All Chapters of Two Side: Chapter 31 - Chapter 40
43 Chapters
Noda Merah
“Hahaha ... pulanglah, dan kembali ke pelukan ibumu!” Ocehan dan hinaan mereka semakin membuatmu murka, bahkan urat-urat di kepala kian bermunculan dengan sendirinya. Kedua tangan terkepal dan tanpa sadar mendorong rekan-rekan yang menghalangi jalan. “Hoi, hoi, hoi, lihatlah siapa yang datang? Apakah bocah ini ingin mat—“ Sebuah tendangan langsung menghantam rahangnya dari bawah hingga menjulang, membuat semua orang terkejut karenanya. Selain itu, hanya dengan satu tendangan sudah membuat lawanmu tumbang. Namun, hati yang belum puas, dan amarah yang masih belum padam, membuat kedua tangan tidak bisa berhenti menghajarnya. Garis lengkung tercipta di penghujung bibir yang lembut nan merah muda, dan manik hitam tanpa cahaya membuat mereka getir ketika menatapnya. “Ada apa? Kenapa kalian diam? Bukankah kalian ingin membunuhku? Majulah!” titahmu terseringai dengan suara merendahkan. &
Read more
Bulan Hitam
“Hei, rasanya sangat luar biasa, ‘kan?” Sorot mata hitam dengan wajah bersimbah darah membuat mereka getir hingga salah satunya mengompol. Mereka berkata bahwa kamu adalah iblis berwujud manusia. Namun, kamu hanya tertawa dan menduduki salah satu mayat di sana dengan tubuh penuh luka dan pisau di kedua sisi tangan. “Iblis, ya? Julukan yang indah, aku menyukainya. Karena itu aku akan membunuh kalian di sini,” lirihmu dan langsung melesat ke arah mereka. Kabut semakin tebal, dan bulir air perlahan jatuh ke tanah dari ketinggian. Retakan indah di angkasa menggelegar dengan kerasnya, dan di saat yang bersamaan suara teriakan tersamarkan oleh kilat di angkasa. Kamu membuat mereka sekarat, sebelum akhirnya tetap membuatnya mati di tempat. Salah satu tangan melebar menutupi sebagian wajah, dan tawa keras kembali terdengar dengan seringai mengerikan. Mereka yang getir akhirnya memilih untuk kabur, membuatmu melempar ked
Read more
Angan di balik Awan
“Hei, Leon. Bisa kau jelaskan semuanya?” Masih saja sebuah tanya menghantui kepala, membuatmu tidak bisa beristirahat dengan tenang. Bukan sebuah paksaan, tetapi sebuah rasa ingin tahu membuatnya terpaksa harus menceritakan semuanya. “Aku sendiri tidak tahu, yang jelas ketika kami menemukanmu ... kamu sudah terbaring dengan tubuh bersimbah darah dan ada sekitar 20 mayat di sekitarmu. Apa yang sebenarnya terjadi ... aku sendiri tidak yakin. Namun, apa kau benar-benar tidak ingat tentang apa yang terjadi?” tanya Leon seolah menekanmu. “Hmm ... entahlah? Ingatanku saat itu kabur. Aku seperti memegang sebuah pisau dan membunuh mereka. Bahkan ... samar aku ingat saat itu aku sempat menyiksa mereka, tetapi sensasi itu ... sensasi ketika pisau menyentuh daging mereka, sampai saat ini aku masih merasakannya. Perasaan yang kurasakan saat itu juga ... entahlah? Aku tidak mengerti,” jawabmu lirih seraya menatap kedua
Read more
Ranum
04 Juli 2022Langit masih saja mendung, mengguyur tubuh yang penuh akan luka hati. Kamu terdiam, terduduk menatap langit seraya terisak dengan keras. “Kenapa? Kenapa aku selalu menghancurkan hati orang-orang yang kucinta? Apakah aku memang tidak diperbolehkan untuk bahagia? Kenapa Tuhan? Jawab aku ... kenapa ...,” gumammu terisak. Seraya berteriak dan menangis seorang diri di tepian batu karang, terus saja kamu pukul bebatuan yang ada di sana secara membabi buta hingga membuat tangan terluka. Darah mengucur dengan derasnya, dan ombak semakin mengganas. Kamu mendaki batu karang itu perlahan, kemudian memejamkan mata perlahan hingga akhirnya membenamkan diri ke dalam lautan. Sepi, sunyi dan tenang terasa sejenak sebelum akhirnya napas terasa berat dan dada terasa sesak. Namun, sedikit pun kamu tidak peduli dan terus saja membiarkan tubuh tenggelam dalam lautan. Ketika hampir menghilang dan kembali ke pangkuan Sang Tuhan, seb
Read more
Mata Yang Kehilangan Cahaya
Air mata yang merembes itu jatuh tepat di atas wajahnya, mengalir dengan deras melewati sela pipi yang indah hingga akhirnya jatuh membasahi kasur. Kalian hanya bisa terpaku menatap wajah pucat itu yang kian melayu. Kalis nan indah wajahnya dulu, silih berganti dengan kusam dan kesedihan. Seandainya dia bisa kembali terbangun, kamu rela menukarkan nyawa demi melihatnya bahagia. Nyawa pemberian Sang Ilahi, akan jauh lebih bermakna jika membantu orang lain untuk terus berjalan. Sesaat sebelum pergi, kamu membisikan sesuatu di telinganya, berharap agar ia bisa mendengar dan kembali terbangun untuk memulai semuanya kembali. “Bu, Yah, aku permisi dulu. Aku masih harus bekerja lagi, maaf karena selalu merepotkan kalian. Jaga diri baik-baik, ya,” ujarmu lirih dan pergi lagi dari rumah sakit. Tidak lama setelah meninggalkan rumah sakit, kamu sadar jika ada yang mengikuti di belakang. Terus berpura-pura tidak tahu, da
Read more
Mata Yang Kehilangan Cahaya
Air mata yang merembes itu jatuh tepat di atas wajahnya, mengalir dengan deras melewati sela pipi yang indah hingga akhirnya jatuh membasahi kasur. Kalian hanya bisa terpaku menatap wajah pucat itu yang kian melayu. Kalis nan indah wajahnya dulu, silih berganti dengan kusam dan kesedihan. Seandainya dia bisa kembali terbangun, kamu rela menukarkan nyawa demi melihatnya bahagia. Nyawa pemberian Sang Ilahi, akan jauh lebih bermakna jika membantu orang lain untuk terus berjalan. Sesaat sebelum pergi, kamu membisikan sesuatu di telinganya, berharap agar ia bisa mendengar dan kembali terbangun untuk memulai semuanya kembali. “Bu, Yah, aku permisi dulu. Aku masih harus bekerja lagi, maaf karena selalu merepotkan kalian. Jaga diri baik-baik, ya,” ujarmu lirih dan pergi lagi dari rumah sakit. Tidak lama setelah meninggalkan rumah sakit, kamu sadar jika ada yang mengikuti di belakang. Terus berpura-pura tidak tahu, da
Read more
Tanya Yang Tak Lekas Menghilang
 sebuah jalanan gelap nan sunyi, tanpa seorang pun yang berani berjalan di sana. Sedikit terasa nuansa mencekam ketika menatap rumah tua di pinggir jalan dengan rumput ilalang dan beragam pohon menghiasi tamannya. “Haa ....” Seorang pria duduk di atas tubuh orang lain, dan begitu banyak tubuh yang terkapar di jalanan. Sebuah asap kelabu terkepul di udara, dan seorang pria tertawa terbahak-bahak di bawah langit hitam di bawah rembulan. Tubuh bersimbah darah dan beberapa luka, membuatmu terlihat selayaknya iblis yang turun ke dunia. Darah di tepi bibir, dijilat perlahan untuk merasakan sensasi yang berbeda. “Haa ... rasa yang memuakkan!” Selain darah di tepian bibir, darah di ujung belati dan tangan dijilati perlahan. Kedua manik hitam menatap rembulan sejenak, hingga terpejam dan hilang kesadaran untuk sesaat. Setelah terbangun, sifat dan warna matamu berubah menjadi sebiru lautan—lazuardi. 
Read more
Gemerlap
12 Juli 2022Beberapa hari di kota yang berbeda, membuat pikiran tidak tenang dan karuan. Sebuah nama selalu saja terkenang di kepala, membuat mata tidak bisa terpejam dengan lelap. Serasa sangat sesak dada setiap kali menatap rembulan di tengah malam. Ingatan dan kenangan mengalir bak air di sungai, menciptakan halusinasi dipenuhi gambaran riang membuat air mata terjatuh di bawah gemintang. Sebelum sempat mengusap, air mata mengering secara tiba-tiba seolah tidak pernah terjadi sebelumnya. Aksara seolah melesap dalam ingatan dan tinta yang menghiasi selembar kertas di atas meja. ‘Tak jarang darah mengalir menghiasi meja dan segala hal yang ada, membasahi lantai hingga menjadi aroma khas dalam ruangan gelap nan sepi. Begitu banyak pisau dan obat-obatan tergelak di setiap sudut ruangan. Obat penenang dan obat tidur adalah salah satu yang paling banyak terlihat di sana. Kamu mengambil sebotol wadah kecil obat
Read more
Aksara Hitam
14 Juli 2022Ruangan itu masih sama, dipenuhi perlatan medis. Seorang wanita terkapar tidak berdaya dengan kondisi yang semakin memburuk setiap harinya. Terlihat jelas wajah itu menjadi sangat murka ketika mengetahui ada yang mencoba untuk mencelakinya. Tanpa pikir panjang, langsung kamu hubungi seorang kenalan dari dunia bawah untuk menyeret seorang pria ke hadapanmu dengan segera. “Jika kalian bisa membawanya ke hadapanku, akan kuberi semua yang kumiliki, termasuk alat itu!” Entah apa yang sebenarnya tengah kalian bicarakan, tetapi semua itu tertuju pada sesuatu yang sangat berbahaya. Kamu duduk di sebelah wanita itu, menggenggam erat tangannya dengan air mata mengaliri pipi. Ibu dan Ayah terlihat sangat menderita terlebih lagi saat tahu jika ada seseorang yang berniat untuk mencelaki putra dan putrinya. Hal itu tergambar jelas di wajah tua mereka, membuatmu semakin ‘tak kuasa menahan amarah. H
Read more
Dendam
Tubuhmu langsung terpental ketika menerima bogem keras darinya, membuat netra menjadi gelap gulita untuk sejenak. Aneh tapi nyata, sedikit pun tidak terasa sakit bahkan setelah darah mengalir dari hidung. “Apa yang sebenarnya ada di kepalamu itu, Kakak! Kenapa kau selalu saja membuat masalah, membuat orang yang peduli dan sayang kepadamu menderita. Apa sebagai menyenangkannya melihat keluargamu menderita?” tanya Leon seraya terus menghajarmu. Ada orang lain yang melihat, tetapi hanya diam dan tersenyum seolah menikmati hal itu. Darah mengalir dari hidung, mulut bahkan kepala yang terluka karena terus-terusan menghantam lantai. Kamu hanya terdiam seraya menatapnya tajam, tetapi tersirat sebuah kesedihan sekaligus kebencian di sana. Hanya bisa pasrah dan membiarkannya memukulimu hingga puas, hingga akhirnya air mata menetes. Melihat hal itu, kamu tersenyum seraya memintanya agar tidak menangis lagi. Bahkan tanpa sadar kedua tangan
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status