All Chapters of Two Side: Chapter 21 - Chapter 30
43 Chapters
Catatan Kecil
“Mau rokok?” Kamu tawarkan sebatang rokok, tetapi ia menatap dengan heran dan penuh keengganan. “Tenang saja, ini murni rokok. Ini bungkusnya. Tidak mungkin aku meracuni temanku sendiri,” lanjutmu lirih seraya mengeluarkan sebungkus rokok. “Tidak, terima kasih. Aku sudah berhenti merokok,” tolaknya secara halus. Kamu hanya tertawa dan menyimpan kembali lintingan tersebut, dan menghisap dalam milikmu seraya menikmati indahnya kelap-kelip kunang-kunang. Di malam itu, kamu meluapkan segalanya baik keluh kesah dan kesedihan yang tersimpan jauh di dalam dada. Dia menjadi pendengar yang sangat baik, memerhatikan, kemudian memberikan jawaban yang penuh arti dan sedikit memberi solusi. Hal itu membuatmu sangat gembira, bahkan sampai memeluknya erat seraya meneteskan air mata. “Menangislah, tidak apa sesekali merasa lemah. Kamu sudah terlalu lama kuat dan menahannya seorang diri. Sekarang sudah waktunya bagimu untuk menumpahkan segala keluh kesah. Nanti, kalau udah se
Read more
Mesyats Yang Polos
ImajinasiImajinasi liar kembali tercipta ketika burung kecil itu terkena sentuhan lembut nan halus serta menciptakan sensasi yang begitu nikmat.   Kala itu, langit terlihat sangat biru dan indah. Sebuah kapal kecil terlihat berlayar di lautan putih nan indah itu. Mereka berlayar dengan penuh hikmat dan kebahagiaan, belum lagi nyanyian dan tarian mengiringi setiap perjalanan mereka. Hingga suatu hari, sebuah tangan besar yang terlihat sangat mengerikan datang dan menciptakan badai yang amat besar.   Sirine berbunyi dengan keras seraya menciptakan warna merah menyala, membuat semua yang ada di dalam pikiran Ahiko terbangun dan bekerja lebih keras. “Ayo, ayo, ayo waktunya bekerja! Semangat, cepat, cepat, cepat, kita harus segera menyelesaikan masalahnya. Jangan biarkan pedang suci excalibur bangkit dan menciptakan kekacauan!” ujar Sang Kapten memberi arahan kepada awak kapal.   “Aiyai Kapten! Satu! Dua! Tiga! Tutup gerbangn
Read more
Malam Tanpa Rembulan
Usai bercocok tanam, mereka langsung mengajak Mesyats untuk pergi bermain dan bercerita seraya menikmati indahnya Sungai Moskow dan Taman Gorky. Begitu banyaknya orang-orang yang datang untuk bermain, bersantai atau hanya menikmati alam sekitar yang keasriannya sangat dijaga dan diperhatikan. Mesyats yang bersemangat pun dengan cepat langsung melepaskan genggaman tangan ayah dan ibunya seraya berlari kesana-kemari. Dia bermain dengan riangnya, mengajak anak-anak lain untuk bermain berbagai hal bersama. Luna pun sibuk berbicara dengan ibu-ibu yang ada di sana. Sedangkan Ahiko, dia mendekati seorang pria tua yang tengah memancing di tepian sungai. “Sudah dapat banyak, Tuan?” tanya Ahiko yang mencoba akrab dengan pria tua itu. Ahiko sama sekali tidak mengenal ataupun pernah melihat pria tua itu, tetapi dia tetap saja mencoba untuk menyapa karena sikapnya yang bersahabat dan ramah. Selain itu, Ahiko cenderung untuk mencari teman baru
Read more
Pemicu
“Haaa ... pulanglah, Ahiko. Hujan semakin deras, jangan sampai kau mati kedinginan atau karena hal bodoh!” Sorot manik hitam tanpa cahaya menatapnya dengan penuh kesedihan, memberikan senyum penuh kepalsuan. “Berhentilah tersenyum jika itu hanya palsu! Kau membuatku kesal saja,” ujarnya. Netramu terpejam sejenak, kemudian terbuka menatap ke angkasa. Hanya sebuah senyuman yang menjadi jawaban, dan rintik hujan yang menjadi peneman. Dia pergi meninggalkanmu seorang diri, mengucapkan perpisahan untuk selamanya, “Terima kasih untuk semuanya. Ini mungkin pertemuan terakhir kita. Karena itu ... kuharap kau berhenti untuk melakukan hal-hal aneh dan gila yang hanya akan menyakiti diri sendiri.” “Hmm ... urus saja urusanmu sendiri. Aku sudah terlalu masa bodoh dengan hidupku, jadi percuma saja kau mencoba ‘tuk menceramahiku. Pada dasarnya manusia pasti akan mati, dan bagaimana merek
Read more
Sedikit Kenangan
“Jadi ... kau ingin mati dengan cara apa, Nona?” Manik hitam itu kembali memperlihatkan kesan suram dan kebencian mendalam. Sebuah tendangan terangkat ke udara, membuat semua mata membuka suara. Namun, ketika hanya berjarak kurang dari 1 cm, tendangan itu berhenti tepat di lehernya. Wajah wanita itu memucat, bahkan keringat dingin membuat bajunya basah dengan tubuh gemetaran. “Bercanda, hahahaha ... mana mungkin aku tega melayangkan pukulan pada seorang wanita. Saranku, sebaiknya jangan asal main pukul kepada orang lain. Karena semua orang itu tidak sama,” lirihmu seraya mencium keningnya dan kembali bekerja. Namun, di tengah perjalanan, manajer langsung memukulmu dari arah depan hingga membuat kepala menghantam lantai. “Apa kau sudah gila, Leon?” tanyamu kesal. “Itu pertanyaanku, bodoh! Kenapa Kakak selalu saja memukul pelanggan sesukamu? Asal Kakak tahu, aku selalu kerepotan ka
Read more
Kenangan Manis
Angin malam terasa semakin kelam, membuat sekujur tubuh merasa sedikit tidak nyaman. Namun, kehangatan yang ia berikan membuatmu menjadi kembali tenang. Kedua bibir yang kini saling berdempetan, membuat kalian saling bertukar saliva dengan penuh penghayatan. Kelopak kembali menutupi bola mata hitam nan indah dipenuhi kenangan dan cinta. Asmaraloka tercipta membuat dunia seakan hanya milik berdua. Tersirat sebuah asa dalam setiap detik masa yang terlewati bersama. Dua insan yang saling mencintai dan bertukar saliva, memohon sebuah rasa dan asa dalam setiap bait kata yang terucap dalam doa. Kalian tahu jika semua itu dosa, dan entah mengapa tetap dilakukan karena sama-sama tidak ingin saling meninggalkan. Setiap dalih yang terucap, tertatah rapi dalam setiap catatan hidup manusia. Kedua netra yang saling menatap, membuat napas terdengar lebih berat. Degupan jantung menjadi lebih kencang dan seirama, seolah-olah menjadi mus
Read more
Abu-abu
Ketika selesai membersihkan diri, kalian langsung pergi dengan berjalan kaki seraya menikmati indah nan sejuknya suasana pegunungan. Katamu, dunia ini hanya dipenuhi kegelapan yang dinamakan kesepian dan kesedihan. Namun, kamu juga berkata bahwa dunia akan kembali berwarna jika ada satu orang yang menjadi penopang dalam hidup yang selalu siap membantu ketika seseorang itu terjatuh. “Bukan dunia yang jahat, dan bukan pribadi yang menciptakan orang jahat. Melainkan semua itu karena ulah manusia itu sendiri, yang mencipta beragam sifat buruk hingga akhirnya diberikan kepada orang lain dan kembali melahirkan kebencian dan kejahatan,” ujarmu lirih secara tiba-tiba. Perkataanmu yang begitu aneh dan tiba-tiba, ditanggapi dengan sebuah kata yang dipenuhi makna. “Tergantung hati manusia, jika mereka memiliki hati yang kuat ... kuyakin tidak akan ada yang namanya kejahatan dan kebencian,” jawabnya dengan senyum indah.&n
Read more
Kekosongan
Dalam belaian alam, dia menyanyikan sebuah lagu yang tidak pernah terdengar sebelumnya. Suaranya yang merdu, dan keahlian dalam mencipta diksi membuat apa pun yang dinyanyikan terdengar indah di telinga. Embusan angin membawakan tirta amarta indah ke tanah dengan kecepatan tinggi. Kalis renjana membawa kalian ke dunia asmaraloka, membiarkan rintik hujan membilas daksa. Kalian berlari mengarungi jalanan terjal dipenuhi bebatuan. Jalanan licin dialiri air seolah tidak menjadi hambatan bagi kaki yang terus berlari seakan tidak merasa takut untuk terjatuh nantinya. Suara tawa dipenuhi kebahagiaan terdengar dengan begitu lantang, bergema ke seluruh lembah nan curam di sepanjang mata memandang. Langkah kian melamban ketika kabut tebal menutupi pandangan dengan perlahan. Di tengah perjalanan, kalian bertemu dengan seorang pria tua dengan cangkul di pundak dan pisau besar di pinggang. Pria itu tengah berteduh di gubuk tua nan us
Read more
Gua Tak berdasar
23 Maret 2018Suara ayam berkokok kembali terdengar ketika sang fajar berpijar dari timur, memberikan kehangatan lagi kepada dunia untuk ke sekian kali. Sebuah sentuhan lembut membangunkanmu dari indahnya dunia mimpi. Namun, sesuatu yang lebih indah dan nyata terlihat di depan mata. Sosok wanita yang teramat cantik jelita nan memesona tengah berdiri di hadapan seraya menatapmu dengan senyuman. “Yohalo, selamat pagi, Luci.” Sapaan lembut dan senyum lebar yang begitu indah, membuatmu tersenyum dengan penuh semangat. Perasaan bahagia memenuhi sukma guna menjalani kehidupan yang penuh sandiwara. Senyuman itu menjadi katalis dalam sebuah asa, membuatmu dengan cepat beranjak ke dari ranjang. Kata-kata kotor kembali terucap, tetapi hanya sebagai candaan tanpa berani bertindak nyata. Kedua mata saling berpapasan, membuat embusan napas menjadi satu di udara. “Bau, cepat mandi sana!” Dia langsung men
Read more
Sedikit Konfik
Sensasi aneh nan nikmat ketika sebilah pedang memasuki gua suci tanpa dasar, membuatmu mengeluarkan suara aneh dan bergerak dengan pelan. Wajahnya pun tampak merona seraya menggigit bibir, dan manik hitam itu kian berpijar seolah menikmatinya. Desahan lembut kembali terdengar ketika kedua pinggul saling bergoyang menggetarkan ranjang seakan hendak hancur. Keringat kian bercucuran setiap kali posisi berganti dan goyangan semakin menggila, membuat kalian terus saja merasakan kenikmatan dunia. Cairan lengket bersimbah dimana-mana, tetapi tetap saja kalian tidak peduli akan hal itu selagi menikmati kesenangan. “Rasanya sangat nikmat, Luci. Rin merasa sangat bahagia,” ujarnya yang saat ini tengah naik turun di atas tubuhmu yang tengah terbaring. “Begitu, ya? Aku juga merasakan hal yang sama, sensasi aneh ini ... rasanya sangat nyaman. Rasa hangat dan lembut tetapi sedikit geli tetapi ... intinya enak,” balasmu seraya membi
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status