Semua Bab What the hell, Tetangga!: Bab 71 - Bab 80
102 Bab
Diantar pulang
Berdasarkan janji yang sudah dibuat semalam, Jane berserta Lili dan juga Maria akan bertemu di mall kota lantai pertama pada jam tiga sore. Dan ternyata, tanpa disangka Jane adalah orang yang pertama kali datang. Menunggu pada kursi berderet yang hanya ada dirinya. Setelah kemarin malam sedikit berbincang dengan ibunya, membicarakan tentang pertemuan dengan laki-laki yang ingin dikenalkan oleh eyang, Jane langsung menaiki tangga untuk kembali ke kamarnya. Tidak ingin membahas hal seperti itu lebih jauh. Tak apa. Jane hanya perlu menghadiri satu pertemuan lalu menolak lelaki itu, membuat ilfeel dan juga mengatakan hal-hal yang bisa menyebabkan hilangnya rasa tertarik seseorang. Karena tidak seperti sebelumnya. Kali ini Jane benar-benar tidak ingin terlibat dengan lelaki manapun selain Theo. Suasana mall tidak terlalu ramai, mungkin karena hari ini bukanlah hari libur hingga tak banyak orang yang datang mencuci mata. Jane menyibak surain
Baca selengkapnya
Tidak jadi pulang
“Saya bawain belanjaanya.” Jane tidak bisa melakukan apapun, karena saat Theo mengucapkan kalimat yang terdengar seperti kalimat ijin itu tangan Theo juga sudah mengambil belanjaan yang ada di tangan Jane. Dan berhubung Jane juga sedang lelah. Dan merasa amat berterima kasih karena Theo mengurangi beberapa persen lelahnya maka Jane diam saja. Menerima niat baik dari mantan tetangganya itu. Tidak lama. Mungkin hanya beberapa menit, mereka sampai di tempat parkir bawah tanah. Jane bisa mengenali dengan jelas dimana Mendes diantara mobil-mobil mahal yang mengepungnya. Jane berlari kecil menuju mantan mobilnya. Sementara Theo sedikit tersenyum melihat itu, satu tangan lelaki itu yang bebas menekan kunci. Dan kemudian meletakan belanjaan Jane dikursi belakang. Jane duduk dikursi penumpang depan, menunggu Theo yang tengah bersiap-siap dikursinya, memasang seat belt dan juga memasukan kontak pada tempatnya Theo memutar kunci dan kemudian mene
Baca selengkapnya
Movie (18+)
Sudah mampir ke swalayan membeli bahan-bahan masak untuk membuat carbonara seperti yang direncanakan. Sudah pulang kerumah Jane juga berniat memasak makan malam itu karena kebetulan Jane membawa kunci rumahnya di tas. Namun Jane tidak jadi memasak. Kenapa? Karena gadis itu tiba-tiba teringat dengan fakta bahwa Theo yang kekurangan nutrisi hingga tumbang dan harus diinfus beberapa hari yang lalu. Jane tidak jadi masak pasta. Jane harus membuatkan sesuatu yang bergizi untuk Theo. Namun Jane hanya membeli bahan untuk membuat carbonara saja dan tidak dengan bahan yang lain, kulkas di rumahnya sudah mati dan tidak ada apapun didalamnya. Gas juga sudah Jane lepas. Maka Jane memutuskan untuk memesan menu diet dari salah satu akun terpercaya yang sudah pernah dicobanya. Theo juga hanya mengiyakan tanpa banyak protes. Lelaki itu dengan anteng menyetujui apa saja yang Jane mau. Tidak berapa lama. Pintu rumah Jane diketuk
Baca selengkapnya
His voice
Pasrah dengan apa yang dilakukan lelaki penuh pesona di depannya. Bahkan ketika tangan Theo mulai meninggalkan area larangan dari Jane dan perlahan naik menyelusup kedalam atasan yang gadis itu pakai sembari masih mencumbu keras, Jane hanya bisa menikmatinya. Memejamkan mata dan sesekali desah lirih mengudara, meremas bahu keras Theo ketika Jane merasakan tangan besar merajai kulit perutnya, mengusap lembut lalu memainkan piercing di pusar Jane. Gila! Theo memang gila. Dan Jane mengakui kalau dirinya tidak lebih waras dari itu. “Theo,” Jane mengucapkannya dengan suara selirih desau angin, namun pada jarak sedekat ini, pada keadaan dimana keduanya tak lagi punya ruang privasi, Theo jelas dapat mendengarnya. Mengalun merdu, dan seakan meniup sejuk segenap telinganya yang terasa panas. Theo masih mencumbu Jane seakan-akan Jane adalah nikotin yang pernah dicicipinya saat masa remaja, amat candu, dan sulit untuk berhenti, ga
Baca selengkapnya
Proposal?
Pagi-pagi sekali. Jane terbangun dari lelapnya tidur dan juga mimpi indah yang rasanya hanya berlangsung selama dua detik. Semalam Jane memutuskan untuk tidur di sofa setelah memeriksa kamar tidurnya yang tidak bercover, dan Jane rasa sudah terlalu malam untuk memasang seprei hanya untuk tidur satu malam, atau tepatnya Jane terlalu malas, jadi ia tidur di sofa sempit dari pada mau repot-repot. Seperti sudah rutinitas, Jane memejam sembari diam beberapa saat mengumpulkan nyawa, setelahnya gadis itu meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja, memeriksa benda yang ada dalam mode silent itu, Jane mengerjap beberapa kali, ada missed call dari Serin, Mama bahkan Maria. Jane tidak tau ada apa namun yang pasti melalui pesan singkat yang juga sudah sempat ia baca, orang rumah ingin Jane segera pulang. Kemungkinan besar memang ada hal penting yang harus disampaikan, namun dari pada menebak-nebak Jane akhirnya menelfon kembali nomor Ratna.
Baca selengkapnya
Yang tampan dan yang cantik
Jane kembali kerumahnya ketika Theo memasuki kamar mandi dan menutup pintu, Jane bahkan tidak mempermasalahkan scrub, sabun, dan semua alat mandinya yang dirampas oleh Theo. Apa tadi katanya? Saya mandi dulu nanti kita ke Maldives? Bisa ikutan sinting kalau Jane mendengarkanya terus menerus. Apalagi dengan kondisi jantung Jane yang disuguhi pemandangan indah dari pahatan tubuh Theo. Jane benar-benar harus menyingkir. Sebelum niatan untuk mengikuti Theo masuk ke kamar mandi itu merayap di otaknya. Oke. Sekarang berhenti membicarkan seberapa bagusnya tubuh orang lain. Jane mengutip selimut dan bantal yang ia gunakan untuk tidur tadi malam, mengembalikan semua barang-barang itu ketempat masing-masing, kemudian ia menuju dapur, melihat piring sisa makan dan juga gelas kotor disana. Jane menghela napas kecil, air sedang tidak nyala. Jadi mau bagaimana lagi. Jane mengambil sepasang sarung tangan plastic kemudian ia pasang pada dua ta
Baca selengkapnya
Perjodohan
“Itu Jeje udah sampe.”Kata-kata itu yang pertama kali Jane dengar setelah langkah kakinya baru mengijak ambang pintu.Saat sedang sarapan dengan Theo tadi, ia langsung meminta cepat kembali karena ditelfon oleh Ratna, meski makanan mereka belum habis, tetapi karena Theo mendengar sendiri suara Ratna yang menyuruh putrinya untuk segera pulang, lelaki itu pun langsung berdiri dan mengantar Jane.Netra madu Jane memicing kaget.Siapa yang tidak.Jika tanpa ada angin atau hujan sedikitpun tiba-tiba ada keluarga besar dari Jogja sudah berkumpul di rumahnya, dengan pakaian yang rapih, begitu juga dengan orang tua Jane dan Serin. Padahal di halaman rumahnya tidak terlihat mobil lain selain milik ayah Jane.Sepertinya memang benar ada acara penting.Dua bibi Jane langsung mendekat, merangkul dua tangan Jane hingga gadis itu tak berkutik di tengah dua orang wanita dewasa itu.Jane menoleh bingung pada dua bibinya seca
Baca selengkapnya
Negosiasi
Pertemuan keluarga itu sudah usai. Seratus dua puluh menit yang terbuang hanya untuk b**a-basi antar dua keluarga untuk pembicaraan bertemakan perkenalkan. Jane terkejut atau tidak? Entah. Harusnya iya. Namun daripada terkejut bahwa lelaki yang akan dikenalkan padanya itu adalah chef yang mengajarinya baking, Jane lebih-lebih tak percaya bahwa Digo terlihat seperti sudah mengetahui ini dan tidak punya sedikit pun niat untuk menolak. Mereka sedang ada di depan rumah.Memisahkan dari gerombolan berisik yang sedari tadi melemparkan godaan pada keduanya. Si gadis cantik berbalut kutu baru berwarna kuning itu menoleh, dua tangannya setia terlipat di depan dada. “Lo tau tentang ini sejak kapan?” tanya Jane, pada Digo yang duduk disebelahnya. Lelaki yang tatanan rambutnya rapih itu ikut menoleh pada Jane. Berbeda dengan wajah Jane yang jelas-jelas tidak punya percikan ramah sama sekali, Digo justru menampakan wajah biasa sa
Baca selengkapnya
Theo tau
Besoknya hidup Jane terasa berjalan lebih lambat. Karena ada eyang dirumah Jane jadi tidak diijinkan untuk pergi kemanapun, entah itu mengunjungi Maria, shopping bersama Lili atau bertemu dua-duanya sekaligus untuk mengurangi beban hidup. Jane terkurung dalam kamar. Meski tidak sepenuhnya. Ia boleh pergi ke lokasi dekat sini atau hanya sekitaran rumah, namun karena mood yang sudah terlanjur anjlok apalagi ditambah Jane yang sedang dapat tamu bulanan Jane jadi tidak berhasrat untuk melangkah turun dari kasur sekalipun. Mungkin Ratna yang memberitahukan itu pada sahabat-sahabat Jane hingga Lili datang kerumahnya sementara Maria melakukan panggilan video. Mereka tidak menyenggol perihal masalah rencana perjodohan Jane karena tau itu bisa membuat mood Jane lebih jeblok lagi. Meski Jane yakin mamanya juga sudah memberitahu hal itu. Digo brengsek, umpat Jane dalam hati. Karena setelah konversasi yang berisikan negosiasi antara dirinya dan Di
Baca selengkapnya
Menikah kapan?
“Jadi siapa yang mau jelaskan?” suara senja itu terdengar dari ruangan santai berisi tujuh orang dewasa yang sedari tadi hening dalam ketegangan. Anak perempuan mereka baru kedatangan satu keluarga yang berniat menjadinya sebagai menantu hari kemarin, tiba-tiba kepergok sedang dikecup oleh laki-laki lain. Percayalah, Jane suka kecupan dari Theo. Hanya saja, yang tadi itu situasi dan kondisinya tidak tepat. Tanpa berani melirik nyonya tua yang duduk di seberang sana Jane lagi-lagi hanya menunduk dan memainkan jemari diatas paha. Merasakan suasana mencekam dari sidang dadakan yang terjadi siang ini. Jane harusnya sudah pernah bilang bahwa ia adalah keturunan seorang bangsawan Jogja yang masih amat sangat kolot. Saling kecup di muka umum bukanlah hal yang bagus, Jane tau itu, namun sepertinya Theo belum mengerti. Bukan, mungkin Theo mengerti namun sengaja melakukan itu untuk mengumumkan hubungannya dengan Jane. Theo hanya belum tau konsekuens
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status