All Chapters of Menikah karena Orang Ketiga: Chapter 11 - Chapter 20
29 Chapters
Chapter 11 Keputusan Sepihak
"Mas, ini tehnya." Zee menyodorkan secangkir teh celup. "Gimana kabar mamah sama papah?" Tanya Zee mencoba memecah suasana."Mereka baik." Jawab Alvendra datar sambil menyeruput kopinya."Lantas Rio gimana, aku dengar dia udah punya pacar ya?" Tanya Zee lagi sambil tersenyum tipis."Ya begitulah, namanya Dina." Jawab Al sambil menengguk tehnya lagi."Wah, Dina mantan sekretaris Rio ya?" Zee nampak terkejut saat mendengar nama kekasih Rio."Yups.""Ya ampun... Dina kan baik banget mas. Cantik, pintar, seksi lagi. Ga nyangka ya mereka bisa jadian. Hihihi" Jawab Zee sambil tertawa geli."Bagaimana bisa kau kenal dengan Dina?" Tanya Alvendra heran."Kamu lupa? Saat kamu kecelakaan dan dinyatakan meninggal, Rio yang mengambil alih perusahaan. Rio juga yang menggantikan posisimu. Saat itu, Rio keresafel sejumlah karyawan dan memilih Dina sebagai sekretarisnya." Jelas Zee sambil melempar senyum."Wait, jangan-jangan Dina yang w
Read more
Chapter 12 Tak Ada Pilihan Lain
Bunga kian bermekaran, mereka mulai menampakkan keceriaannya terlebih saat embun melewati pori-pori dan setiap sudut dedaunan. Lebih lengkap lagi karena sinar mentari mulai menampakkan keberadaannya. Angin sepoi-sepoi menyapa wajah Zee dan memainkan rambut hitamnya.Pagi itu terlihat sangat cerah. Namun sepertinya tak secerah hati Zee. Bagaimana tidak? 'Besok aku akan membuatkan surat pengunduran diri untukmu' kata-kata Alvendra semalam masih sangat terngiang. Sesekali ingatan Zee kembali mencuak. Terputar kembali saat-saat kebersamaannya dengan Andrea, Cika, Doni, dan si kembar Rara Rere. Ya... merekalah murid terdekat Zee. Tak jarang Zee mendengar curhatan-curhatan mereka. "Bunda Zee, cantik deh. Aku minta maaf ya Bunda." Terngiang kembali kata-kata rayuan khas Andrea jika ia melakukan kesalahan."Bunda kenapa? Bunda lelah? Sini Rara bantu." Atau tingkah si kembar yang baik hati. Dan,,, ahhh masih banyak lagi kenangan-kenangan yang pastinya
Read more
Chapter 13 Ku Lepas dengan Ikhlas
"Assalamualaikum." Alvendra mengetuk pintu kepala sekolah. "Waalaikum salam. Silahkan masuk." Terdengar suara serak-serak basah dari dalam ruangan. "Wah, mas Al, mba Zaifa. Silahkan duduk." Ucap pak Dody sambil beranjak dari tempat duduknya. Pak Dody merupakan kepala sekokah di Madrasah tempat Zee mengajar. Sekilas tampangnya terlihat sangar, kumisnya menjulang nampak seperti pak raden, hihihi. Bodynya kekar, berjalannyapun tegap. Tapi jangan salah, beliau ini pandai sekali memainkan alat musik. Terlebih jika beliau menyanyi... uwwwhhh suaranya gak kalah kaya Pasha Ungu. Hahaha "Ada apa mas Al? Tumben datang kemari?" Tanya Pak Dody sambil membuka tutup toples dan menyuguhkan air mineral yang selalu ready di mejanya. "Silahkan diminum dulu mas, mba" "Terimakasih Pak." Jawab Zee singkat sambil menengguk air putih. Berharap air ini dapat mencairkan suasana hatinya, mendinginkan pikirannya dan menenangkan suasana. "Jadi begini pak, maksud dan tuju
Read more
Chapter 14 Taman Wangi Asri
Kebersamaan Zee bersama rekan kerjanya kini hanya tinggal kenangan. Sepertinya sulit bagi Zee untuk menemukan kenyamanan seperti itu lagi. Zee masih duduk terbelenggu. Sementara Alvendra asyik mendengarkan musik jazz kesukaannya. Sambil sesekali memencet tlakson mobil. Sepanjang perjalanan menuju rumah orang tua Alvendra, Zee hanya diam. "Mas, kita bisa berhenti sebentar gak di taman depan?" Pinta Zee sambil menunjuk taman di pinggir lampu merah. "Hah? Berhenti? What for?" Tanya Alvendra heran. "Aku mohon mas." Zee menempelkan kedua telapak tangannya serya memohon. Sebetulnya Alvendra malas untuk menuruti keinginan Zee, namun apa boleh buat. "Oke, tapi jangan lama-lama." Jawab Alvndra singkat sambil memarkirkan mobilnya. "Terimaksih mas." Ucap Zee sambil melepaskan sabuk pengamannya. "Ayok mas, temani aku sebentar." "Aduh, apalagi sih Zee." Al nampak begitu kesal. Tsngannya mengepal sambil memukul setir mobil. "Sebentar... saja
Read more
Chapter 15 Gadis Bergaun Putih
I think I'm in love for the first timeAnd it's making my heart confusedTell me what exactly happenedHow I wonder it will beYou're touching my heart and my soulWhile your hands in my hands indeedTell me what exactly happenedMakes me feel I'm drowning too deepSeems weird for meI will never let this feeling coldIf You were mineSharing all ups and downsI'm gonna be aroundAnd forever it would beCause I'm falling in loveI'm falling in loveYes, I'm falling in loveI'm falling in loveYes, I'm falling in loveIm falling in love with youYou're touching my heart and my soulWhile your hands in my hands indeedTell me what exactly happenedMakes me feel I'm drowning too deepSeems weird for meI will never let this feeling coldIf You were mineSharing all ups and downsI'm gonna be aroundAnd forever ...Cause I'm fa
Read more
Chapter 16 Gadis Bergaun Merah
Alvendra dan Zee masih duduk terpaku di Taman Wangi Asri. Zee yang dari tadi memutar lagu Falling In Love, yaps lagu kenangan mereka saat Alvendra belum mengalami kecelakaan dan belum mengganti nama panggilannya. Sudah hampir tiga kali lagu itu diputar, sementara Alvendra masih asik bermain game, tak sedikitpun ia merespon lagu ini.  "Mas, kamu ingat gak foto ini?" Zee mencoba memecah suasana dengan menunjukkan foto mereka saat HUT perusahaan di taman tersebut. "Ya." Alvendra hanya melirik cuek. "Pestanya meriah banget ya mas, waktu itu kamu juga bilang kalo aku cantik banget pake gaun itu." Meskipun Zee telah menunjukkan foto-foto mereka, namun Al masih belum bergeming. "Kalo kamu mau, aku bisa kok pake gaun itu lagi. Ya meskipun sekarang aku udah agak gendutan si, but no worries, yang penting kamu suka." Zee meneruskan kata-katanya sambil menyenderkan kepalanya di bahu Alvendra. "Cukup Zee!! Kamu itu apa-apaan si, halumu ga jelas tau ga
Read more
Chapter 17 Dia Mengambil Tempatku
"Zee, ngapain kamu duduk di bawah?" Alvendra menghalau Zee."Ini istrimu mas?" Tanya Keke sambil melirik Zee yang sedang duduk bersimpuh.Sekejap Zee benar-benar terkejut saat Alvendra dan Keke sudah berdiri tepat di hadapannya. Ternyata adegan tadi membuat Zee duduk tersimpuh."Gak papa mas. Lagi pengin duduk di bawah aja." Jawab Zee asal, sambil berdiri dan menghapus air matanya."Oya Zee. Kenalin ini keke." "Keke..." Ujar Keke sambil mengulurkan tangan."Zee. Istrinya mas Al." Jawab Zee sambil membalas uluran tangan Keke. "Maaf, kamu siapanya mas Al ya?" Zee bertanya sinis."Aku...""Dia temen bisnis aku. Mamah juga kenal kok. Jadi kamu ga usah berpikir macam-macam." Alvendra seolah mengambil alih kata-kata yang hendak keke jawab."Oh. Gitu ya. Ya udah kita pulang yuk mas. Aku udah capek." Zee menggandeng tangan Alvendra."Oke tapi kita antar Keke dulu ya." Jawab Alvendra sambil berjalan menuju parkiran.
Read more
Chapter 18 Rekan Bisnis
"Mas, sebetulnya Keke siapa si? Kok keliatannya kalian akrab banget?" Tanya Zee sambil menyisir rambutnya. Sebetulnya rambutnya tidak begitu berantakan. Demi menutupi kesedihan dan sekelebat pertanyaan yang bercabang, Zee selalu menyisir rambutnya. Mungkin agar orang lain tak dapat melihat sorot mata yang sebenarnya. "Kan aku udah bilang tadi. Keke itu temen bisnisku." "Harus ya mengecup kening teman bisnis?" Astaga... ternyata Zee ngliat aku pas cium kening Keke. Pantas saja tadi dia duduk tersungkur di bawah. Gumam Alvendra panik. "Mmmm aku kan udah lama temenan sama Keke. Jadi wajar lah kalo kita deket." Jawab Alvendra sambil menginjak gas mobilnya. "Kamu ga pindah duduk di depan?" Tanya Alvendra mengalihkan pembicaraan. "Pindah? Buat apa? Ngaruh y keberadaanku?" Tanya Zee sambil melempar senyum pahit. "Ya udah kalo kamu gak mau." Bukannya membujuk, Alvendra malah semakin menancap gas mobilnya.  Sepanjang perjalanan sua
Read more
Chapter 19 Kebohongan
Sering kali terbesit sejuta rasa tanya di hati Rio. Mengapa sikap kakaknya nampak berubah drastis terhadap Zee, istrinya. Tak hanya sekali dua kali Rio menjumpai situasi tak mengenakkan antara Alvendra dan Zee."Mas, sebetulnya apa yang terjadi antara kamu dan mba Zee?" Tanya Rio saat Alvendra membuka kulkas dan mencari-cari sesuatu yang dia inginkan."Sudahlah. Lebih baik kau diam saja. Gak usah ikut campur!" Bentak Alvendra sebelum menengguk orange juice.Heran deh gue, selama dia menghilang karena kecelakaan itu kan Mba Zee ikut andil di perusahaan. Dia benar-benar bekerja keras dan banting tulang demi memenangkan tender. Gerutu Rio sambil berjalan meninggalkan Alvendra.-----Waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB. Klunting... notifikasi WhatsApp Zee berbunyi.Zee, kamu dimana nak? Apa kamu langsung berangkat ke Madrasah? Ibu menunggumu dari tadi.Ternyata pesan tersebut dari Kinasih. Rupanya Zee belum menjelaskan apa-ap
Read more
Chapter 20 Tawaran atau Benih Penderitaan?
Sebagai seorang supervisor, Zee harus bisa membagi waktunya dengan baik. Terlebih banyak sekali yang harus ia kerjakan, mulai dai memecahkan masalah sehari-hari, membuat rencana jangka pendek dan panjang yang telah ditetapkan oleh atasan, membuat job description untuk staf bawahannya, mendisiplinkan bawahannya, dan lain-lain.Di usia kandungannya yang masih berada di trimester pertama, membuat Zee harus tetap profesional meski mual dan pusing kerap kali melanda."Zee, kamu kenapa? Kok pucat sekali?" Tanya Brameswara khawatir."Aku gak papa kok pah. Mungkin karena kelelahan saja." Jawab Zee sambil mengusap keringat dingin di pelipisnya.Meskipun Brameswara pemilik perusahaan dan sangat tegas serta disiplin terhadap karyawannya, namun ia tak pernah membeda-bedakan antara karyawan satu dengan yang lain. Terlebih Zee menantunya sendiri."Zee, papah mau bicara sama kamu. Bisa ke ruangan papah sekarang?" "Baik pah." Jawab Zee sambil mengikut
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status