saat jam kerja?" tanya Ana seraya menaikkan satu sudut alisnya. "Aku akan menampungmu, mencukupi kebutuhan dan segala keperluanmu,
Read more
TCM 38
Lanie melajukan mobilnya menuju rumah Arga, ia harus memastikan hubungan Arga dengan Ana, karena bagaimanapun Arga sekarang adalah seorang publik figur, tidak mungkin baginya menjalin hubungan dengan sembarang orang karena akan banyak paparazi yang mengincar berita darinya dari hal yang baik ataupun buruk.Lanie mengingat tentang perbincangannya dengan salah satu teman Arga."Sebelum kalian bertemu denganku, apakah Arga pernah dekat dengan seorang gadis?" tanya Lanie yang langsung pada intinya."Gadis ya?" Drummer di kelompok Arga itu tampak berpikir, ia mencoba mengingat, hingga ingat akan satu nama. "Iya, sebelum masuk dapur rekaman, Arga memang menjalin hubungan dengan seseorang sejak SMA. Namun sayangnya cinta mereka kandas karena gadis itu dipaksa menikah dengan pria lain oleh orangtuanya.""Siapa namanya?" tanya Lanie penasaran."Ana, Anarita. Dia gadis yang baik, ramah, dan juga sangat perhatian. Kami sendiri tidak menyangka jika akhirnya mereka
Read more
TCM 39
Zidan mengajak Ana ke sebuah restoran. Zidan merasa senang karena akhirnya dirinya bisa mengajak istrinya itu keluar berdua.  "Mas, aku ke kamar kecil sebentar," pamit Ana yang sudah berdiri. Zidan mengangguk. Ana pun langsung berjalan menuju ke kamar kecil. Ketika sang istri pergi ke kamar kecil, ponsel Ana yang berada di dalam tas terus berbunyi, membuat Zidan akhirnya berinisiatif menjawab karena takut jika itu panggilan penting. Zidan mengernyitkan dahi ketika melihat nama yang terpampang di layar ponsel Ana. "Arga?"  Zidan pun menggeser tombol hijau untuk menjawab panggilan itu. "Halo." Arga yang berada di seberang panggilan pun terdiam sejenak, tidak menyangka jika Zidan yang menjawab. Namun, jika dirinya langsung memutus panggilan itu, tentu saja akan membuat Zidan curiga, akhirnya Arga pun bicara kepada Zidan.&nb
Read more
TCM 40
Siang itu Ana tengah fokus dengan pekerjaannya, hingga suara benda pipih yang tergeletak di atas meja membuyarkan konsentrasinya. Ana menatap ke layar benda pipihnya itu dan melihat jika nama sang suami terpampang di sana. Ana pun menarik napas panjang kemudian mengembuskannya perlahan sebelum akhirnya ia menjawab panggilan itu."Halo Mas!" "An, aku ada di depan studio. Kamu bisa nggak turun sebentar!" pinta Zidan dari seberang panggilan.Ana terkejut karena Zidan ada di lingkungan tempatnya bekerja, berpikir apa ada sesuatu yang penting hingga suaminya itu datang."Iya Mas, tunggu sebentar," ucap Ana.Ana pun mengakhiri panggilan, ia bergegas turun untuk menemui Zidan. Dalam hatinya berdoa semoga kedatangan Zidan tidak karena curiga kepadanya.Ana melihat Zidan yang berdiri di samping mobil, ia pun langsung menghampiri suaminya itu."Ada apa, Mas? Kok tumben
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status