Ana tak pernah menyangka bahwa ia tidak akan pernah bisa melupakan mantan kekasihnya. Perbedaan latar belakang membuat orangtua Ana tidak merestui hubungannya dengan Arga, seorang vokalis band yang sering mengisi acara di kafe milik keluarga Ana. Sebagai Putri satu-satunya Ana tidak bisa menolak saat orangtuanya menerima pinangan seorang pria mapan bernama Zidan yang merupakan Direktur di sebuah perusahaan ternama. Seiring berjalannya waktu, Arga mantan kekasih Ana menjadi sosok terkenal, kehidupannya berubah menjadi superstar yang digilai banyak kaum hawa. Namun, sayang hati laki-laki itu sudah tertutup untuk cinta yang lain, di dalam hatinya hanya ada satu nama "Anarita". Arga pun kembali ke dalam kehidupan Ana, menawarkan kebahagiaan yang tidak pernah bisa diisi oleh sosok Zidan, suaminya. “Jodoh adalah takdir, tidak bahagia hidup dengannya adalah konsekuensi saat aku berkata bersedia." ~ Ana. Ditulis oleh Nasya dan din din IG : @nasyamahila @dindin_812
View MoreAna menatap wajah pria yang kini ada di hadapannya, dibelainya sisi wajah pria itu penuh kasih sayang. Tampak senyum bahagia terpancar dari wajah Ana.
"Jodoh adalah takdir, tidak bahagia hidup dengannya adalah konsekuensi saat aku berkata bersedia."
Laki-laki itu melihat mata Ana yang basah lalu menciumnya. "Aku mencintaimu Ana, sangat mencintaimu."
_
_
Lima bulan yang lalu
[ Aku ingin menemuimu, siang ini aku tunggu di tempat favorit kita ]
Begitulah kira-kira isi pesan yang dibaca Anarita, gadis berumur dua puluh enam tahun yang biasa disapa Ana itu, terlihat senang sekaligus cemas. Setelah putus kontak, untuk pertama kalinya sang mantan kekasih yang bernama Arga, kembali mengirimkan pesan kepadanya.
Ana mengguyar kasar rambutnya, bingung antara harus senang atau sedih untuk mengungkapkan perasaannya ketika mendapat pesan itu.
Anarita Maylafaisha, menyandang gelar istri Zidan Narendra dua tahun silam. Semua orang terdekat Ana tahu, sebelum menikah dengan Zidan, gadis itu sudah memiliki seorang kekasih bernama Arga, pemuda yang merupakan cinta pertamanya sejak SMA.
Namun, Arga yang hanya seorang vokalis band, dianggap tidak pantas bersanding dengan Ana oleh orangtua gadis itu. Pekerjaan Arga dinilai tidak mapan karena hanya mengandalkan panggilan manggung dari satu kafe ke kafe lain. Hingga oleh orangtuanya, Ana dijodohkan serta dipaksa menikahi seorang pemuda yang merupakan teman kakak laki-lakinya. Zidan Narendra, seorang Direktur di sebuah perusahaan properti ternama.
Kini di sinilah Ana berada, membangun biduk rumah tangga dengan pria yang tidak ia cintai sama sekali. Bagi Ana, Zidan adalah laki-laki baik tapi entah kenapa rasanya masih ada ruang kosong dan kehampaan di relung hatinya yang tidak bisa diisi oleh suaminya.
"Aku berangkat kerja dulu," ucap Zidan berpamitan pada Ana yang termangu di tepian tempat tidur. Pria itu mengecup kening istrinya dan hanya mendapatkan balasan seulas senyum terpaksa dari Ana.
Dua tahun menjalani hidup bersama, keduanya tidak pernah sekalipun membahas tentang masa depan apalagi anak. Bahkan Ana sempat berpikir mungkin suaminya tidak menginginkan buah hati yang terlahir dari rahimnya.
Setelah Zidan pergi, Ana kembali membaca pesan dari sang mantan kekasih. Ia tiba-tiba merasa bersalah ketika mengingat dialah yang meminta berpisah dari laki-laki itu.
[Baiklah, aku akan datang]
Ana akhirnya membalas pesan Arga. Jauh di dasar hatinya masih ada rasa bersalah. Ia juga ingin sekali bertemu meski hanya menyapa atau saling tatap. Setelahnya, ia berlari ke kamar ganti, memilih gaun mana yang cocok untuk ia kenakan. Ana sampai melempar serampangan beberapa gaun miliknya ke lantai.
"Ini tidak cocok! Ini tidak cocok! Ini juga tidak cocok! Aghh ... kenapa tidak ada yang cocok!" gerutunya.
Ana merasa bingung, ia beranggapan jika gaun-gaun itu tidak akan mempercantik dirinya di hadapan Arga. Entah kenapa, Ana ingin sekali tampil cantik dan sempurna di hadapan mantan kekasihnya yang sekarang sudah menjadi bintang itu.
-
-
-
Ana datang lebih awal dari waktu yang ia janjikan, jantungnya berdegup kencang. Ia bahkan tampak sesekali menarik napas lalu mengembuskannya perlahan. Berulang kali Ana melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan, harap-harap cemas.
"Lima belas menit lagi," gumamnya.
TRING!!!
Suara lonceng yang terpasang di pintu Coffe shop favorit mereka berbunyi nyaring, menandakan jika ada pengunjung lagi yang masuk ke sana.
Ana menatap ke arah pintu, ia bisa melihat seorang laki-laki menggunakan masker berwarna hitam berjalan ke arahnya. Jantungnya semakin berdegup tak terkendali, waktu seakan terhenti ketika laki-laki itu berdiri tepat di hadapannya.
"Hai!" sapanya.
Arga Rakawicaksana, sosok yang namanya pernah terukir indah di hati Ana, laki-laki yang pernah mengisi hari-harinya yang sepi. Arga masih sama seperti dahulu, meskipun senyumnya terhalang masker, tapi matanya jelas memancarkan kehangatan dan binar memujanya.
"Oh, ha-hai," sapa balik Ana tergagap.
Ana tidak menyangka jika bisa bertemu lagi dengan cinta petamanya itu, tatapannya tak beralih dari Arga yang sudah mendudukkan diri di kursi yang tepat berhadapan dengannya.
Mereka tampak saling tatap, sejenak terasa hening hingga pelayan datang untuk mencatat pesanan mereka.
"Apakah Anda sudah ingin memesan?"
"Espresso," jawab Arga yang tatapannya masih tidak beralih dari wajah Ana.
"Ice Latte less sugar."
"Baik, mohon tunggu sebentar!"
Pelayan itu meninggalkan meja Ana dan Arga tanpa merasa curiga bahwa sosok pria yang berkunjung ke Coffe shop tempatnya bekerja adalah seorang vokalis band yang tengah naik daun.
"Maaf Ana, aku tidak mungkin membuka maskerku di sini."
"Ah ... Iya, tidak apa-apa."
Ana yang sadar jika Arga terus menatapnya menjadi gugup, ia sampai menyematkan helaian rambut ke belakang telinga berulang kali—salah tingkah.
"Kamu, masih suka kopi pahit?" tanya Ana membuka percakapan mereka ketika pesanan mereka sudah tersaji di meja.
Arga tak langsung menjawab pertanyaan mantan kekasihnya itu, ia lebih memilih membuka masker, mengambil cangkir kopi lantas menyesapnya perlahan.
"Aku suka pahitnya kopi karena membuatku selalu mengingat akan cinta kita yang kandas dan berakhir dengan duka," jawab Arga seraya menaruh kembali cangkir ke meja.
DEG! DEG! DEG!
Jawaban Arga membuat jantung Ana semakin berdetak kencang. Kisah cinta mereka tidak akan berakhir duka jika saat itu dirinya lebih berani menentang keputusan kedua orangtuanya.
"Ga, aku--." Ana menjeda ucapannya ketika melihat Arga yang mengangkat jari telunjuk ke udara di hadapannya, mengisyaratkan agar Ana tidak bicara sepatah kata pun.
"Arga ya!"
Suara seorang wanita tiba-tiba terdengar. Arga menoleh, terkejut mendapati beberapa orang mendekat. Ya, ia lupa bahwa fans garis kerasnya pasti tahu sosoknya meskipun ia sudah mengenakan masker. Ana pun menunduk, dengan sengaja menyesap minumannya.
Suasana menjadi tidak kondusif. Arga langsung menghubungi managernya agar mengirimkan bantuan ke sana.
"Ana maaf!" ucapnya sambil meladeni permintaan para fansnya yang kebanyakan adalah kaum hawa.
Sementara Arga sibuk dengan penggemarnya. Ana memilih menatap wajah laki-laki yang pernah membuat hari-harinya bahagia itu. Satu persatu Kenangan bersama sosok mantan kekasihnya pun kembali melintas di pikiran Ana.
Jika dua tahun lalu Ia tidak menikah dengan Zidan, mungkinkah hubungannya dengan Arga masih baik-baik saja?
Zidan dan Arga memakai pakaian khusus untuk bisa melihat Ana, mereka masuk bersama setelah terjadi perdebatan sengit, tidak ada yang mengalah untuk bergantian melihat kondisi Ana. Hingga akhirnya perawat mengizinkan keduanya masuk bersamaan. Kini keduanya sudah berdiri di samping kanan dan kiri, menatap wajah Ana yang penuh luka, alat bantu napas terpasang di hidung, jarum infus dan alat penunjang kehidupan lainnya terpasang di seluruh badan. Kedua pria itu sama-sama menggenggam tangan Ana, bahkan mengecup punggung tangan bersamaan, seakan melupakan perdebatan mereka saat di luar. "An, jika kamu bangun. Aku berjanji untuk membahagiakan dirimu, akan aku ikuti semua keinginanmu. Bahkan jika kamu meminta aku mundur dari dunia musik, maka akan aku lakukan," ucap Arga yang terdengar begitu pilu. "An, meski aku tidak berhak, tapi kamu tahu aku sangat mencintaimu. Aku akan merawatmu meski suamimu melarang," ucap Zidan yan
"Kenapa? Kenapa melakukan ini padaku? Kenapa kamu menjadi orang yang membocorkan hubungan gelap kita? Kenapa kamu tega, Ga? Kenapa?" Ana melihat file berisi foto yang sama dengan foto yang dikirim ke Zidan, foto yang membuat hubungan mereka terbongkar. Bahkan Ana melihat foto bukti transfer kepada seseorang, menduga kalau Arga sengaja membayar untuk mengambil foto mereka secara diam-diam kemudian mengirimkan kepada Zidan. Zidan berjalan cepat menyusuri koridor, menuju ruang operasi sesaat setelah mendapat kabar Ana mengalami kecelakaan. Begitu melihat Arga yang tertunduk dengan tangan yang berlumuran darah, membuat Zidan murka. Mantan suami Ana langsung menarik kerah Arga, melayangkan bogem mentah hingga membuat Arga limbung dan terjatuh di lantai. "Apa yang kamu lakukan padanya, hah? Kenapa dia meminta maaf padaku berulang kali? Apa yang kamu lakukan, brengsek?!" Zidan kembali melayang
Arga langsung menggendong Ana begitu sampai di rumah. Seakan enggan melepas sang istri, rasa takut dan tertekan kini benar-benar dirasakan Arga. Lanie, Samuel, dan Dio tidak berani mengganggu, mereka hanya menatap Arga yang langsung berjalan masuk ke rumah."Biarkan mereka berdua," ucap Lanie yang langsung mendapat anggukan dari Samuel dan Dio.Lanie menambah pengawal pribadi di area rumah Arga, jangan sampai mereka kecolongan lagi. Lanie juga sudah meminta beberapa hacker untuk menghapus postingan yang sudah terlanjur beredar di sosmed. - -Arga berjalan dengan menatap sendu sang istri, ingin rasanya menangis tapi takut Ana akan menjadi semakin sedih. Menurunkan Ana di atas tempat tidur, menyelimuti dan kemudian ikut berbaring di ranjang."Maaf sudah membuatmu cemas," ucap Ana yang tahu kalau Arga mencemaskan dirinya.Arga menggeleng menahan tangis, d
Arga dan yang lainnya sudah sampai di lokasi yang diberikan Alisya, mereka tidak menemukan siapa pun di sana, membuat Arga semakin frustasi."Nomor Ana masih tidak bisa dihubungi!" Lanie tampak panik. Ia baru saja memaki pengawal yang disuruh mengawasi Ana, orang bayarannya itu ternyata tidak tahu kalau Ana pergi keluar.Arga mengguyar kasar rambut karena frustasi, pikirannya tidak tenang membayangkan apa yang terjadi dengan sang istri."Kita cari ke rumah Alisya," kata Dio yang membuat Arga, Lanie, dan Samuel menatap padanya."Rumah Alisya, rumah mantan suami Ana!" Arga memastikan.Dio mengangguk, bisa saja Ana di sana mengingat kalau Alisya yang pertama kali memberi kabar soal postingan hingga keberadaan Ana. Arga terlihat berpikir, hingga kemudian mengiyakan usul Dio. Mereka kembali masuk mobil, hendak pergi menuju rumah Zidan.Arga terlihat berpikir, mesk
Ana ditarik paksa, bahkan gadis yang berjalan di belakang terlihat sesekali menarik rambut Ana dengan kasar, membuat istri Arga itu meringis menahan sakit. Mereka membawa Ana ke sebuah gang kecil yang terdapat di dekat minimarket, sepi orang berlalu lalang hingga membuat para gadis itu bebas menggila. Menyebut diri mereka Arga Angels, fans fanatik Arga yang tidak akan rela jika kekasih sedunia mereka dimiliki oleh satu wanita.Ana didorong hingga membentur tembok, lengannya terasa sakit dan kulit kepala begitu perih."Mau apa kalian?" tanya Ana menatap satu persatu para gadis yang membawa paksa dirinya. Matanya merah, entah menahan tangis atau amarah."Mau apa? Tentu saja memberimu pelajaran! Siapa yang mengizinkanmu menikahi Arga kami, hah!" bentak salah satu gadis yang sudah diliputi amarah.Gadis lainnya melempar sebutir telur tepat mengenai pelipis Ana, membuat terkejut tak percaya dengan yang te
Sudah dua hari berlalu. Sejak hari di mana ibu pindah, Ana dan Arga masih tinggal di rumah ibu karena di sana lebih leluasa melakukan sesuatu dan juga pengawal yang berjaga akan lebih leluasa mengawasi. "Ah, semuanya habis." Ana mengecek persediaan dapur. Karena dua hari tidak ke mana-mana, membuat dirinya tidak berbelanja sama sekali. Arga pergi ke studio pada pagi buta, tidak ingin kalau ada paparazi yang melihatnya keluar dari rumah itu. Kini Ana kebingungan harus bagaimana, hingga akhirnya memilih untuk keluar berbelanja. Hari masih pagi, berpikir kalau paparazi tidak mungkin akan beraksi, terlebih sampai sekarang belum ada tanda-tanda kalau foto atau video tentang pernikahan mereka tersebar di jagat maya. - - - Zidan tengah sarapan bersama Mikayla dan Alisya. Sejak Zidan menghajar Rian, Mikayla terlihat lebih baik, seakan sudah melupakan tentang tekanan batin yang pernah
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments